Liputan6.com, Jakarta - Sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Menkomarves RI), Luhut Binsar Pandjaitan, tentunya memiliki hubungan erat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
'Kemesraan' Luhut dan Jokowi bukan lagi rahasia umum di masyarakat. Terutama sejak pandemi COVID-19, ketika nama Menko Luhut menjadi 'buah bibir' lantaran dianggap sebagai menteri yang selalu ada.
Baca Juga
Namun, ternyata tidak hanya Luhut, Jokowi juga disebut punya hubungan istimewa layaknya saudara dengan Raja Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Advertisement
Hal tersebut diungkap Luhut di live streaming 'Gen Z Project Liputan6.com bersama Luhut Binsar Pandjaitan' pada Kamis, 24 November 2022.
"Raja Abu Dhabi baru telepon beliau, menyampaikan duka cita terhadap gempa bumi di Cianjur. Padahal, baru dari sini beliau itu, kan? Tapi telepon lagi, bertanya 'Apa yang bisa kami bantu, my brother?," kata Luhut.
Dijelaskan Luhut bahwa telepon tersebut merupakan bentuk dari kedekatan Abu Dhabi dengan Presiden Republik Indonesia, sebagai salah satu investor Indonesia dengan profesional.
Adapun Abu Dhabi merupakan salah satu negara yang memberikan bukti bantuan konkret. Tidak hanya Abu Dhabi, negara lain seperti Tiongkok, Amerika, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura juga merupakan negara yang memberikan bantuan besar bagi Indonesia.
Menurut Luhut Panjaitan, hubungan yang berhasil dijalin oleh beberapa negara ini, tak lain merupakan hasil jerih payah Presiden Jokowi yang mendorong teknologi yang baik, memiliki pekerja Indonesia yang didorong dengan pendidikan, dan mengedepankan lingkungan. Â
Kedekatan Jokowi dengan Raja UEA
Lebih lanjut Menko Luhut, mengatakan, Kepresidenan Jokowi yang ramah tentu tidak asing lagi bagi para pemimpin negara lain, tidak terkecuali Raja UEA. Atas kedekatan ini, pria yang akrab disapa Opung membeberkan beberapa sikap kedekatan kedua pemimpin negara.
Seperti beberapa waktu lalu di Bali, ketika satu mobil bersama dengan Raja UEA atas permintaan pribadi.
"Di mobil, Raja UEA bilang 'Jendral Luhut, Presiden Jokowi is my brother. He is a good man. I love him so much. He is a good man. Dan, itu bukan sekali beliau sampaikan," kata Luhut.
Tak hanya itu, Raja UEA disebut Luhut ingin diundang dan datang ke acara pernikahan anak Jokowi, Kaesang Pangarep yang rencananya diadakan bulan depan.
Bahkan, kedekatan Jokowi dan Mohammed bin Zayed turut digambarkan ketika mereka sempat makan bersama di rumah sederhana Jokowi.
Atas kedekatan ini, Luhut mengatakan bahwa karakter menjadi kunci. Untuk menjadi pemimpin yang baik, Luhut memberi saran bagi anak muda untuk tidak mudah terpengaruh, dan menjadi diri sendiri.
Advertisement
Salut dengan Kepresidenan Jokowi
Atas kepiawaian Jokowi sebagai pemimpin yang baik dan menjalin hubungan, dia turut menyampaikan rasa bangganya.
"Lihat Pak Jokowi itu, saya yang sudah tua gini... Saya lihat Pak Jokowi itu saya angkat tangan. Hebat," ujarnya.
Menurut Menko Luhut, seorang presiden perlu memiliki kemampuan untuk memberikan ketauladanan, berupa berpikir, karakter yang bagus, dan kesehatan yang prima.
Atas penggambaran karakter ini, Luhut menceritakan bahwa Jokowi pada hari ini, Kamis (24/11), sudah dua kali pergi ke Cianjur untuk melihat dampak gempa bumi.
"Saya kira, seingat-ingat saya jarang presiden berturut-turut dua hari pergi ke satu tempat yang terjadi gempa seperti ini," katanya.
Menurut Luhut hal tersebut merupakan bentuk tauladan dan kepedulian atas lingkungan dari seorang pemimpin.
Sikap Kepresidenan Jokowi yang tidak membeda-bedakan pembangunan juga kerap disebutkan sebagai karakter presiden yang dicari.Â
Karakter Sebagai Hal Utama
Luhut kerap memberikan penjelasan mengenai pemimpin harus memiliki karakter yang musti bisa memberikan ketauladanan di kehidupan.
Sikap tauladan ini kemudian dibarengi dengan kecerdasan, ketanggapan, dan kesehatan, yang menggambarkan pemimpin itu sendiri
"Punya kecerdasan yang mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin. Punya mental karakter yang baik, yang artinya tidak mementingkan diri sendiri, menghindari conflict of interest sebanyak mungkin," kata Luhut.
Tak hanya itu, sikap ini dikatakan perlu direfleksikan pada kegiatan sehari-hari yang terlihat pada konsistensi seorang pemimpin.
Sehingga Luhut berharap bahwa generasi muda dapat memiliki karakter yang dimulai dari bawah dan budi pekerti yang baik.
Tak hanya memiliki iman yang kuat, moral kepada manusia lain dengan berbuat baik juga penting untuk dibangun dari kecil dan terus dibiasakan untuk tumbuh.
Bahkan, Luhut menuturkan bahwa seseorang yang pintar, tetapi tak berkarakter tak ada gunanya.
"Bangun karakter, budi pekerti yang baik, tahu terima kasih, tahu yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Itu penting," pungkas Luhut.
Advertisement