Ini Kata Pengamat Terkait Token Baru dari Sejumlah Tokoh

Masyarakat awam yang ingin terjun ke dunia kripto disarankan untuk menggunakan kripto yang lebih aman seperti Stablecoin.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 15 Feb 2022, 19:05 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2022, 19:05 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini beberapa tokoh tanah air dari berbagai kalangan mulai tertarik untuk mengembangkan token kripto sendiri. Tak cuma itu, mereka juga bekerja sama dengan para ahli yang sudah lama berkecimpung di dunia kripto hingga teknologi Blockchain.

Sejalan dengan fenomena tersebut, pengamat kripto sekaligus trader, Desmond Wira, memberikan pendapat, soal kemunculan token dari para tokoh atau publik figur. 

"Sebenarnya ini cuma hype saja memanfaatkan kripto yang mulai booming di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di luar negeri. Jika ada kesempatan untuk menghasilkan uang ya kenapa enggak," ujar Desmond kepada Liputan6.com, Selasa (15/2/2022). 

"Makanya banyak developer menggandeng tokoh untuk membuat proyek kripto. Developernya di bagian teknis, sedangkan tokohnya melakukan promosi,” lanjutnya. 

Selain itu, Desmond juga menuturkan dampak positif dan negatif dari fenomena munculnya token dari para tokoh-tokoh terkenal di Indonesia. 

"Dampak positifnya semakin banyak masyarakat awam yang mengenal kripto. Dari yang awalnya buta sama sekali menjadi tahu dan tertarik. Target pasar developer dan tokoh berbeda. Sehingga market kripto menjadi meluas. Hal ini tentu saja menjadi pendorong perkembangan dunia kripto,” tuturnya. 

Sedangkan untuk dampak negatif, Desmond menjelaskan banyak masyarakat awam yang ikut-ikutan kemudian alami kerugian akan menyebabkan trauma untuk berinvestasi kripto. 

Karena maraknya kejadian yang di mana tokoh atau selebritas mengeluarkan kripto sendiri dan akhirnya tidak bertahan lama, maka Desmond memberikan imbauan mengenai risiko dalam berinvestasi kripto.

"Perlu diketahui bahwa kebanyakan kripto yang diluncurkan para tokoh atau artis biasanya tidak bertahan lama. Biasanya hanya merupakan koin pom-pom atau shitcoin yang berisiko tinggi," ujar dia.

“Kapitalisasi pasarnya kecil sehingga mudah dimanipulasi pergerakan harganya. Harganya sangat volatil, cepat naik, dan juga bisa cepat anjlok. Setelah naik tinggi dan anjlok umumnya tidak bisa naik lagi karena menggunakan skema pump dan dump,” lanjutnya. 

Adapun menurut Desmond, jika masyarakat awam yang ingin terjun ke dunia kripto disarankan untuk menggunakan kripto yang lebih aman seperti Stablecoin

"Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang dibuat untuk menawarkan harga yang stabil dan didukung oleh aset cadangan. Selain itu usahakan masuk ke koin yang kapitalisasi pasarnya cukup besar. Sebagai contoh untuk pemula, sebaiknya mulai dengan Bitcoin, daripada masuk ke koin artis,” pungkasnya. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Bitcoin Mulai Stabil

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya, investor masih terus memantau ketegangan yang meningkat di perbatasan Ukraina serta laporan Indeks Harga Produsen minggu ini. 

Setelah sempat turun tajam pada akhir pekan, Bitcoin kembali menemukan pijakan yang kuat di kisaran USD 42.000 atau sekitar Rp 601,2 juta hingga USD 43.000 (Rp 615,5 juta) selama jam perdagangan. 

Hal terjadi karena investor terus menahan napas tentang potensi invasi Rusia ke Ukraina, terutama implikasinya terhadap pasokan energi global.

Cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar diperdagangkan tepat di bawah USD 42.800 (Rp 612,6 juta), naik sedikit selama 24 jam terakhir. 

Sedangkan Ethereum, kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, diperdagangkan di atas USD 2.900 (Rp 41,5 juta), naik lebih dari 2 persen selama periode waktu yang sama. 

Adapun untuk Altcoin utama lainnya, terutama yang berada di jajaran kripto teratas sebagian besar berwarna merah. 

Kinerja kripto sebagian besar mencerminkan harga di bursa saham utama. Komposit Nasdaq yang berfokus pada teknologi masih tetap datar pada hari perdagangan pertama setelah turun lebih dari 2 persen pada Jumat. Sedangkan S&P 500 dan DJIA turun sedikit.

Harga minyak telah naik menjadi USD 90 (Rp 1,2 juta) per barel, level tertinggi sejak 2014, dan perang yang dapat berarti sanksi terhadap produksi Rusia dapat mengirim harga ke lebih dari USD 100 (Rp 1,4 juta). 

Sejumlah analis memperkirakan harga gas alam akan melonjak 6 persen dampak dari konflik di perbatasan Ukraina. 

"Kemungkinan perang antara Ukraina dan Rusia telah menempatkan harga minyak di jalan satu arah lebih tinggi," tulis analis pasar senior untuk The Americas OANDA, Edward Moya, seperti dikutip dari CoinDesk, Selasa, 15 Februari 2022.

Moya mencatat, harga kripto tampaknya stabil, meskipun imbal hasil obligasi Treasury AS meningkat. 

“Bitcoin telah melewati badai peraturan dan keluarnya pertambangan China. Ada keyakinan kuat bahwa bitcoin akan berhasil dengan baik di lingkungan hasil Treasury yang meningkat secara bertahap,” jelas Moya.

Lebih lanjut Moya menuturkan jika ketegangan di perbatasan Ukraina berkurang di waktu mendatang, maka investor akan lebih fokus pada data ekonomi AS untuk melihat prediksi pergerakan pasar kripto, terutama Bitcoin. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya