Pakai Acuan Baru, Penentuan Inflasi BPS Bakal Makin Akurat

Survei biaya hidup (SBH) 2022 akan menjadi acuan penentuan inflasi pada Januari 2024. Dimana pengumumannya akan disampaikan pada Februari 2024.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 12 Des 2023, 12:15 WIB
Diterbitkan 12 Des 2023, 12:15 WIB
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Sosialisasi Survei Biaya Hidup (SBH), di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (12/12/2023). (Arief/Liputan6.com)
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Sosialisasi Survei Biaya Hidup (SBH), di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (12/12/2023). (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merampungkan survei biaya hidup (SBH) Tahun 2023 yang mencakup rincian komponen biaya di masyarakat. SBH 2022 ini bisa menjadi acuan lebih akurat guna menentukan tingkat inflasi.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan SBH 2022 menjadi satu pemutakhiran data dari SBH 2018. Nantinya, data yang terkumpul ini jadi acuan untuk penentuan indeks harga konsumen (IHK), kemudian hadi satu variabel dalam penentuan inflasi.

"Inflasi pastinya berdasarkan perubahan indeks harga konsumen. Oleh sebab itu menjadi penting kiranya bagi BPS melakukan updating yang salah satunya kami lakukan dengan melaksanakan survei biaya hidup yang terkahir kami lakukan adalah di tahun 2022 yang lalu," tuturnya dalam Sosialisasi SBH 2022, di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Dia mengatakan, SBH 2022 akan menjadi acuan penentuan inflasi pada Januari 2024, tahun depan. Dimana pengumumannya akan disampaikan pada Februari 2024.

Ini menjadi langkah baru, mengingat sebelumnya, acuan penentuan IHK dan inflasi masih berpatok pada SBH 2018. Amalia membidik akan muncul tren baru yang lebih akurat mengingat ada perubahan pola konsumsi di masyarakat.

"Sehingga nanti mulai angka inflasi Januari 2024 yg kemudian akan kami rilis pada 1 Februari 2024 akan menggunakan SBH dengan tahun dasar 2022," tuturnya.

Amalia menerangkan, terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat pasca pandemi Covid-19. Salah satu alasan survei dilakukan pada 2022, menimbang kemampuan masyarakat yang mulai pulih.

"Kami yakini, pastinya terjadi perubahan pola konsumsi dari masyarakat kita. Kalau dibadingkan SBH 2022 dengan SBH 2018. Ini penting untuk bagaimana kita bisa memotret pola konsumsi dari masyarakat yang setelah terjadi Pandemi Covid-19," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Beras Terkendali Tahun Depan

Harga Beras di Pasar Agung, Depok
Beberapa harga pangan di Kota Depok, Jawa Barat menjelang Natal dan tahun baru masih mengalami kenaikan hingga saat ini, pada 4 Desember 2023. (Amira Fatimatuz Zahra/Liputan6.com)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) prediksi harga beras dapat terkendali pada Januari-Maret 2024. Hal ini mempertimbangkan potensi peningkatan produksi yang dapat mencukupi kebutuhan beras.

"Kita berharap tahun depan tidak terjadi lagi kenaikan beras seperti yang terjadi tahun ini. Tentunya dengan kebijakan pemerintah tentang penyediaan beras akan mengurangi kenaikan beras pada tahun depan," tutur Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud, Jumat (1/12/2023), seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, BPS menyebutkan tekanan komoditas beras terhadap inflasi mulai menunjukkan pelemahan pada November 2023 yakni sebesar 0,43 persen (month-to-month/mtm).

Beras telah menjadi komoditas utama penyumbang inflasi September dan Oktober dengan catatan inflasi masing-masing 5,61 persen dan 1,72 persen mtm.

"Pada November 2023, beras mengalami inflasi dengan tekanan yang terus melemah yaitu 0,43 persen. Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi yang terjadi pada inflasi beras pada akhir tahun 2022, di mana pada November tahun lalu tekanan inflasi beras melemah dibandingkan bulan sebelumnya," tutur Edy.

 


Penurunan Harga Beras

Tinjau Harga Beras di Pasar
Tim Satgas Pangan Polda Metro Jaya dan Perum Bulog mengecek kualitas beras saat melakukan peninjauan di Pasar Tomang Barat, Jakarta, Rabu (21/11). Kegiatan tersebut untuk memantau stabilitas harga beras medium di pasaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Edy menuturkan, tekanan beras terhadap inflasi yang mulai melemah itu seiring bertambahnya kota yang mengalami deflasi beras jika dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Pada Agustus, jumlahnya yakni 68 kota inflasi, 14 kota deflasi dan 8 kota stabil. Selanjutnya, berubah pada September menjadi 85 kota inflasi, 4 kota deflasi dan 1 kota stabil.

Peningkatan jumlah kota yang mengalami inflasi beras meningkat pada Oktober menjadi 87 kota inflasi, 2 kota deflasi, dan satu kota stabil. Sedangkan pada November tercatat 59 kota alami inflasi beras, 21 kota alami deflasi dan 10 kota stabil.

Edy menilai, beras pada tingkat produsen telah terjadi penurunan tetapi berlum tertransmisi hingga ke level pedagang. "Jadi, bulan ini masih terjadi inflasi beras, tapi semakin kecil," tutur Edy.

INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia
INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya