Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan keberadaan jalan tol menjadi salah satu pendorong utama pulihnya perekonomian Indonesia.
Meskipun banyak saat awal pandemi banyak proyek yang belum selesai 100 persen, namun terbukti bisa mendorong lesunya ekonomi setelah dihantam badai pandemi Covid-19.
Baca Juga
“Jalan tol kita yang hampir selesai ini menjadi pendorong pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani saat memberikan Kuliah Umum di HUT Media Indonesia Ke-53, Jakarta, Jumat (3/2/2023).
Advertisement
Saat awal pandemi banyak orang belum berani bepergian menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta hingga pesawat. Mereka menghindari interaksi dengan orang lain karena khawatir terpapar virus corona saat dalam perjalanan.
“Mereka enggak berani naik kereta, naik bus dan naik pesawat,” katanya.
Alhasil, masyarakat melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Tak heran, meskipun pemerintah membatasi kegiatan masyarakat, namun hilir mudik kendaraan di jalan tol tak pernah sepi.
“Mereka berani naik mobilnya, makanya walaupun kita baru pulih, di awal wira-wiri dari ujung kiri ke barat, Sumatera dan ini mendorong pemulihan ekonomi Indonesia,” kata dia.
Menurut Sri Mulyani, tanpa adanya jalan tol yang sudah dibangun pemerintah sejak awal, pemulihan ekonomi Indonesia kemungkinan tidak akan pulih secepat sekarang. Dia menduga proses pemulihan akan berjalan lebih lambat dari yang diprediksikan.
“Itu karena kita sudah bangun infrastruktur. Kalau belum pemulihan barangkali akan jauh lebih lambat,” pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Jalan Tol Trans Sumatera Jadi Penopang Ekonomi Kawasan Barat Indonesia
Kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) menjadi salah satu penopang ekonomi di Sumatera. PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) mencatat JTTS yang menghubungkan Pulau Jawa menuju Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Lampung dan Sumatera Utara, telah memberikan manfaat yang signifikan bagi berbagai industri.
Salah satu manfaat Jalan Tol Trans Sumatera yaitu, menguntungkan industri logistik dengan memperlancar jalur logistik antar wilayah. Sehingga, proses pendistribusian barang menjadi lebih cepat dan memangkas biaya angkutan yang dikeluarkan.
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan, Hutama Karya selaku pengelola ruas-ruas JTTS memastikan setelah hadirnya JTTS di Sumatera, telah tercipta pusat ekonomi baru. Salah satunya yaitu melalui proporsi prioritas UMKM lokal yang ada di Rest Area.
“Saat ini kami memprioritaskan minimal 30 persen space lahan untuk UMKM lokal di masing-masing rest area yang dikelola dengan harga sewa yang lebih rendah dari harga komersil, sehingga masyarakat sekitar dapat tetap mengembangkan usahanya. Selain itu, banyak wisata wisata baru yang hadir setelah adanya JTTS, salah satunya yakni Tubaba Islamic Centre & Pasar Sarijadi dengan melibatkan desainer interior ternama Andra Matin,” kata Budi, Sabtu (9/4/2022).
Lebih lanjut, kata Budi, banyak industri yang bisa dikembangkan di Sumatera, mulai dari industri pengolahan hasil hutan, perkebunan, industri tekstil, hingga industri elektronik dan otomotif.
Untuk menopang industri hilir, industri baja, petrokimia, dan industri barang modal bisa dibangun di Sumatra, dalam satu kawasan terintegrasi yang posisinya dekat dengan pelabuhan dan bandara. Setiap kawasan industri yang dibangun memiliki industri yang terintegrasi, hulu hingga hilir. Untuk menopang industri elektronik dan otomotif, diperlukan industri baja yang ada di satu kawasan.
Demikian pula dengan industri hulu tekstil. Seluruh industri tersebut bisa terintegerasi dan ditopang oleh JTTS, sebagai jalur utama yang menghubungkan setiap provinsi di Sumatera saat ini dan kedepannya.
Advertisement
Perlancar Distribusi
Tak sampai di situ, di Provinsi Lampung terdapat salah satu produsen nanas dalam kaleng terbesar di dunia. Nanas olahan yang diproduksi oleh Great Giant Pineapple tersebut, berlokasi di Lampung dengan luas lahan produksi mencapai 33 ribu hektar.
Perusahaan yang berhasil memproduksi nanas dalam kaleng sebanyak 200 ribu ton per tahun, yang terdiri dari jus serta konsentrat nanas. Sejauh ini, Great Giant Pineapple pun telah memasarkan ke lebih dari 60 negara tujuan ekspor di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Pasifik.
Tak hanya nanas, Sumatra juga dikenal sebagai penghasil pisang berkualitas merek “Sunpride” oleh PT Sewu Segar Nusantara yang memiliki luas lahan 3500 hektar. Lokasi perkebunannya tak jauh dari Bandar Lampung, tepatnya di perbatasan Taman Nasional Way Kambas, Kecamatan Labuhan Batu, Lampung Timur. (sumber website resmi perusahaan)
“Dengan adanya JTTS di wilayah Lampung, Hutama Karya berharap dapat berkontribusi untuk memperlancar distribusi pemasaran buah lokal tersebut,” lanjutnya.
Begitu pula dengan Provinsi Sumatera Utara, hadirnya JTTS tak hanya akan mempermudah kecepatan dan konektivitas antar kabupaten, melainkan dapat menumbuhkan potensi-potensi ekonomi baru seperti seperti ke Kawasan Wisata Bukit Lawang Ecotourist, Tangkahan, Wisata Rohani Tuan Guru dan Tanjung Pura di Kabupaten Langkat.
“Kami pastikan, kesempatan ini sangat baik untuk mengembangkan potensi daerah yang dikelola masyarakat lokal,” imbuh Budi.
Potensi tumbuhnya pariwisata imbas JTTS pun terjadi di wilayah sekitar Ruas Bakter, Terpeka dan Mebi. Pasalnya, wilayah tersebut menjadi lebih mudah untuk di akses. Tak sedikit pula wisatawan dari arah Pulau Jawa menuju Pulau Sumatra melintas di JTTS untuk roadtrip dengan destinasi wisata yang berada di ruas – ruas tersebut.
“Seperti Pantai Pasir Putih, Taman Nasional Way Kambas, & Little Europe yang berada di sekitar Lampung atau Wisata Bukit Lawang, Pemandian Pelaruga, Wisata Tangkahan Langkat dan masih banyak wisata lainnya.” tuturnya.