Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara telah melakukan penerbangan komersial pertama ke luar negeri sejak pandemi COVID-19.
Maskapai Korea Utara Air Koryo tiba di Beijing, China pada Selasa, 22 Agustus 2023 yang menandai kembali dimulainya penerbangan komersial yang hubungkan dua negara. Penerbangan komersial ini dilakukan usai lebih dari 3,5 tahun berhenti akibat pandemi COVID-19, demikian dikutip dari laman Yonhap, Selasa (22/8/2023).
Baca Juga
Penerbangan JS151 yang berangkat dari Bandara Internasional Sunan di Pyongyang,tiba di Beijing pada pukul 09:14, lebih awal dari perkiraan waktu kedatangan pada pukul 09.50. Papan kedatangan dan keberangkatan di bandara menunjukkan penerbangan telah tiba di Beijing dan penerbangan JS152 dijadwalkan berangkat ke Pyongyang, Korea Utara pada pukul 13:05 waktu setempat.
Advertisement
Belum diketahui siapa penumpang yang berada di dalam penerbangan tersebut. Kedatangan itu terjadi setelah dua penerbangan Air Koryo yang dijadwalkan tiba di Beijing pada pukul 09.30 dan berangkat pada pukul 13.05, tiba-tiba dibatalkan.
Itu juga terjadi beberapa hari setelah tim atlet Korea Utara melakukan perjalanan langka melintasi perbatasan dengan bus yang berangkat dari kota perbatasan Korea Utara Sinuiju ke China untuk hadiri acara taekwondo di Kazakshtan.
Penyeberangan perbatasan yang langka dipandang sebagai tanda pembukaan kembali perbatasan Pyongyang setelah menutup perbatasannya dengan China karena pandemi COVID-19 pada awal 2020.
Mengutip laman Al Jazeera, Air Koryo juga telah menjadwalkan penerbangan ke Vladivostok, Rusia pada Jumat, 25 Agustus 2023, demikian dari laporan Reuters, yang mengutip salah satu sumber.
Adapun Korea Utara perlahan-lahan melonggarkan pembatasan perjalanan setelah negara-negara lain menutup akses karena pandemi COVID-19 termasuk tetangganya China.
Pejabat China dan Rusia bulan lalu terbang ke Pyongyang untuk memperingati 70 tahun penandatanganan gencatan senjata yang hentikan permusuhan dalam Perang Korea pada 1950-1953, menandai kunjungan pertama pejabat asing ke negara tersebut sejak terjadi pandemi COVID-19.
Peretas Korea Utara Curi Kripto Rp 3 Triliun Sepanjang 2023
Sebelumnya, Korea Utara telah mencuri sekitar USD 200 juta atau setara Rp 3 triliun (asumsi kurs Rp 15.321 per dolar AS) dalam cryptocurrency, sepanjang 2023.Â
Dilansir dari Yahoo Finance, ditulis Selasa (22/8/2023), jumlah ini 10 kali lebih besar dari serangan oleh pihak lain. Peretas Korea Utara mencuri Ethereum dan Bitcoin, menukar token melalui pertukaran terdesentralisasi dan kemudian mencucinya melalui teknik yang berbeda,
Dengan peretasan yang masih mengganggu ekosistem kripto, keamanan siber telah menjadi salah satu area paling aktif untuk investasi dan pengembangan usaha. Awal bulan ini, startup pemberantasan kejahatan kripto CAT Labs meluncurkan inisiatif untuk mendorong standar keamanan siber baru dengan tujuan mencegah eksploitasi.
Belum lama ini, grup peretas yang didukung pemerintah Korea Utara menyerang perusahaan manajemen IT Amerika Serikat (AS) dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk menargetkan perusahaan cryptocurrency.Â
Peretas membobol perusahaan JumpCloud yang berbasis di Louisville, Colorado pada akhir Juni dan menggunakan akses mereka ke sistem perusahaan untuk menargetkan sekitar 5 kliennya yang merupakan perusahaan kripto.Â
JumpCloud tidak mengidentifikasi pelanggan yang terpengaruh, tetapi firma keamanan siber CrowdStrike Holdings mengatakan peretas yang terlibat diketahui fokus pada pencurian kripto.
CrowdStrike mengidentifikasi para peretas sebagai "Labyrinth Chollima" salah satu dari beberapa kelompok yang diduga beroperasi atas nama Korea Utara. Para peretas diduga bertanggung jawab bekerja untuk Biro Umum Pengintaian Korea Utara (RGB), badan intelijen asing utamanya.
Â
Advertisement
Kelompok Peretas Lain
Labyrinth Chollima adalah salah satu kelompok peretas paling produktif di Korea Utara dan dikatakan bertanggung jawab atas beberapa intrusi dunia maya yang paling berani dan mengganggu di negara terisolasi itu.Â
Pencurian cryptocurrency telah menyebabkan hilangnya jumlah yang menggiurkan: perusahaan analitik Blockchain, Chainalysis, mengatakan tahun lalu kelompok yang terkait dengan Korea Utara mencuri sekitar USD 1,7 miliar atau setara Rp 25,5 triliun uang tunai digital melalui berbagai peretasan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Peretas Korea Utara Gondol Lebih dari USD 180 Juta Kripto Selama Semester I 2023
Sebelumnya, Korea Utara terus menimbulkan ancaman signifikan dalam ranah eksploitasi mata uang kripto. Hal itu menyusul temuan badan intelijen nasional Korea Selatan, yang mencatat peretas dari negara tersebut telah secara ilegal mengumpulkan setidaknya USD 180 juta dalam enam bulan pertama 2023.
Melansir The Block, Jumat (18/8/2023), aksi peretasan di Korea Utara kemungkinan melibatkan Grup Lazarus. Lazarus Group, adalah salah satu tersangka yang paling dicari dalam berbagai peretasan terkait crypto.
CoinsPaid, sebuah entitas yang terkait dengan pemroses pembayaran kripto Alphapo, mengungkapkan pihaknya mengalami eksploitasi senilai USD 37 juta bulan lalu, mencurigai Lazarus Group sebagai biang keladi serangan tersebut. Pemerintah AS mengidentifikasi Lazarus sebagai pelaku utama dalam peretasan senilai USD 600 juta tahun lalu di Ronin, blockchain yang mengoperasikan permainan play-to-earn yang dikenal sebagai Axie Infinity.
Grup ini telah terlibat dalam pencurian dari pengguna cryptocurrency selama beberapa tahun. Sebelumnya, perusahaan analitik Blockchain, Chainalysis mengatakan 2022 adalah tahun dengan peretasan terbesar untuk kripto, dengan nilai aset yang dibobol mencapai USD 3,8 miliar.
Perusahaan menambahkan bahwa peretasan protokol keuangan terdesentralisasi (decentralized finance/defi) menyumbang 82,1 persen dari semua kripto yang dicuri oleh peretas sepanjang 2022. Selain protokol defi, Chainalysis mencatat bahwa peretas yang terkait dengan Korea Utara cenderung mengirim uang dalam jumlah besar ke sebuah sistem mixer, yang biasanya menjadi landasan proses pencucian uang mereka.
Â
Advertisement