Liputan6.com, Washington DC - Gelombang panas mengancam Amerika Serikat. Badan Layanan Cuaca Nasional atau National Weather Service memperingatkan para penduduk di wilayah Midwest dan Selatan AS untuk tetap tinggal di lokasi yang sejuk dan tetap terhidrasi.
Indeks yang menggabungkan pengukuran panas dan kelembaban diperkirakan melampaui 105 derajat Fahrenheit atau 40,5 derajat Celcius di sebagian wilayah tersebut.
Sekitar 130 juta orang terancam terdampak gelombang panas. Sejumlah kota seperti Chicago, St. Louis, dan Dallas akan 'terpanggang' suhu terik 110 derajat Fahrenheit atau 43,3 derajat Celcius.
Panas ekstrem juga bisa menyebar ke bagian Timur selama akhir pekan.
Ancaman gelombang panas disampaikan pada Presiden AS Barack Obama oleh kepala penasihan bidang sains, John Holdren, demikian menurut pihak Gedung Putih.
"Amankan diri Anda di tengah panas yang meningkat: minum air, menjauh dari Matahari, dan cek tetangga Anda," kata Obama dalam akun Twitternya, seperti dikutip dari Time, Kamis (21/7/2016).
Gelombang terik pekan ini, atau yang terparah pada 2016, disebabkan sistem tekanan tinggi yang dikenal sebagai kubah panas (heat dome) yang memerangkap panas dekat dengan permukaan Bumi.
Suhu tinggi bisa membentang dari wilayah barat daya Southern California ke Timur Laut.
"Ada gelembung sangat besar yang sedang mengarah ke seluruh negeri," kata Sean Sublette, ahli meteorologi dari Climate Central.
"Atmosfer bergerak dalam gelombang-gelombang-- yang naik dan turun. Gelombang yang naik memungkinkan udara yang panas datang melalui khatulistiwa."
Gelombang panas tersebut diduga kuat berpotensi membuat tahun ini sebagai salah satu yang terpanas sepanjang sejarah AS.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya Badan Antariksa Amerika Serikat menyebut bahwa bulan lalu adalah Juni terpanas dalam sejarah, dengan suhu udara meningkat 0,9 derajat Celcius lebih terik daripada sepanjang Abad ke-20.
Bahkan menjadi Juni terpanas sejak pencatatan temperatur global dilakukan kali pertamanya pada 1880.