Jelang Pelantikan Donald Trump, AS Hadapi Batas Utang USD 36 Triliun

Pemberitahuan mengenai batas utang Amerika Serikat tiga hari sebelum Presiden Terpilih AS Donald Trump menjabat.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jan 2025, 11:18 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2025, 11:18 WIB
Jelang Pelantikan Donald Trump, AS Hadapi Batas Utang USD 36 Triliun
Jelang pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, AS akan mencapai batas utang sekitar USD 36 triliun (AP/Andrew Harnik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Jelang pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, AS akan mencapai batas utang sekitar USD 36 triliun atau sekitar Rp 589.138 triliun (asumsi kurs dolar AS 16.365 terhadap rupiah) pada Selasa, 21 Januari 2025.

Mengutip CNN, ditulis Senin (20/1/2025), batas utang itu saat Departemen Keuangan akan mulai mengambil langkah-langkah luar biasa untuk memungkinkan pemerintah AS membayar utangnya. Demikian disampaikan Menteri Keuangan Janet Yellen dalam sebuah surat kepada pemimpin kongkres pada Jumat pekan lalu.

Pemberitahuan datang hanya tiga hari sebelum Presiden Terpilih AS Donald Trump menjabat. Mencapai batas utang itu meningkatkan tekanan pada anggota Kongres dari Partai Republik. Namun, anggota parlemen memiliki sedikit waktu sebelum harus bertindak untuk menghindari gagal bayar pertama kali yang kemungkinan akan menyebabkan pergolakan ekonomi global.

"Langkah-langkah luar biasa yang sebagian besar merupakan manuver akuntansi di balik layar akan berlanjut hingga 14 Maret,” tulis Yellen.

Partai Republik meski menguasai Capital Hill, tetapi tetap terbagi atas cara mengatasi batas utang.  Mereka memiliki beberapa agenda utama yang ingin didorong melalui Kongres sesuai agenda partai termasuk keamanan perbatasan, energi, dan pemotongan pajak, mungkin dalam satu hingga dua paket.

Ditambah lagi, anggota parlemen masih harus meloloskan Rancangan Undang-Undang Pemerintah untuk tahun fiskal 2025 yang dimulai 1 Oktober. Adapun langkah pengeluaran sementara berakhir pada 14 Maret.

RUU untuk menaikkan atau menangguhkan pagu utang dapat dimasukkan dalam salah satu paket ini, meski mengatasi batas itu telah menjadi upaya dalam beberapa tahun terakhir.

Ketua DPR AS Hadapi Perlawanan

Gedung Putih
Gedung Putih menyala dengan warna biru dan putih, warna bendera Israel, sebagai bentuk solidaritas Amerika Serikat dengan Israel di Washington, Amerika Serikat, Senin (9/10/2023). (AP Photo/Jon Elswick)... Selengkapnya

Ketua DPR Mike Johnson sudah hadapi perlawanan dari beberapa anggotanya yang konservatif secara fiskal yang ingin mengurangi utang, bukan menambahnya. Suara mayoritas yang sangat tipis akan membuat Johnson sulit menemukan kompromosi, dan dia mungkin akan memerlukan dukungan Demokrat untuk meloloskan peningkatan hingga batas tersebut.

Isu tersebut telah mengungkap keretakan dalam partai. Pada Desember, Donald Trump menuntut agar anggota parlemen mengatasi batas utang itu sebagai bagian dari RUU pengeluaran sementara. Namun, paket yang dipimpin GOP yang mencakup penangguhan batas hingga Januari 2027, gagal di tengah penentangan yang mencakup sejumlah besar anggota Partai Republik.

Para pemimpin GOP di DPR pada Desember telah melontarkan ide untuk menaikkan batas utang sebesar USD 1,5 triliun sebagai bagian dari paket rekonsiliasi pertama pada 2025. Undang-undang itu juga akan mencakup pemotongan USD 2,5 triliun untuk pengeluaran wajib bersih, yang ditujukan untuk memuaskan anggota konservatif.

Pagi utang telah ditangguhkan hingga 2 Januari sebagai bagian dari Undang-Undang tanggung jawab fiskal bipartisan, yang disetujui Kongres pada Juni 2023 setelah perdebatan berbulan-bulan yang sengit antara DPR yang dipimpin GOP dan Demokrat yang mengendalikan Senat dan Gedung Putih. Batas utang saat itu adalah USD 31,4 triliun.

Kepada Kongres, Yellen menyebutkan, AS tidak benar-benar mencapai batas utang pada 2 Januari karena tingkat utang diprediksi turun pada hari itu karena pelunasan sekuritas tertentu yang dijadwalkan. Saat itu, ia perkirakan batas utang akan tercapai antara 14 Januari dan 23 Januari.

Pertama Kali, Amerika Serikat Bayar Bunga Utang USD 1 Triliun

Hiruk Pikuk Perjalanan Warga AS Sambut Libur Natal dan Tahun Baru
Seorang wanita berjalan ke konter tiket Southwest di Bandara Internasional Los Angeles, Los Angeles, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Jae C. Hong)... Selengkapnya

Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk pertama kali telah menghabiskan lebih dari USD 1 triliun atau sekitar Rp 15.400 triliun (asumsi kurs dolar AS 14.402 terhadap rupiah) tahun ini untuk membayar bunga utang nasionalnya sebesar USD 35,3 triliun, demikian berdasarkan laporan dari Departemen Keuangan.

Dikutip dari CNBC pada Minggu (15/9/2024) Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) mempertahankan suku bunga acuan pada level tertinggi dalam 23 tahun. Hal ini menyebabkan pemerintah telah mengeluarkan USD 1,049 triliun untuk pembayaran utang, naik 30% dari periode yang sama tahun lalu dan bagian dari proyeksi pembayaran sebesar USD 1,158 triliun untuk setahun penuh.

Dikurangi bunga yang diperoleh pemerintah atas investasinya, pembayaran bunga utang bersih telah mencapai total USD 843 miliar atau sekitar Rp 12.984 triliun, lebih tinggi dari pada kategori lainnya kecuali jaminan sosial dan medicare.

Lonjakan biaya pembayaran utang terjadi saat AS mengalami kekurangan anggaran yang melonjak pada Agustus, mendekati USD 2 triliun untuk setahun penuh.

Dengan satu bulan tersisa dalam tahun fiskal pemerintah federal, kekurangan pada Agustus melonjak sebesar USD 380 miliar, pembalikan dramatis dari surplus USD 89 miliar untuk bulan yang sama tahun sebelumnya yang sebagian besar disebabkan oleh manuver akuntansi yang melibatkan penghapusan utang mahasiswa.

Hal itu membuat defisit 2024 hanya mendekati USD 1,9 triliun, atau peningkatan 24% dari titik yang sama tahun lalu.

The Fed secara luas diperkirakan menurunkan suku bunga minggu depan, tetapi hanya seperempat poin persentase. Namun, untuk mengantisipasi pergerakan tambahan di bulan-bulan mendatang, imbal hasil Treasury telah jatuh dalam beberapa minggu terakhir.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya