Siap-Siap, Polri Bakal Obrak-Abrik Pengoplos Beras

Polri telah menindaklanjuti laporan Perum Bulog soal adanya pemilik gudang di Pasar Cipinang yang mencampur beras beda kualitas dan memanipulasi karung.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Feb 2023, 16:20 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2023, 16:20 WIB
Sidak Bulog Temukan Praktik Penjualan Beras Oplosan
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke Gudang Beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023). Dalam sidak tersebut, pria yang akrab disapa Buwas menyidak beberapa gudang pedagang beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Satgas Pangan Polri mengaku sudah memproses hasil temuan Perum Bulog terkait pedagang nakal yang menjual beras oplosan kepada konsumen akhir (end user). Beras oplosan ini baik campuran dari berbagai kualitas maupun oplosan dari berbagai merek.

Kepala Subbagian Satgas Pangan Polri Kombes Pol Iksantyo Bagus Pramono mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti laporan Perum Bulog soal adanya pemilik gudang di Pasar Cipinang yang mencampur beras beda kualitas dan memanipulasi karung.

"Hasil laporan dari beliau kita tindak lanjuti yang di Cipinang. Sementara kita lakukan pemanggilan kepada yang ditemukan di situ orangnya, kemudian saksi-saksi sudah kita panggil," kata Bagus di Hypermart Puri Indah, Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Secara proses, Satgas Pangan Polri sudah menyerahkan temuan Bulog untuk diperiksa di laboratorium. Namun, ia belum mau membeberkan temuan tersebut sampai memperoleh hasil.

"Jadi sementara sabar dulu, karena kalau Polri harus berdasarkan kegiatannya ilmiah, harus ada yang dibuktikan. Sementara itu yang masih kita lakukan," ujar Bagus.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso beserta tim telah melakukan sidak ke gudang milik PT Food Station Tjipinang Jaya di kawasan Cipinang, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023). Hasilnya, ia mendapati adanya sejumlah gudang yang diduga menyelewengkan beras milik pemerintah.

Dari kunjungan ke tiga gudang Cipinang, pria yang akrab disapa Buwas ini menemukan dua yang terindikasi melakukan pelanggaran. Salah satunya, beras Bulog yang dioplos dengan merek lain.

Buwas lantas meminta wartawan bersabar tekait temuan tersebut. Ia pun menanti hasil penyelidikan yang dilakukan pihak Satgas Pangan Polri.

"Satgas pangan enggak usah dikejar-kejar. Beliau tuh tahu pekerjaannya. Karena saya ada di sana juga dulu. Cuman datanya macem-macem. Ada yang mungkin ditindak, ada yang dipantau sampai jaringan besarnya," ungkapnya.

Bahkan, Buwas buka kemungkinan, bisa saja ada oknum dari pihak Bulog yang ikut bermain dalam penjualan beras oplosan dalam jaringan besar tersebut, atau bahkan dirinya sendiri.

"Saya bilang, jangan-jangan nih jaringan besar ada di Bulog. Lah kan bisa juga. Jangan-jangan mungkin malah Dirut Bulog, ya kan gitu bisa. Makanya jangan disuruh-suruh, biar aja. Tenang, pasti ditangani, percaya sama saya," tuturnya.

Bulog Sudah Impor Tapi Harga Beras Masih Tinggi, Kemana Larinya?

Bulog Gelontorkan 30 Ribu Ton Beras di Pasar Induk Cipinang
Buruh memanggul beras bulog saat aktivitas bongkar muat, di gudang PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023). Guna memenuhi kebutuhan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Bulog juga akan menambah stok beras yang saat ini ada di Food Station dari 13 ribu ton menjadi 30 ribu ton. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan, mengeluhkan harga beras yang masih tinggi. Meskipun Perum Bulog sudah melakukan impor beras untuk stabilisasi harga, tetap saja kenaikan terus terjadi di pasar.

"Ikatan Pedagang Pasar Indonesia menyatakan kondisi beras saat ini masih stabil tinggi, karena memang ini bermula dari kesalahan Bulog yang tidak melakukan penyerapan di awal tahun lalu," ujar Reynaldi dalam pesan tertulis, Sabtu (4/2/2023).

Menurut dia, penyerapan beras oleh Bulog masih jadi masalah hingga sekarang. Sehingga itu akan tetap mempengaruhi harga beras di pasaran saat ini. 

"Walaupun sudah ada impor tetapi tetap juga proses berkurangnya beras di pasaran itu memang jadi persoalan tersendiri itu yang pertama," imbuh dia. 

Kedua, ia menambahkan, beras sudah dua bulan terakhir mengalami kenaikan di atas harga eceran tertinggi (HET), yang di Jawa dipatok Rp 9.450 per kg (medium) dan Rp 12.800 per kg (premium). Pada akhirnya, pemerintah memutuskan untuk impor. 

"Dan memang tidak bisa dipungkiri tidak bisa dihindari, bahwa beras tetap di atas HET sampai panen raya akan terjadi," sebut Reynaldi. 

 

Pedagang Kesulitan

Reynaldi beranggapan, hadirnya beras impor justru turut jadi kendala yang membuat pedagang kesulitan. Oleh karenanya, ia meminta Bulog bersungguh-sungguh mengatasi persoalan beras.

"Fokus saja soal beras tidak usah ngurus yang lain. Walaupun begitu kami tetap mengapresiasi langkah bulog untuk melakukan operasi pengendalian harga sehingga harga tidak melambung tinggi dan stok tetap ada di pasar," tuturnya.  

"Kami berharap Bulog dapat melaksanakan tugasnya untuk melakukan penyerapan terhadap beras petani di panen raya bulan depan," pungkas Reynaldi.

INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia
INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya