Berapa Lama Simon McMenemy Menduduki Kursi Pelatih Timnas Indonesia?

Kinerja Simon McMenemy sebagai pelatih Timnas Indonesia menjadi sorotan setelah menelan dua kekalahan di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

oleh Ario Yosia diperbarui 11 Sep 2019, 13:35 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2019, 13:35 WIB
Timnas Indonesia Vs Malaysia
Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, tampak lesu usai ditaklukkan Malaysia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK, Jakarta, Kamis (5/9). Indonesia takluk 2-3 dari Malaysia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Jakarta - Simon McMenemy tertunduk lesu usai Timnas Indonesia dipermalukan Thailand 0-2 pada laga kedua Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (10/9/2019) malam WIB. Juru taktik asal Skotlandia itu sadar betul posisinya di ujung tanduk sebagai nakhoda Tim Merah-Putih.

Timnas Indonesia asuhan Simon menuai hasil jelek di dua laga awal penyisihan. Sebelumnya, Evan Dimas dan kolega digasak Malaysia 2-3, setelah sempat unggul 2-1 di paruh pertama pertandingan. Yang terasa mengecewakan, semua hasil jelek itu terjadi di kandang sendiri.

Kekalahan melawan Malaysia terasa jadi sebuah aib, mengacu pada rivalitas panjang dua negara di persaingan sepak bola Asia Tenggara. Indra Sjafri kehilangan jabatan pelatih Timnas Indonesia U-19 usai kalah 2-3 dari Tim Negeri Jiran di Kualifikasi Piala Asia U-19 2018 silam. Kekalahan dari Malaysia aib.

Suporter Timnas Indonesia mengamuk seusai laga melawan Malaysia. Dan luapan kemarahan mereka tumpah ruah saat Timnas Indonesia menjamu Thailand. Teriakan Simon Out! membahana di seantero tribune SUGBK. Mereka kecewa berat terhadap kinerja sang mentor.

Pada laga perdana, Simon mengkambing hitamkan pengelola kompetisi Liga 1 dalam menyusun jadwal pertandingan, sehingga pemain Timnas Indonesia kehabisan bensin.

"Saya pribadi sulit menerimanya. Kami mampu tampil bagus di babak pertama. Namun para pemain tampak kelelahan di 20 menit terakhir paruh kedua," ujar Simon usai pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.

Menurut pelatih asal Skotlandia itu, rasa letih secara fisik dan mental membuat permainan Indonesia melambat. Reaksi para pemain skuat berjuluk Garuda pun menjadi tidak lagi maksimal.

Akibatnya, banyak ruang terbuka khususnya di lini tengah dan belakang. Inilah yang mampu dimanfaatkan Malaysia. Timnas Indonesia  yang unggul dua kali pun akhirnya kalah 2-3 di akhir pertandingan.

"Meski kalah, para pemain sudah memberikan semuanya, seluruh yang mereka punya," kata Simon McMenemy membela pasukannya.

 

Strategi yang Monoton

Evan Dimas Timnas Indonesia
Gelandang Timnas Indonesia, Evan Dimas, adu skill dengan pemain Thailand dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang dihelat di SUGBK, Selasa (10/9/2019). Tim Merah-Putih kalah 0-3. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Permainan Timnas Indonesia tak membaik saat menghadapi Thailand. Bahkan lebih parah lagi, Tim Garuda benar-benar diintimidasi Tim Gajah Putih sepanjang laga.

Bermain di kandang, serangan-serangan berbaya Timnas Indonesia tak terlihat. Alberto Goncalves, Irfan Bachdim, dan Stefano Lilipaly, yang diandalkan jadi tukang gedor timnas mati kartu. Mereka jarang dapat bola-bola matang yang bisa dikonversikan menjadi peluang emas.

Firman Utina, mantan gelandang pengatur serangan Timnas Indonesia melihat pemain di lini kedua timnas bermain seperti orang kebingungan. "Mereka terjebak dengan permainan sendiri, tak terlihat memahami keinginan Beto atau Lilipaly," kata Firman saat jadi pundit di Mola TV.

Simon dipersalahkan dengan strategi yang monoton. Usai hasil jelek menghadapi Malaysia, Timnas Indonesia tampil seperti kurang greget.

Skema 4-2-3-1 yang sering berubah menjadi 3-4-1-1 cenderung merugikan Timnas Indonesia. Lini belakang Tim Garuda bocor dengan mengandalkan trio bek tengah.

Saat berduel melawan Malaysia, Yustinus Pae, fullback kanan yang kerap didorong ke depan, sering kedodoran saat kembali ke pertahanan. Keputusan Simon memaksa pemain Persipura itu lebih agresif ke depan dinilai aneh mengingat usianya sudah uzur 34 tahun.

 

Lisensi Sempat Dipertanyakan

Timnas Indonesia Vs Thailand
Gelandang Timnas Indonesia, Stefano Lilipaly, mengontrol bola saat melawan Thailand pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK, Jakarta, Selasa (10/9). Timnas Indonesia kalah 0-3 dari Thailand. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Saat diangkat jadi pelatih Timnas Indonesia menggantikan Bima Sakti yang gagal total di Piala AFF 2016, sosok Simon McMenemy sempat memunculkan harapan buat publik sepak bola Tanah Air.

Ia diharapkan bisa memperbaiki kerusakan yang terjadi di era Bima, di mana Timnas kehilangan daya magisnya seperti era Luis Milla. Nama Simon naik daun usai membawa klub underdog Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 2017.

Pelatih kelahiran 6 Desember 1977 itu punya jejak rekam mentereng saat menciptakan sejarah Filipina lolos ke semifinal Piala AFF 2010. Ia kemudian pindah berkarier di Indonesia. Sebelum sukses bersama Bhayangkara, pencapaiannya tak istimewa di klub Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya. Di kedua klub itu Simon dipecat imbas hasil jelek yang didapat klub di pentas kompetisi kasta elite.

Saat didapuk menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia, lisensi Simon sempat dipertanyakan koleganya sesama pelatih asing, Peter Butler.

Pelatih asal Inggris yang sempat berkarier di Persiba Balikpapan, Persipura Jayapura, dan PSMS Medan tersebut menuding McMenemy telah mengarang prestasinya. Butler bahkan mengatakan Simon telah berbohong terkait lisensinya. Butler menilai McMenemy tak memiliki sertifikat pelatih UEFA Pro untuk melatih timnas.

PSSI sempat memberikan tanggapan atas tudingan Butler. Head of Media Relation and Digital Promotion PSSI, Gatot Widakdo membenarkan pernyataan Butler. Menurutnya, Simon McMenemy memang tidak memiliki lisensi UEFA Pro.

Namun, Gatot menegaskan pelatih kepala timnas memang tak harus memiliki sertifikat UEFA Pro. "Jadi, Simon memang belum punya lisensi Pro. Tapi, dia sudah pegang lisensi A AFC. Syarat (menjadi pelatih) timnas minimal A AFC," kata Gatot kala itu. 

Direktur Teknik Bhayangkara FC Yeyen Tumena, juga sempat memberi pembelaan. Ia menyebut tidak ada regulasi yang menyatakan pelatih kepala harus bersertifikat A Pro. Sebab, lisensi yang dibutuhkan untuk menjadi pelatih timnas minimal hanya A AFC, sedangkan asistennya cukup B AFC. Yeyen saat ini bertugas menjadi asisten Simon McMenemy di Timnas Indonesia.

 

 

 

Hanya Menang Melawan Tim Lemah

Latihan Timnas Indonesia
Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, saat latihan jelang laga kualifikasi Piala Dunia di SUGBK, Jakarta, Senin (2/9). Indonesia akan berhadapan dengan Malaysia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Kontroversi soal lisensi sejatinya bisa terabaikan jika Simon McMenemy bisa unjuk kapasitas saat menukangi Timnas Indonesia. Faktanya tidak seperti itu.

Rapor sang mentor bisa dibilang tak terlalu istimewa. Dari lima laga yang telah ia jalani, Timnas Indonesia hanya meraih dua kali kemenangan, itupun saat menghadapi tim lemah di laga uji coba. Sebelum mengarungi ketatnya persaingan Kualifikasi Piala Dunia 2022, Tim Merah-Putih sempat kalah telak 1-4 melawan Yordania.

Rapor Simon McMenemy di Timnas Indonesia:

  • Senin (25/03/2019): Myanmar Vs Indonesia 0-2 (Uji Coba)
  • Selasa (11/06/2019): Yordania Vs Indonesia  4-1 (Uji Coba)
  • Sabtu (15/06/19): Indonesia Vs Vanuatu 6-0 (Uji Coba)
  • Kamis (05/09/2019): Indonesia Vs Malaysia 2-3 (Kualifikasi Piala Dunia)
  • Selasa (10/09/2019): Indonesia Vs Thailand 0-3 (Kualifikasi Piala Dunia)

Tiga kekalahan beruntun tak terelakkan. Pertanyaannya, sampai berapa lama Simon McMenemy bisa bertahan menjadi pelatih Timnas Indonesia?

Disadur Bola.com (Penulis Ario Yosia / Editor Ario Yosia, Published 11/09/2019)

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya