Ekonomi Syariah Indonesia Duduki Peringkat 4 Dunia, Menperin Belum Puas

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut bahwa ekonomi syariah dan industri halal telah dipandang sebagai sumber mesin pertumbuhan ekonomi baru, tidak hanya di tingkat domestik, tetapi juga di tingkat global.

oleh Amira Fatimatuz Zahra diperbarui 24 Okt 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2023, 10:00 WIB
Menperin Agus di IHYA 2023
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di IHYA 2023 (Amira Fatimatuz Zahra/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut bahwa ekonomi syariah dan industri halal telah dipandang sebagai sumber mesin pertumbuhan ekonomi baru, tidak hanya di tingkat domestik, tetapi juga di tingkat global.

Potensi ekonomi syariah terutama pasar halal pun kian membesar. Berdasarkan data Pew Research Center’s Forum on Religion and Public Life, populasi penduduk muslim di dunia pada tahun 2020 mencapai 1,9 milyar jiwa, dan diperkirakan akan terus bertambah hingga 2,2 milyar jiwa atau 26,5% dari total populasi dunia di tahun 2030. 

“Peningkatan angka tersebut akan diiringi oleh semakin meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa halal,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita dalam acara Indonesia Halal Industry Awards 2023, dikutip pada Selasa (24/10/2023). 

Agus mengatakan, posisi ekonomi syariah Indonesia di tataran global terus meningkat di berbagai sektor. Hal itu dibuktikan berdasarkan The State of the Global Islamic Economy Report 2022, Indonesia menempati urutan kedua di tahun 2022 pada sektor makanan halal setelah sebelumnya berada di peringkat keempat pada tahun 2021.

Pada sektor modest fashion, Indonesia tetap berada pada tingkat ketiga sepanjang tahun 2021 hingga 2022.

Namun, pada sektor farmasi Indonesia mengalami penurunan ke peringkat 9 di tahun 2022 sementara sebelumnya ada di peringkat keenam pada tahun 2021.

“Secara keseluruhan, indikator ekonomi syariah Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia selama tahun 2021 hingga 2022,” ujarnya.

 

“Kalau saya sih belum puas ada di peringkat keempat,” lanjutnya.

Menanggapi penurunan peringkat pada sektor farmasi, Agus mengatakan “Penurunan ini tentu harus kita cermati. Akan dipelajari negara-negara mana aja yang menyalip Indonesia, dan bagaimana mereka bisa menyalip kita. Itu harus kita petakan.” 

“Sehingga kita ada benchmark, due diligence, kemudian juga kalau saya pergunakan istilah ofensif, kita bisa counter attack sehingga setidaknya kita bisa mengembalikan farmasi ke peringkat keenam, dan mudah-mudahan bisa meningkat jadi lima besar,” tambahnya.

Net Exporter

IHYA 2023
Kementerian Perindustrian menggelar IHYA 2023 untuk apresiasi para pemangku kepentingan industri halal. (Amira Fatimatuz Zahra/Liputan6.com)

Agus juga menyampaikan, Indonesia Halal Market Report 2021/2022 yang disampaikan oleh bank Indonesia (BI) pada tahun 2020, Indonesia mengekspor dengan total USD 46,7 miliar produk halal, termasuk makanan, fashion, farmasi, dan kosmetik secara global.

Adapun impor produk halal pada tahun 2020 senilai USD 14,5 miliar sehingga secara agregat Indonesia dapat dikategorikan sebagai net exporter produk halal.

Pada tahun 2021, tercatat ekspor Indonesia sebesar USD 48,3 miliar dan diikuti USD 53,8 miliar di tahun 2022.

“untuk mencapai pertumbuhan produk industri halal seperti yang diharapkan, maka diperlukan kolaborasi dan sinergi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan untuk menciptakan ekosistem pendukung pertumbuhan industri halal nasional sehingga mampu mencapai angka-angka proyeksi tersebut,” katanya.

Sebagai apresiasi kepada para pemangku kepentingan industri halal yang mendukung dan berperan aktif dalam penumbuhan, pengembangan, dan pemberdayaan industri halal nasional, Kemenperin menggelar kegiatan Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) di tahun 2023.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya