Liputan6.com, Jakarta - Dulu kita diberitahu bahwa ada 9 planet dalam tata surya, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto. Namun, yang terakhir kemudian didiskualifikasi karena dianggap terlalu kerdil.
Status Pluto diturunkan sebagai planet katai (dwarf planet) oleh International Astronomical Union pada 2006.
Belakangan, para peneliti dari California Institute of Technology (Caltech) mengklaim menemukan eksistensi pengganti Pluto sebagai 'planet ke-9'.
Baca Juga
Profesor astronomi Caltech, Mike Brown, yang terkenal sebagai 'pembunuh Pluto (Pluto Killer) dan koleganya, Konstantin Batygin, mengumumkan temuan itu di Astronomical Journal.
Julukan 'Pluto Killer' didapat karena mereka membuat Pluto kehilangan status sebagai planet, hingga mereduksi tata surya kita menjadi 8 planet.
Padahal awalnya keduanya membantah teori soal 'planet tersembunyi'. "Meski mula-mula kami skeptis terkait eksistensi planet seperti itu. Tapi saat kami menginvestigasi orbitnya yang berada di bagian luar tata surya, kami menjadi kian yakin bahwa ia ada di sana," kata Batygin dalam pernyataannya yang Liputan6.com kutip dari CNET, Senin (25/1/2016).
"Untuk kali pertamanya dalam 150 tahun, ada bukti yang kuat bahwa sensus planet dalam tata surya sudah komplet."
Advertisement
Dijuluki 'Planet Nine,' benda astronomi itu diperkirakan memiliki massa 10 kali Bumi dan mengorbit matahari 20 kali lebih jauh dari Neptunus.
Jarak Neptunus ke Matahari sekitar 4,5 miliar kilometer. Itu berarti sekali mengorbit Matahari, planet baru tersebut membutuhkan waktu 10 ribu sampai 20 ribu tahun.
Masalahnya, hingga berita ini diturunkan, belum ada manusia yang benar-benar melihat langsung Planet Nine, baik melalui teleskop maupun metode lain.
Di lain pihak, NASA belum mengonfirmasi keberadaan planet tersebut. Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut menyebut 'Planet Nine' sebagai 'Planet X'.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan dengan yakin bahwa apa yang kita sebut sebagai 'Planet X' benar adanya," kata pejabat NASA, Jim Green.
Mitos Kiamat dan Planet X
Mitos Kiamat dan Planet X
Peluang terkait penemuan planet kesembilan yang ukurannya raksasa membuat sejumlah orang teringat mitos lama yang mengkhawatirkan: soal Planet X.
Planet X, yang juga dikenal sebagai Nibiru atau Marduk, diyakini sebagai planet ke-10 dalam tata surya.
Planet itu dikait-kaitkan dengan penyebab kiamat bagi Bumi. Sempat memicu heboh dan panik karena dikait-kaitkan dengan "ramalan" suku Maya soal akhir dunia pada 2012 lalu, yang untungnya tidak terwujud.
Planet X konon punya jalur orbital yang membawanya mendekat ke Bumi. Dan jika itu terjadi, bisa gawat.
Sebab, insiden itu bisa memicu tsunami, menyebabkan gempa, atau membangunkan gunung-gunung berapi.
Bukan itu saja.
Jika 'demon planet' atau 'planet iblis' itu terlalu dekat dengan Bumi, ia bisa saja menyeret tempat tinggal manusia mendekat ke Matahari. Planet Biru pun akan berhenti berputar.
Kondisi itu bahkan diyakini bakal mengelupas kerak Bumi, seperti monyet mengupas pisang.
Tak hanya suku Maya, sejumlah kebudayaan memiliki legenda planet pembunuh. Misalnya Tiongkok dan Sumeria, terkait temuan tablet tanah liat yang disebut Berlin Seal. Artefak yang ditemukan di Timur Tengah tersebut bahkan memuat gambar seperti tata surya.
Channel The Nibiru Today di situs YouTube baru-baru ini mem-posting video berjudul "Nibiru Planet X: Astronomers Prove Planet X Exists"
"Planet X yang mistis nyata. Para ilmuwan menyebutnya Planet Nine," itu klaim yang mereka keluarkan.
Posting-an tersebut menuai banyak komentar, dari yang mentah-mentah percaya, skeptis, bahkan menganggapnya 'sampah'.
"Sudah kutebak, mereka yang percaya teori konspirasi bakal mengklaimnya (Planet Nine) sebagai Nibiru," kata salah satu komentator, seperti dikutip dari Express.co.uk.
Pencarian Panjang
Astronom Percival Lowell adalah yang kali pertama memulai pencarian Planet X pada tahun 1900-an.
Dia mendirikan Observatorium Lowell di Flagstaff, Arizona, untuk memburu keberadaannya. Lowell bahkan membuat sebuah definisi tentang planet setelah Neptunus.
Kalkulasinya membantu para astronom menemukan Pluto pada 1930 meski pendapatnya soal Planet X ditentang para ilmuwan.
Namun, redupnya Pluto dan tidak adanya piringan membuat gagasan Planet X mengabur.
Apalagi perkiraan massa Pluto terus diperkecil sepanjang abad ke-20. Awalnya Pluto diperkirakan
memiliki massa yang kurang lebih sama dengan Bumi, lalu Mars, kemudian lebih kecil lagi dan lagi.
Sementara itu, Zecharia Sitchin, pengamat langit asal Uni Soviet, adalah yang pertama menulis tentang Nibiru pada 1970-an. Namanya diambil dari astrologi Babilonia.
Sitchin adalah ahli yang menerjemahkan teks-teks kuno. Buku-bukunya terjual jutaan kopi.
Menurut Sitchin, Nibiru memiliki orbit elips memanjang dan mendekat ke Bumi setiap 3.600 tahun.
Meskipun Sitchin meninggal dunia pada 2010, situsnya masih beroperasi. Rabu lalu, mereka mem-posting soal temuan planet baru.
"Dengan orbit setara 10 ribu sampai 20 ribu tahun, planet itu mungkin bukan Nibiru, yang mengorbit dalam 3.600 tahun," demikian disebutkan situs tersebut, seperti dikutip dari New York Daily News.
"Namun, prediksi terkait penambahan planet dalam tata surya kita adalah hal menarik. Yang mungkin mengarahkan kita untuk menemuka Nibiru atau hal-hal yang mengubah dan mempengaruhi orbitnya sejak kali terakhir mendekat ke Bumi."
Bagaimana menurut Anda?
Advertisement