Liputan6.com, Jakarta - Dua seri MotoGP 2017 telah berlangsung. Jorge Lorenzo, 29 tahun, yang baru saja pindah ke Ducati dari Movistar Yamaha ternyata belum bisa menunjukkan tajinya.
Pada seri pembuka di Losail, Qatar. (26/3/2017) Lorenzo bersama motor Desmosedici hanya bisa finis di posisi ke-11. Bukannya membaik, pembalap berjuluk X Fuera itu justru gagal finis pada seri kedua di sirkuit Termas de Rio Hondo, Argentina akhir pekan lalu.
Baca Juga
Lorenzo terjatuh di lap pertama setelah bertabrakan dengan pembalap Suzuki, Andrea Iannone. "Saya menyentuhnya sedikit lalu motor saya melaju ke arah lain dan saya bertabrakan. Sangat mengecewakan," kata Lorenzo seperti dilansir Motorsport.
Dua hasil buruk ini tentu saja mengancam peluang Lorenzo untuk mempertahankan gelar juara dunianya. Apalagi di saat bersamaan, Maverick Vinales (22) dari Movistar Yamaha dan Valentino Rossi (38) meraih hasil yang jauh lebih baik.
MotoGP 2017 memang masih panjang. Peluang juara Lorenzo masih tetap terbuka. Namun pembalap asal Spanyol itu patut waspada. Pasalnya, selain Valentino Rossi, ada tiga hal ini bisa jadi faktor yang memperkecil peluang juara MotoGP tersebut.
Advertisement
1. Belum Jinaknya Desmosedici
Sudah bukan rahasia lagi, motor Desmosedici garapan Ducati sulit ditangani. Tengok bagaimana Valentino Rossi pernah tertatih-tatih saat membela tim asal Italia tersebut.
Rossi 'hanya kuat' menunggangi Desmosedici selama dua musim dari 2011 hingga 2012. The Doctor lalu memutuskan balik ke Yamaha hingga kini.
Sampai saat ini, baru Casey Stoner yang sukses jadi juara dengan motor Desmosedici tersebut. Pembalap asal Australia ini juara di musim 2007.
Kesulitan menjinakkan Desmosedici sempat diutarkan Lorenzo sebelum musim ini mengaspal. Lorenzo mengeluhkan absennya winglet yang sebetulnya sangat membantu untuk menjinakkan Desmosedici.
"Tenaga motor Ducati sangat besar sehingga saya harus menahan beban motor agar tidak melompat tanpa winglet," ujar Lorenzo.
Kesulitan itu sepertinya masih dialami Lorenzo sampai sekarang. Hal itu setidaknya terbukti dari melempemnya performa Lorenzo di dua balapan awal MotoGP 2017.
Advertisement
2. Adaptasi Kilat Vinales dengan Yamaha
Jika Lorenzo masih kesulitan dengan Ducati, hal berbeda dialami Maverick Vinales dengan Movistar Yamaha. Alih-alih kikuk, Vinales justru melaju tanpa cela di atas motor YZR-M1 tunggangannya.
Bahkan, performa mengilap itu sudah ditunjukkan Vinales sejak sesi tes pramusim. Eks pembalap Suzuki itu mencatatkan diri sebagai yang tercepat di sesi pramusim dengan catatan waktu 1 menit 54,330 detik.
Adaptasi kilat Vinales di Yamaha tentu mengancam serius peluang Lorenzo. Kehebatan Vinales menunggangi YZR-M1 bahkan sempat mengherankan rekan setimnya, Valentino Rossi.
"Saya berbicara dengan Valentino. Bahkan, ia terkejut dengan seberapa cepat Vinales. Namun, Vale juga bagus dalam balapan. Saya juga melihatnya akan berada dalam pertarungan gelar," ujar Petrucci, joki tim Pramac Racing, seperti dikutip Speedweek.
3. Kejutan Marc Marquez
 Vinales memang menjadi perbincangan di awal musim MotoGP 2017. Namun jangan lupakan kiprah Marc Marquez (24) dari Repsol Honda.
Sama dengan Lorenzo, Marquez memulai musim ini dengan agak terlambat. Baby Alien finis di tempat keempat di Losail, dan gagal finis di Argentina.
Namun faktor yang menguntungkan Marquez adalah ia tak perlu lagi beradaptasi dengan motor. Bukan seperti Lorenzo yang masih kesulitan menunggangi Desmosedici.
Marquez sendiri sudah mengutarakan niatan bangkit setelah hasil buruk di Argentina. "Hasil positifnya dengan semua masalah ini adalah kami bertarung untuk menang, kami harus membenahi akselerasi karena jika kami mendapat waktu tepat di tikungan, kami akan lebih mudah melakukan pengereman," ujar Marquez seperti dilansir Crash.
Advertisement