Harga 'French Fries' di Negara Ini Capai Jutaan Rupiah

Salah satu makanan khas suatu gerai makanan cepat saji menghilang 10 bulan, namun kembali dihidangkan dengan harga jutaan rupiah. Kenapa?

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 09 Nov 2015, 18:02 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2015, 18:02 WIB
Harga 'French Fries' Ini Mencapai Jutaan Rupiah
Salah satu makanan khas suatu gerai makanan cepat saji menghilang 10 bulan, namun kembali dihidangkan dengan harga jutaan rupiah. Kenapa?

Liputan6.com, Caracas - Perusahaan McDonald’s kembali menyajikan batangan kentang goreng—French fries—di Venezuela setelah menghentikan sementara penjualan menu tersebut. Tapi warga Venezuela tidak bisa terlalu bergembira, karena harga seporsi besar French fries itu senilai kira-kira 10% gaji minimum rata-rata di sana, yaitu lebih dari Rp 1,8 juta!

Dikutip dari Fusion pada Senin (9/11/2015), bahan kentang untuk menu itu sekarang didapatkan dari para petani Venezuela, karena mahalnya dan sulitnya impor kentang.

Bagi sejumlah warga Venezuela yang menyuarakan pikirannya lewat media sosial, drama kentang goreng itu merupakan contoh tambahan tentang kebobrokan ekonomi negara mereka terkait dengan begitu banyaknya campur tangan pemerintah.

Selama dekade terakhir, pihak sosialis menjalankan negara tersebut dengan penetapan nilai tukar mata uang asing untuk mencegah warga melarikan uangnya ke luar negeri.

Pemerintah juga menerapkan sejumlah pembatasan perbankan, dan melarang perusahaan-perusahaan membeli mata uang dolar pada nilai tukar yang lumayan tanpa ijin pemerintah. Karena itu, impor pun mandeg untuk semua kebutuhan pokok mulai dari susu hingga ayam, lalu kentang dan kertas toilet.

Jadi, walaupun McDonald’s gencar menggelar kembali produk itu sehingga mengundang sejumlah berita baik, warga Venezuela tetap sinis. Kata seorang pengguna Twitter, “Venezuela adalah sebuah negara di mana penjualan French fries McDonald’s menjadi berita nasional.”

Pada Januari lalu McDonald’s terpaksa mengganti kentangnya dengan bahan berminyak terbuat dari Yuca karena pengendalian nilai tukar malah menyulitkan impor kentang. Sayangnya, umbi tropis berkanji itu tidak terlalui disukai pelanggan, apalagi burgernya. Waralaba cepat saji itu terpaksa menjualnya tanpa tomat atau daun selada.

Setelah kentang kembali dipakai, hanya ada segelintir warga yang mampu membelinya, karena sajian besar berharga 800 bolivar, senilai Rp 1,8 juta rupiah.

Anehnya, dengan nilai tukar di pasar gelap, kentang goreng yang sama seharga hampir Rp 16.000. Jadi ada perbedaan harga yang mencolok. Berapapun harganya, harga itu tetap mahal karena gaji minimum karyawan adalah sekitar Rp 162.000 di pasar gelap

Untuk memangkas biaya, pelanggan memilih menu kombo “Mcduo” yang terdiri dari setangkap burger dan satu sajian soda. (Alx/Rie)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya