Liputan6.com, Sharm El Sheikh : Konferensi Tingkat Tinggi Timur Tengah akan dilangsungkan di Sharm El Sheikh Mesir, Senin (16/10) esok. Namun pelaksanaannya mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan di Palestina dan Israel.
Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan di Yerusalem, Sabtu sore, pemimpin Palestina Yasser Arafat menyatakan persetujuannya untuk turut serta dalam KTT tersebut. Kesanggupan Arafat, kata Annan, menyusul rekomendasi Uni Eropa, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, dan hasil konsultasi dengan Presiden Mesir Husni Mubarak beserta pemimpin Arab. Sedangkan Perdana Menteri Israel Ehud Barak menyetujui prasyarat KTT, yaitu memberikan pasokan makanan dan obat-obatan ke wilayah Palestina dan menarik mundur tentara Israel di wilayah-wilayah tertentu.
Sementara itu, aksi unjuk rasa warga Palestina dan Israel mewarnai Gaza dan Yerusalem. Mereka menentang pelaksanaan KTT itu. Hal tersebut seperti yang dinayatakan pemimpin Hamas Sheikh Ahmed Yassin. Menurut Yasin, ia menolak KTT itu jika hanya untuk mencari jalan keluar pertikaian antara Palestina dan Israel. Ia bahkan menyesalkan kesanggupan Arafat untuk hadir dalam KKT itu. Sedangkan Kepala Juru Runding Palestina Saeb Erekat memperingatkan kepada semua pihak untuk tidak menaruh harapan terlalu tinggi pada KTT itu.
Saat ini, kemarahan massa Palestina itu sebenarnya bermula pada rencana Ehud Barak yang akan melibatkan tokoh oposisi garis keras Israel Ariel Sharon ke dalam pemerintahan darurat bentukannya. Itu dilakukan Ehud Barak mengingat posisinya di dalam negeri terguncang akibat pertikaian Timur Tengah.(AWD/Ula)
Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan di Yerusalem, Sabtu sore, pemimpin Palestina Yasser Arafat menyatakan persetujuannya untuk turut serta dalam KTT tersebut. Kesanggupan Arafat, kata Annan, menyusul rekomendasi Uni Eropa, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, dan hasil konsultasi dengan Presiden Mesir Husni Mubarak beserta pemimpin Arab. Sedangkan Perdana Menteri Israel Ehud Barak menyetujui prasyarat KTT, yaitu memberikan pasokan makanan dan obat-obatan ke wilayah Palestina dan menarik mundur tentara Israel di wilayah-wilayah tertentu.
Sementara itu, aksi unjuk rasa warga Palestina dan Israel mewarnai Gaza dan Yerusalem. Mereka menentang pelaksanaan KTT itu. Hal tersebut seperti yang dinayatakan pemimpin Hamas Sheikh Ahmed Yassin. Menurut Yasin, ia menolak KTT itu jika hanya untuk mencari jalan keluar pertikaian antara Palestina dan Israel. Ia bahkan menyesalkan kesanggupan Arafat untuk hadir dalam KKT itu. Sedangkan Kepala Juru Runding Palestina Saeb Erekat memperingatkan kepada semua pihak untuk tidak menaruh harapan terlalu tinggi pada KTT itu.
Saat ini, kemarahan massa Palestina itu sebenarnya bermula pada rencana Ehud Barak yang akan melibatkan tokoh oposisi garis keras Israel Ariel Sharon ke dalam pemerintahan darurat bentukannya. Itu dilakukan Ehud Barak mengingat posisinya di dalam negeri terguncang akibat pertikaian Timur Tengah.(AWD/Ula)