Sarop Do Mulana, Kumpulan Anak Muda Ubah Limbah Jadi Berkah

Oleh Koperasi Sarop Do Mulana, limbah kayu palet milik Agincourt Resources diolah agar bisa bernilai jual. Kayu palet yang berasal dari pohon jati belanda dan pinus ini diolah menjadi furniture.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Jun 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2024, 09:00 WIB
Fikri dan Sidik pengurus Koperasi Sarop Do Mulana binaan Agincourt Resources. (Deon/Liputan6.com)
Fikri dan Sidik pengurus Koperasi Sarop Do Mulana binaan Agincourt Resources. (Deon/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta- Bermula dari mencari pekerjaan, kumpulan anak muda ini akhirnya justru mampu menjadi entrepreneur alias pengusaha muda dengan mengolah limbah menjadi barang yang memiliki nilai jual. Tentu saja hal ini menjadi berkah yang berlimpah bagi mereka.

Sarop Do Mulana adalah nama sebuah koperasi yang terletak di Jalan Lintas Sumatera, Desa Sumuran, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Koperasi ini dikelilingi oleh pohon sawit. Di kantor yang juga berfungsi sebagai workshop, bertumpuk-tumpuk kayu palet tergeletak.

Fikri, salah satu pengurus Sarop Do Mulana bercerita, koperasi tersebut terbentuk pada 2017. Saat itu sejumlah anak muda di Desa Sumuran mencoba mencari peruntungan dengan melamar ke PT Agincourt Resources (PTAR) yang merupakan perusahaan penambangan dan pengolahan emas dan perak di dalam Tambang Emas Martabe. 

Lokasi Agincourt Resources memang tidak jauh dari tempat tinggal para pemuda tersebut.

Namun karena keahlian belum sesuai, para pemuda ini tidak bisa bekerja di dalam tambang Martabe.

Sebagai perusahaan yang memiliki  tanggung jawab lingkungan dan berusaha untuk berkontribusi kepada masyarakat, Agincourt Resources pun tak tinggal diam. Perusahaan mencari cara agar para pemuda tersebut bisa tetap berkontribusi.

“Kemudian kami diskusi dan terbentuklah koperasi pengolahan kompos dari sampah,” jelas Fikri seperti ditulis Minggu (9/6/2024). Koperasi tersebut diberi nama Sarop Do Mulana yang memiliki arti bermula atau berawal dari sampah.

Koperasi ini mulanya memang mengolah sampah basah dari pasar untuk dijadikan kompos. Kemudian berkembang dengan mengolah kayu palet yang berasal dari PT Agincourt Resources. Bagi perusahaan, ribuan lembar limbah kayu palet yang menjadi samlah karena cuma ditumpuk saja.

Semua Sampah Menjadi Bernilai Jual

Fikri dan Sidik pengurus Koperasi Sarop Do Mulana binaan Agincourt Resources. (Deon/Liputan6.com)
Fikri dan Sidik pengurus Koperasi Sarop Do Mulana binaan Agincourt Resources. (Deon/Liputan6.com)

Oleh Koperasi Sarop Do Mulana, limbah kayu palet tersebut diolah agar bisa bernilai jual. Kayu palet yang berasal dari pohon jati belanda dan pinus ini ternyata bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi furniture.

“Kayu yang masih bagus kami bikin jadi furniture seperti meja belajar, kursi dan dipan. Kalau yang sudah jelek tetap kami manfaatkan dan diolah menjadi kompos,” terang Fikri.

“Alat-alat untuk mengolahnya kami pun dibantu oleh PTAR. Jadi seperti gergaji dan lainnya. Kami juga diberi pelatihan,” tambahnya.

Setiap bulan, Koperasi Sarop Do Mulana menerima lebih dari 1.500 lembar kayu palet dari PTAR. Dari jumlah tersebut kurang lebih 40 persen bisa jadi furniture.

Tak main-main, untuk meja sekolah dihargai sekitar Rp 700 ribu, sedangkan untuk dipan bisa lebih mahal lagi hingga 1 juta. Onzet koperasi tersebut mencapai Rp 9,9 juta per bulan.

 

Dimanfaatkan sampai Sisa Terakhir

Fikri dan Sidik pengurus Koperasi Sarop Do Mulana binaan Agincourt Resources. (Deon/Liputan6.com)
Fikri dan Sidik pengurus Koperasi Sarop Do Mulana binaan Agincourt Resources. (Deon/Liputan6.com)

Superintendent – Local Economic Development Community Development PT Agincourt Resources Dominico Savio Sandi Sarkoro menjelaskan menjelaskan, PTAR mendampingi koperasi tersebut sejak  2017. Artinya, Agincourt Resources memang dari awal menelurkan dan membesarkan koperasi tersebut.

Perusahaan ingin berkolaborasi dengan masyarakat sekitar untuk menciptakan produk berharga ekonomi. Kemudian tercetuslah usaha daur ulang palet kayu menjadi furniture ini.

“Saat ini fokus dari koperasi ini justru ke produk furniture dan kemudian turunan bisa dibuat untuk pupuk. Pokoknya dimanfaatkan sampai sisa terakhir jadi serbuk untuk kompos dan kemudian juga akan digunakan untuk rehabilitasi di lahan milik PTAR,”

Sandi bercerita, Koperasi Koperasi Sarop Do Mulana mengalami lonjakan omzet pada 2022 ke 2023 kemarin. Lonjakannya sampai 100 persen menjadi Rp 100 juta. Hal ini karena sejumlah pemerintah daerah sudah melirik produk produk dari Koperasi Sarop Do Mulana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya