Dengan Gerakan Warna-Warni, Anak Penyandang Disabilitas Bisa Selesaikan Soal Matematika Rumit

Sebuah sekolah bernama Greenburgh Central School District, di pinggiran kota New York City mengkombinasikan gerakan dan warna warni di dunia virtual untuk mengajarkan anak penyandang disabilitas soal matematika hingga bahasa Inggris

oleh Fitri Syarifah diperbarui 27 Mar 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2021, 10:00 WIB
Autisme
Ilustrasi/copyright Nathan Legakis from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Seperti halnya anak non disabilitas yang menyukai menari, bergerak, melompat, aktivitas ini pun sangat diminati anak-anak penyandang disabilitas dengan gangguan perkembangan.

Dilansir dari Livescience, anak-anak di Greenburgh Central School District, pinggiran kota New York City belajar matematika kritis dan keterampilan bahasa Inggris melalui platform online, yang disebut Kinems. Mirip dengan Nintendo Wii, platform ini menggunakan sensor berbasis gerakan dan memungkinkan interaksi tanpa sentuhan, memungkinkan anak-anak untuk mengontrol avatar di layar dengan menggerakkan tubuh mereka.

Seorang guru disana, Miriam Figueroa, mengatakan aktivitas fisik yang dikombinasikan dengan dunia virtual dengan warna-warna cerah dan karakter animasi lebih menarik, bahkan untuk siswa yang paling pemalu, dan juga untuk siswa yang berjuang dengan kesulitan belajar seperti ADHD, disleksia, dyspraxia dan autisme.

“Anak-anak sangat menyukainya. Mereka senang berinteraksi dengan layar sambil mempelajari keterampilan seperti warna, bentuk, dan bahasa reseptif seperti mengikuti petunjuk,” kata Figueroa.

Sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang pertama di Greenburgh Central yang menguji penggunaan Kinems untuk pengajaran jarak jauh pada siswa penyandang disabilitas selama pandemi COVID-19. Asisten pengawas untuk kurikulum, pengajaran dan personel di Greenburgh Central, Corey Reynolds, melihat platform tersebut sangat membantu siswa bertransisi sambil terus mengikuti aturan jarak sosial.

 

Simak Video Berikut Ini:

Tentang Platform Kinems

Platform Kinems awalnya dibuat untuk membantu melibatkan anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus dan untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan motorik, menurut Symeon Retalis, salah satu pendiri dan kepala petugas ilmiah Kinems. Kinems dapat menyesuaikan kebutuhan belajar siswa ini yang bervariasi.

Pembelajaran kinestetik ada di setiap permainan, baik itu yang fokus pada matematika atau bahasa Inggris. Guru dapat mempersonalisasi aktivitas berdasarkan kebutuhan akademik siswa individu atau berdasarkan program pendidikan individual mereka. Program ini memberikan umpan balik waktu nyata kepada guru tentang pembelajaran dan keterampilan motorik.

Lamanya waktu siswa menggunakan platform dapat bervariasi berdasarkan tingkat kelas (untuk PAUD mungkin hanya 15 hingga 20 menit). Meskipun beberapa guru hanya menggunakan Kinems untuk waktu yang singkat setiap hari, itu memungkinkan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran aktif tanpa risiko terlibat dalam berbagi materi fisik, kata Reynolds.

“Ini sangat membantu mengurangi penyebaran kuman,” katanya, dikutip dari Livescience.

Salah satu pengembang Kinems, yaitu seorang profesor di University of Piraeus, Yunani, Retalis mengatakan resep unik Kinen adalah menggunakan teori kognisi bahwa tubuh memengaruhi pikiran dan atas dasar pembelajaran tentang tubuh manusia. “Saat tubuh aktif, maka segala sesuatu menjadi lebih mengasyikkan, lebih merangsang, dan anak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,” kata Retalis, dikutip dari Livescience.

Game ini juga dapat disesuaikan untuk memenuhi beberapa standar negara bagian maupun pada umumnya. Siswa kelas awal dapat mempraktikkan kosakata matematika dan belajar berhitung, sementara siswa yang lebih tua mempraktikkan operasi matematika, keterampilan bahasa dan kosakata, serta struktur kalimat dan ejaan.

Meskipun program Kinems telah digunakan di sekolah-sekolah AS hanya dalam beberapa tahun, studi tahun 2017 tentang Kinems oleh Pace University’s School of Education menemukan bahwa platform tersebut sangat mendukung penggunaan gerakan kinestetik yang efektif untuk tujuan meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil kinerja, khususnya untuk siswa penyandang disabilitas.

Kinems yang sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu hanya populer di beberapa daerah sampai pandemi COVID-19, kata Reynolds.Sejak pandemi COVID-19, platform tersebut digunakan lebih luas di berbagai daerah, tidak hanya dalam program pendidikan khusus.

Namun, Kinems masih dianggap belum sempurna, karena sekarang anak-anak kembali ke sekolah dan para guru menjadi lebih waspada dalam mengajari anak-anak pentingnya menjaga jarak satu sama lain. Lalu guru juga butuh waktu untuk membiasakan diri dengan platform tersebut. Serta yang paling sulit yaitu mmenyesuaikan platform dengan kurikulum.

Terlepas dari kekurangan tersebut, Reynold mengatakan para guru di sekolah tersbeut sudah mulai melihat peningkatan minta dan keterlibatan siswa. Reynold diberitahu salah satu guru bahwa satu siswa nonverbal yang sering enggan mengikuti arahan, kini menjadi model bagi siswa lain ketika mereka menggunakan Kinems. “Tingkat kegembiraan di wajah siswa itu… luar biasa,” kata Reynolds.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya