Hilirisasi Industri Nikel Paling Pesat, Hampir Ada 100 Smelter

Perkembangan hilirisasi industri Mineral dan Batubara (Minerba) yang paling cepat adalah hilirisasi nikel. Menyusul belasan smelter lainnya yang akan mengarah pada produksi baterai.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Jun 2023, 15:45 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2023, 15:45 WIB
Staf Khusus (Stafsus) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Irwandy Arif dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah, Senin (12/6/2023).
Staf Khusus (Stafsus) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Irwandy Arif dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah, Senin (12/6/2023). Ia mengungkapkan perkembangan hilirisasi industri Mineral dan Batubara (Minerba). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus (Stafsus) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Irwandy Arif mengungkapkan perkembangan hilirisasi industri Mineral dan Batubara (Minerba) yang paling cepat adalah hilirisasi nikel.

"Memang kalau kita lihat yang paling pesat perkembangannya hilirisasi nikel, dimana sudah lebih dari 100 smelter yang ada yang mengarah kepada industri besi baja, dengan produk Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel," kata Irwandy dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 Untung Rugi Larangan Ekspor Mineral Mentah, Senin (12/6/2023).

Disamping itu, kata Irwandy, juga menyusul belasan smelter lainnya yang akan mengarah pada produksi baterai. Selain itu, untuk hilirisasi bauksit kini juga mengalami perkembangan. Tercatat ada 4 perusahaan yang sudah menghasilkan alumina dari bauksit.

"Kita lihat ada perkembangan juga yang terjadi di industri bauksit yang mengarah pada alumina dan aluminium. Jadi, dari industri bauksit ini ada 4 perusahaan sudah menghasilkan dari bijih bauksit ke alumina," ujarnya.

"Kemudian ada beberapa 1 atau 2, satu sudah eksis menghasilkan dari alumina ke alumunium, dan satu lagi berkembang di Kalimantan Utara untuk menghasilkan aluminium," tambahnya.

Sedangkan, untuk produk komoditas pertambangan lainnya yang sudah berkembang hilirisasinya adalah tembaga. Dimana terdapat 3 perusahaan besar yang melakukan hilirisasi industri tembaga yakni PT Freeport Indonesia, PT Amman Mineral Nusa Tenggara, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk.

"Yang akan membangun pasti itu sudah berjalan ada 2, yaitu smelter yang ada di Gresik milik Freeport dan smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara di Nusa Tenggara Barat," ujarnya.

Kemudian untuk hilirisasi industri bijih besi dan seng saat ini sedang dalam proses berkembang. Menurutnya, Pemerintah perlu mendorong perusahaan-perusahaan yang sedang membangun smelter dua komoditas tersebut.

"Dari bijih besi, dan seng yang sedang jalan. Kalau kita lihat perkembangannya cukup cepat tetapi perlu dorongan Pemerintah untuk mereka-mereka yang sedang membangun smelter," pungkasnya.

Pesan Jokowi kepada Pemimpin Selanjutnya: Hilirisasi Apa Pun Risikonya Harus Dilakukan

Presiden Jokowi saat berpidato di Ecosperity Week 2023, Singapura, Rabu (6/7/2023). (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Presiden Jokowi saat berpidato di Ecosperity Week 2023, Singapura, Rabu (6/7/2023). (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan kepada presiden yang terpilih nanti pada pemilihan umum (pemilu) 2024 harus berani mengindustrikan bahan-bahan mentah sehingga dapat memberikan nilai tambah. Oleh karena itu, Jokowi menekankan kalau hilirisasi harus dilakukan.

"Kita tahu, Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah bukan hanya urusan tambang, bukan hanya barang mineral bukan, produk sumber daya laut sangat melimpah. Komoditas pertanian, perkebunan, melimpah bertahun-tahun ekspor dalam bentuk bahan mentah, Ini kekeliruan yang tak boleh kita ulang lagi," ujar dia saat pidato dalam acara Musra Relawan di Jakarta, Minggu, 14 Mei 2023.

Jokowi juga memberikan pesan kepada pemimpin selanjutnya kalau harus industrikan bahan-bahan mentah."Pemimpin akan datang harus industrikan bahan-bahan menta itu sehingga hilirisasi itu harus dilakukan apa pun risikonya," ujar dia berapi-api.

Jokowi menceritakan kalau Uni Eropa menggugat satu bahan mineral yaitu nikel. Di sisi lain Indonesia memiliki barang tambang beragam yakni nikel, tembaga, timah, batu bara, dan bauksit.

"Apakah kita mau berhenti karena digugat Uni Eropa?. Kalau pemimpin tidak berani pasti mundur minta ampun, digugat mundur langsung minta ampun, jangan bermimpi negara ini negara maju, itu baru bahan satu saja belum nanti komoditas laut, perkebunan. Belum nanti komoditas perkebunan bukan hanya satu kelapa sawit, ada kopi, kakao, minyak atsiri, masih banyak bisa sebagai potensi kekuatan kita," tutur dia.

Mengelola Bahan Mentah di Dalam Negeri

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memimpin Rapat Terbatas Rencana Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Istana Merdeka Jakarta pada Rabu, 28 Desember 2022. (Dok Humas Sekretariat Kabinet RI)

Jokowi berharap bahan komoditas itu dapat diolah di dalam negeri sehingga memberikan nilai tambah. Jika Indonesia belum dapat mengelola, Jokowi menuturkan untuk mencari mitra di luar. Akan tetapi, ia mengingatkan kalau mengelola dan mengolah bahan komoditas di dalam negeri maka berdampak terhadap penerimaan negara.

"Negara itu bisa dapat pajak, negara bisa dapatkan PPH, PPN, PNBP. Kalau mentah dapat apa, dan paling penting bisa buka lapangan kerja seluas-luasnya untuk negara ini," kata Jokowi.

Jokowi juga menegaskan jika digugat tetapi tidak berani dan melempem jangan harap Indonesia menjadi negara maju. Jokowi pun memberikan pesan kepada pemimpin selanjutnya untuk tidak takut digugat negara manapun.

"Kalau digugat cari pengacara terbaik agar gugatan kita menang. Tahun kemarin gugatan kita kalah. Kalau kalah saya sampaikan ke menteri tidak boleh mundur. Saya minta naik banding, sambil industrinya diselesaikan. Kalau gugatan rampun artinya bisa kelola bahan mentah jadi bahan jadi. Oleh sebab itu, ke depan pemimpin yang kuat," tutur dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya