Liputan6.com, Orani - Geraldine Roman, seorang transgender mencatatkan sejarah dalam budaya lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Filipina. Di negeri dengan mayoritas penganut Katolik itu, Geraldine berhasil menduduki kursi parlemen yang dimenangkannya dalam pemilihan pada Senin, 2 Mei, lalu.
Kemenangan Geraldine yang berumur 49 tahun ini dalam pemilihan anggota parlemen disebut-sebut sebagai sebuah terobosan yang luar biasa bagi komunitas LGBT di Filipina. Seperti diketahui, ranah politik Filipina didominasi oleh ajaran gereja konservatif yang mengakibatkan sejumlah hal seperti perceraian, aborsi, dan pernikahan sesama jenis dikategorikan sebagai tindakan ilegal.
Baca Juga
Kendati sejak 1990-an kebudayaan LGBT telah berkembang pesat di Filipina, namun belum pernah ada politisi gay di tingkat nasional yang secara terbuka mengakui jati dirinya. Komunitas LGBT pun masih harus berjuang keras untuk menunjukkan pengaruh mereka di negara yang dijuluki Home of The Green Revolution itu.
Advertisement
Baca Juga
Perjalanan Geraldine untuk memenangkan kursi anggota parlemen tidak mudah. Selama masa kampanye ia tidak hanya dihina, namun juga dilecehkan. Sudah memutuskan hidup sebagai transgender selama dua puluh tahun lalu dihadapkan dengan berbagai hal buruk selama masa kampanye tidak membuat Geraldine gentar.
"Hidup saya bukanlah sebuah rahasia. Saya tumbuh disini. Orang-orang disini mengenal saya. 'Gender' hanya akan menjadi isu ketika kamu merahasiakannya. Tidak ada yang buruk. Dalam prosesnya, saya tidak menyakiti siapapun. Ketika saya merasa senang, mengapa harus merasa malu?," ujar Geraldine usai berkampanye di Bataan kepada Inquirer, Rabu, (4/5/2016).
Lebih lanjut, Geraldine menceritakan, di masa kecilnya ia sering 'diganggu' oleh teman-teman sekelasnya, namun sang ayah yang merupakan seorang politisi senior mengajarkannya agar tetap percaya diri.
Geraldine sendiri menguasai tiga bahasa Eropa. Ia menyandang dua gelar master, dan ia sempat bekerja sebagai senior editor di Spanyol sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Filipina empat tahun lalu untuk merawat ayahnya yang sakit.
Geraldine berharap, kemenangannya kali ini dapat membantu perjuangan kesetaraan gender.
"Kesetiaan saya yang pertama adalah untuk Bataan. Ini kali pertama seseorang seperti saya di parlemen. Transgendr pun dapat melayani negara, dan tidak seharusnya menerima perlakuan diskriminatif," lanjutnya.
Belum lama ini, petinju legendaris asal Filipina Manny Pacquiao diketahui sempat melontarkan pernyataan dirinya menolak LGBT. Manny bahkan menuai kecaman atas ucapannya yang menyebutkan bahkan hewan pun memilih pasangan hidup dari lawan jenis. Ucapan Manny tersebut dibenarkan oleh Gereja Katolik Filipina, namun pihak gereja meminta Manny untuk tetap menghargai kelompok itu.
Perjuangan Geraldine masih panjang...