Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan rentang besaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2025 turun. Meski, defisit APBN perdana era Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka itu masih terus dibahas.
Dia mengatakan, pada pembahasan terakhir, defisit APBN 2025 berada di rentang 2,21-2,8 persen. Angka ini diketahui turun dari sebelumnya sebesar 2,45-2,82 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Juga
"Seperti yang kita lihat defisit APBN 2025 masih dibahas dalam range antara, sekarang range-nya lebih rendah sedikit 2,21-2,8 persen, ini memberi range yang lebih lebar," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Advertisement
Dia menjelaskan, hal itu mengartikan kalau pemerintag mampu menjaga kondisi fiskal secara hati-hati. Dengan tujuan menjaga sustainabilitas anggaran untuk menopang program-program pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Ini berarti kita akan mampu untuk tetap menjaga fiskal yang prudent hati-hati dan tetap sustainable, namun pada saat yang sama bisa mengakomodasi program yang akan dilaksanakan pemerintahan baru 2025," tuturnya.
Bendahara Negara ini menuturkan, pembahasan RAPBN 2025 masih terus berjalan dengan DPR RI. Meski ada beberapa poin yang mulai menemukan kesepakatan dengan Komisi XI DPR RI.
Misalnya, mengenai asumsi dasar makro ekonomi berupa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1- 5,5 persen, tingkat inflasi dijaga pada rentang 1,5 - 3,5 persen, nilai tukar di kisaran 15,300 - 15.900. Kemudian, suku bunga SBN diperkirakan tahun depan sebesar 6,9 - 7,2 persen.
"Harga minyak disepakati di Komisi VII (sebesar) 80 - 85 dollar per barel, lifting minyak 600 - 605 ribu barel perhari, lifting gas 1.003.000 sampai 1.047.000 barel ekuivalen minyak perhari," tuturnya.
"Ini asumsi yang dibahas dan sampai hari ini dan pembahasan dengan Badan Anggaran juga melihat secara lebih detail penerimaan negara proyeksi tahun depan dan belanja negara, termasuk belanja negara untuk mengakomodasi pemeritahan baru 2025," imbuh Menkeu Sri Mulyani.
Â
Lapor Jokowi Kondisi Ekonomi
Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna melaporkan kondisi perekonomian global dan dampaknya ke Indonesia. Termasuk membahas beberapa kemungkinan dampak negatif dari pergerakan ekonomi global.
Sri Mulyani tak sendiri, dia turut didampingi oleh Gubernur Bank Indonesia Perey Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. Para Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) itu menyoroti dinamika politik global dan pengaruhnya terhadap ekonomi nasional.
"Itu menyangkut global politic dan berbagai perkembangan yang terjadi dari perekonomian di Amerika Serikat, Eropa dan RRT yang memiliki potensi pengaruh spill over ke perekonomian kita," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Dia mengatakan, ada ancang-ancang yang perlu dipersiapkan guna mengantisipasi dampak dari kenaikan suku bunga The Fed.
"Itu akan kita pantau bagaimana meminimalkan dampak negatif kalau terjadi keputusan mengenai Fed fund rate, yang beberapa kali akan menurunkan suku bunga dan juga perkembangan di Eropa," ucapnya.
Selain bicara mengenai dampal ekonomi global, Sri Mulyani juga melaporkan terkait pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurutnya, hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor fundamental.
"Kalau kita lihat dari fundamental seperti indeks penjualan riil masyarakat yang mencerminkan konsumsi masyarakat mengalami pemulihan terutama pada Mei Juni ini, kemudian Mandiri Spending Index (MSI), confidence masyarakat, konsumsi semen, konsumsi listrik, PMI semuannya masih dalam relatif terjaga," urainya.
"Ini menjadi pondasi yang cukup baik untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomk kita di kuartal II ini yang masih terjaga seperti yang terjadi di kuartal I," sambung Bandahara Negara itu.
Â
Advertisement
Kondisi Lainnya
Lebih lanjut, dia menuturkan posisi kredit perbankan mengalami kenaikan, baik pada kredit investasi, modal kerja, hinggq konsumsi. Dia bilang, ini menggambarkan fungsi intermediari perbankan juga mengalami hal yang positif atau meningkat cukup baik.
Sri Mulyani mencatat jumlah pertumbuhan kredit mencapai 12,3 persen dan total peningkatan dari dana pihak ketiga juga meningkat 8,1 persen.
"Kami di KSSK menjelaskan memantau stabilitasi sistem keuangan, baik dari perbankan maupun instituasi non bank, juga pergerakan dari kurs kemudian yeild surat berharga dan saham," ujar dia.
Dia memprediksi, kebijakan penurunan suku bunga Amerika Serikat hanya akan terjadi sekali. Maka, disinyalir akan terjadi arus keluar modal (capital outflow) sebagai akibat keputusan tersebut.
"Dengan adanya policy di as yang subungnya tetap tinggi dan penurunan subung diperkirakan hanya akan terjadi sekali, maka kita juga melihat capital outflow yang terjadi akibat dari kebijakan tersebut, dan dampaknya ke perekonomian di dalam negeri," jelasnya.