Data Tenaga Kerja AS Lampaui Prediksi, Rupiah Dibuka Melemah

Potensi pelemahan nilai tukar rupiah ke arah 16.250 per dolar AS, dengan support di kisaran 16.150 per dolar AS hari ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Jun 2024, 10:15 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 10:15 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Pada Senin (10/6/2024), nilai tukar rupiah dibuka melemah 86 poin atau 0,53 persen menjadi 16.282 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.196 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan rupiah ini terjadi setelah data tenaga kerja AS di atas prediksi para analis dan ekonom. 

Pada Senin (10/6/2024), nilai tukar rupiah dibuka melemah 86 poin atau 0,53 persen menjadi 16.282 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.196 per dolar AS.

"Rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS setelah data tenaga kerja AS versi pemerintah bulan Mei yaitu data Non Farm Payrolls (NFP) dan data upah rata-rata per jam menunjukkan hasil yang lebih bagus dari proyeksi pasar," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Data tenaga kerja NFP AS Mei 2024 tercatat sebesar 272 ribu, lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar sebesar 182 ribu dan capaian bulan sebelumnya 165 ribu.

Ariston menuturkan kondisi ketenagakerjaan yang membaik bisa mendorong kenaikan inflasi lagi sehingga ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS menurun dan mendorong penguatan dolar AS lagi.

Indeks dolar AS pagi ini bergerak di kisaran 105,11, sebelumnya di Jumat pekan lalu, indeks bergerak di kisaran 104.

Ia mengatakan potensi pelemahan rupiah ke arah 16.250 per dolar AS, dengan support di kisaran 16.150 per dolar AS hari ini.

Rupiah Diramal Tembus Level Ini di Juni 2024

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan menyentuh level 16.350 per USD di bulan Juni 2024.

Ibrahim menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah secara eksternal adalah ketegangan di Timur Tengah terutama setelah Israel melakukan penyerangan terhadap Rafah. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Fed Masih Tahan Suku Bunga

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Serangan tersebut dikhawatirkan menimbulkan ketegangan baru di wilayah tersebut, di mana Mesir, Lebanon, Yaman, Suriah hingga Iran yang memberi kecaman terhadap Israel.

"Di sisi lain pun juga pengadilan internasional sudah memberikan ultimatum terhadap Israel agar tidak melakukan penyerangan, bahkan  Jerman mengatakan siap untuk menangkap Perdana Menteri Israel apabila pengadilan internasional memberikan wewenang terhadap negara tersebut," Ibrahim menjelaskan.

Adapun bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve yang sejauh ini diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga tinggi, atau bahkan akan menaikkannya.

Di minggu ini, yang menjadi alasan The Fed menahan suku bunga tinggi adalah inflasi inti AS yang masih stagnan atau belum menurun.

"Di sisi lain, pada minggu ini PDB revisi juga akan dirilis. Kita mengetahui bahwa PDB Amerika Serikat tidak sesuai dengan ekspektasi pasar membuat dollar dan yield obligasi Amerika terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sehingga dolar terus mengalami penguatan," papar Ibrahim. 

Lantas, apa saja yang bisa dilakukan Pemerintah agar ekonomi masih terjaga dan Rupiah stabil?

 


Stimulus Pangan

20150812-Rupiah-Anjlok
Petugas memperlihatkan uang pecahan US$100 dan rupiah di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ibrahim mengatakan, Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk kembali mengeluarkan stimulus, salah satunya pada pangan.

"Karena itulah salah satu-satunya agar konsumsi masyarakat kembali," ucapnya.

"Di sisi lain pun juga bahwa dampak dari kenaikan harga minyak, juga kemungkinan akan berdampak terhadap penurunan subsidi bahan bakar minyak, terutama yang terkait dengan diesel," tambahnya. 

Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS
Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya