Liputan6.com, Jakarta - Pada tahun 2014 lalu, para ahli astronomi menemukan komet tanpa 'ekor' pertama yang susunan senyawa pembentuknya akan membuat teori-teori penciptaan tata surya yang sudah ada dipertanyakan.
Menurut hasil penelitian yang dikutip dari Reuters, Minggu (1/5/2016), komet yang disebut 'Manx' itu terbuat dari material bebatuan yang biasanya ditemukan di Bumi. Kebanyakan komet terbuat dari bongkahan es dan senyawa beku lainnya, yang terbentuk di daerah dingin tata surya.
Baca Juga
Baca Juga
Para peneliti percaya komet yang baru ditemukan tersebut terbuat dari susunan senyawa yang sama dengan Bumi, kemudian terpental ke tata surya seperti katapel gravitasi yang membantu planet menempati posisinya.
Advertisement
Para ilmuwan yang terlibat dalam pemecahan misteri komet tak berekor itu, kini sedang mencari ada berapa banyak jumlah jenis komet tersebut, yang hasilnya bisa saja memecahkan perdebatan panjang asal usul tata surya.
Oliver Hainaut, seorang ahli astronomi yang bekerja sama dengan pusat penelitian angkasa di Jerman, mengatakan hasil penemuan jumlah komet 'Manx' akan menjadi tolak ukur yang baru penelitian terbentuknya tata surya.
"Setelah mengetahui jumlahnya, kita akan tahu apakah Bumi mempunyai anak-anak planet yang berkeliaran di tata surya atau memang terbentuk terpisah," kata Oliver.
Komet baru yang dikenal dengan sebutan C/2014 S3, pertama kali ditemukan pada tahun 2014 oleh badan pusat pengambilan foto antariksa Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System, atau yang lebih akrab dengan nama Pan-STARRS.
Secara khusus, komet yang berasal dari tempat yang sama dengan 'Manx' mempunyai ekor yang sangat terang saat mendekati Matahari, sebagai salah satu akibat dari penguapan es pada badan komet dan pantulan sinar matahari.
Namun, saat terlihat dari jarak dua kali lipat jarak Bumi ke Matahari, C/2014 S3 tidak bercahaya sama sekali dan tidak berekor.
Analisis penelitian kemudian menunjukkan, alih-alih memiliki unsur senyawa es, komet 'Manx' malah tersusun oleh material-material bebatuan yang hampir sama dengan bebatuan yang membentuk lingkaran cincin Mars dan Jupiter.
"Komet itu terlihat 'murni', seperti benda yang sudah lama terkubur dan membeku di tata surya untuk waktu yang lama," kata Karen Meech, seorang ahli astronomi dari Universitas Hawai.
Meech juga mengatakan, penemuan komet 'Manx' lainnya kan sangat membantu para ilmuwan untuk membuat model komputer yang digunakan untuk menstimulasi terbentuknya tata surya.