Sektor pertanian selama ini memegang peranan penting dalam ketahanan bangsa. Sektor krusial tersebut bahkan diklaim mampu menurunkan tingkat kemiskinan serta membangun kemandirian pangan.
Sayangnya, Indonesia sebagai negara agraris justru dikenal sebagai negara pengimpor produk-produk pertanian dari negara lain.
Menteri Pertanian, Suswono mengatakan, Indonesia memerlukan upaya keras untuk meningkatkan produktivitas pertanian di tengah iklim yang tidak menentu seiring dengan pertumbuhan ekonomi bangsa ini.
"Iklim yang tidak menentu mengakibatkan kurangnya pemenuhan kebutuhan dalam negeri pada waktu-waktu tertentu, sehingga kita harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," tutur dia saat Peluncuran Sign On (SSO) Karantina dan Layanan Elektronik (e-services) Perizinan Terintegrasi dalam rangka INSW di Jakarta, Senin (18/11/2013).
Lebih jauh dia menerangkan, tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut mengerek importasi bahan baku pabrik dan industri makanan ke tanah air.
Suswono menyebut, dalam dua tahun terakhir volume ekspor dari Indonesia ke berbagai negara lebih tinggi dibanding volume impor. Dia mencatat, bolume ekspor pada 2011 mencapai 30 juta ton dan naik 1,3% menjadi 31 juta ton di 2012.
"Sedangkan nilai impor produk pertanian di akhir 2012 tercatat 19 juta ton. Angka ini turun 12,10% dari volume impor sepanjang 2011 yang sebesar 23 juta ton. Jadi volume perdagangan relatif lebih tinggi," paparnya.
Dalam menerapkan kegiatan ekspor impor di sektor pertanian, tambah dia, muncul permasalahan regulasi dan ketidakharmonisan data baik antar sub sektor maupun sektor nasional serta kementerian/lembaga.
Solusinya, Suswono mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan kementerian/lembaga untuk memperbaiki proses perizinan dari hulu ke hilir yang semakin mempermudah aktivitas usaha para eksportir dan importir.
"Sistem layanan elektronik terintegrasi atau Indonesia National Single Window (INSW) bertujuan mempermudah perizinan dan efektivitas pengawasan pelayanan serta efektivitas ekspor impor barang di pelabuhan dan bandara," tukasnya.
Suswono berharap, pengembangan dan penerapan INSW di Indonesia maupun negara-negara ASEAN mampu mengatasi maraknya penyelundupan barang, termasuk produk pertanian dan memberikan pelayanan yang tinggi bagi para pelaku usaha. (Fik/Nur)
Sayangnya, Indonesia sebagai negara agraris justru dikenal sebagai negara pengimpor produk-produk pertanian dari negara lain.
Menteri Pertanian, Suswono mengatakan, Indonesia memerlukan upaya keras untuk meningkatkan produktivitas pertanian di tengah iklim yang tidak menentu seiring dengan pertumbuhan ekonomi bangsa ini.
"Iklim yang tidak menentu mengakibatkan kurangnya pemenuhan kebutuhan dalam negeri pada waktu-waktu tertentu, sehingga kita harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," tutur dia saat Peluncuran Sign On (SSO) Karantina dan Layanan Elektronik (e-services) Perizinan Terintegrasi dalam rangka INSW di Jakarta, Senin (18/11/2013).
Lebih jauh dia menerangkan, tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut mengerek importasi bahan baku pabrik dan industri makanan ke tanah air.
Suswono menyebut, dalam dua tahun terakhir volume ekspor dari Indonesia ke berbagai negara lebih tinggi dibanding volume impor. Dia mencatat, bolume ekspor pada 2011 mencapai 30 juta ton dan naik 1,3% menjadi 31 juta ton di 2012.
"Sedangkan nilai impor produk pertanian di akhir 2012 tercatat 19 juta ton. Angka ini turun 12,10% dari volume impor sepanjang 2011 yang sebesar 23 juta ton. Jadi volume perdagangan relatif lebih tinggi," paparnya.
Dalam menerapkan kegiatan ekspor impor di sektor pertanian, tambah dia, muncul permasalahan regulasi dan ketidakharmonisan data baik antar sub sektor maupun sektor nasional serta kementerian/lembaga.
Solusinya, Suswono mengungkapkan, pihaknya bekerja sama dengan kementerian/lembaga untuk memperbaiki proses perizinan dari hulu ke hilir yang semakin mempermudah aktivitas usaha para eksportir dan importir.
"Sistem layanan elektronik terintegrasi atau Indonesia National Single Window (INSW) bertujuan mempermudah perizinan dan efektivitas pengawasan pelayanan serta efektivitas ekspor impor barang di pelabuhan dan bandara," tukasnya.
Suswono berharap, pengembangan dan penerapan INSW di Indonesia maupun negara-negara ASEAN mampu mengatasi maraknya penyelundupan barang, termasuk produk pertanian dan memberikan pelayanan yang tinggi bagi para pelaku usaha. (Fik/Nur)