Liputan6.com, Jakarta Pabrik Kaltim Amonium Nitrat telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) di Bontang, Kalimantan Timur, pada Kamis, (29/3/2024).
PT Pupuk Indonesia (Persero) menilai hadirnya pabrik ini dapat mengurangi kebutuhan impor amonium nitrat nasional, dari sebelumnya 21 persen menjadi 8 persen atau sama dengan menghemat devisa negara sampai dengan USD 52,5 juta per tahun.
Baca Juga
Oleh karena itu PT Pupuk Indonesia mendukung pengembangan industri petrokimia di Indonesia melalui kehadiran Pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama di Indonesia.
Advertisement
Pabrik yang berlokasi di kawasan Kaltim Industrial Estate (KIE) di Bontang, Kalimantan Timur ini merupakan proyek hasil kerjasama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), anak perusahaan Pupuk Indonesia dengan PT Dahana Investama Corp. (PT DIC), yang merupakan anak perusahaan PT Dahana.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan Pabrik Kaltim Amonium Nitrat (KAN) ini tidak hanya akan meningkatkan kapasitas produksi amonium nitrat nasional, tetapi juga mendukung program hilirisasi industri pemerintah.
"Langkah ini merupakan bagian dari visi Pupuk Indonesia untuk mendorong inovasi guna menjadi pemain global dalam industri pupuk dan petrokimia," kata Rahmad, di Jakarta, Jumat (1/3/2024).
Hilirisasi Industri
Menurutnya, dengan beroperasinya pabrik amonium nitrat ini tidak hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin tinggi, tetapi juga membuktikan komitmen sinergi BUMN dalam mendukung hilirisasi industri dalam meningkatkan nilai tambah produk, mengurangi ketergantungan terhadap impor, hingga melindungi lingkungan, karena amonium nitrat ini memanfaatkan ekses produksi amonia di PKT.
“Pada pengembangan produksi amonium nitrat, ekses dari produksi amonia PKT akan dialihfungsikan menjadi bahan baku untuk memproduksi amonium nitrat di pabrik ini," ujarnya.
Bahan Baku
Kata dia, dengan menggunakan bahan baku dari Pupuk Kaltim, pabrik ini menghasilkan amonium nitrat produksi dalam negeri dengan TKDN lebih dari 93,55 persen.
Ia menilai dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular, BUMN memiliki kesempatan besar untuk mengoptimalkan potensi dari gas alam yang tidak terbarukan menjadi sumber daya yang bernilai tambah.
"Kami harapkan, penerapan praktik ekonomi sirkular ini akan membantu dalam memanfaatkan sumber daya yang tidak terbarukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan dan ekonomi,” jelas Rahmad.
Adapun saat beroperasi penuh, pabrik ini memiliki kapasitas produksi hingga 75.000 metrik ton amonium nitrat dan 60.000 metrik ton asam nitrat per tahun.
"Dengan jumlah kapasitas tersebut, pabrik ini diharapkan dapat memenuhi sebagian total kebutuhan amonium nitrat dalam negeri yang diperkirakan mencapai 580.000 ton pada 2024," ujarnya.
Advertisement
Bahan Baku Peledak
Selain sebagai bahan baku peledak, amonium nitrat juga merupakan salah satu bahan baku pupuk, khususnya NPK berbasis nitrat. Dimana saat ini Indonesia masih belum memiliki fasilitas produksi NPK nitrat, sehingga kebutuhannya didatangkan dari Rusia dan Norwegia. Dengan demikian, pengembangan amonium nitrat di PKT ini dapat mengurangi ketergantungan impor.
"Pupuk NPK nitrat sangat penting dalam pertanian pangan, buah, perkebunan, dan hortikultura. Sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pemenuhan kebutuhan pupuk nasional," ujarnya.
Kedepan, Pupuk Indonesia akan terus memperkuat industri pupuk dan petrokimia nasional. Selain amonium nitrat, Pupuk Indonesia juga tengah mengembangkan hilirisasi produk petrokimia lainnya seperti soda ash dan metanol.
Secara jangka panjang, Pupuk Indonesia bersama sejumlah mitra strategis juga tengah mengkaji pengembangan industri ramah lingkungan melalui hidrogen dan amonia hijau, hingga Green Industry Cluster.