Liputan6.com, Mekah - Sebuah hotel bernama Abraj Kudai di Saudi Arabia disebut-sebut akan menjadi hotel terbesar sedunia. Betapa tidak, bangunan itu memiliki 45 lantai dan memiliki 10.000 kamar.
Dikutip dari News.com.au pada Senin (15/8/2016), bangunan yang diibaratkan sebagai 'permata' pada mahkota Kota Suci Mekah ini akan dibuka tahun depan. Namun bukan tanpa tantangan.
Advertisement
Baca Juga
Ada beberapa masalah terkait dengan pembangunan hotel mewah ini. Mulai dari jatuhnya crane hingga tuduhan penistaan Kota Suci. Baru-baru ini mencuat juga keraguan tentang masa depan penginapan besar itu.
Ketika diungkap pada tahun lalu, rencana-rencana rancangan Abraj Kudai sangat mengesankan. Harian The Guardian mengistilahkan seakan-akan, bangunan itu dirancang oleh penggagas Disneyland.
Hotel kolosal ini memiliki 12 menara yang mengelilingi podium 10 lantai dengan luas ruang hingga 1,4 juta meter persegi. Gayanya pun seperti "benteng gurun pasir".
Pada akhirnya, bangunan ini akan menaungi 70 restoran, sebuah pusat perbelanjaan dan beberapa kawasan kuliner. Lalu ada sebuah stasiun bus, empat landasan helikopter (helipad), balai pertemuan mewah, pusat konferensi dan 10 ribu kamar tamu.
Ada 5 lantai yang bukan untuk umum karena dikhususkan bagi keluarga kerajaan Saudi. Semua bangunan dalam kompleks menawarkan akomodasi bintang empat atau lima.
Hotel ini terletak di Distrik Manafia yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Masjidil Haram dan dirancang untuk melayani 2 juta jemaah yang datang ke masjid selama ibadah haji.
Dar Al-Handasah Group, sebuah perusahaan konglomerasi global, adalah pihak yang melakukan perancangan. Pendanaan sendiri berasal dari Menteri Keuangan Saudi Arabia. Hotel ini nantinya jauh lebih besar daripada First World Hotel di Malaysia yang memiliki 'hanya' 7.300 kamar tamu.
Ancaman Bagi Kesucian Mekah?
Ketika rancangan Abraj Kudai diumumkan sekitar 2 tahun lalu, keluhan pun bermunculan.
Para pengamat mengkhawatirkan dampak hotel yang seperti kota itu terhadap Kota Suci Mekah. Kota itu sendiri sekarang memiliki gedung ke tiga tertinggi sedunia, yaitu menara jam Abraj al-Bait setinggi 600 meter.
Menara jam itu pun sudah membayangi Masjidil Haram. Di Jeddah, tak jauh dari Mekah, sedang berlangsung pembangunan Menara Jeddah yang digadang-gadang menjadi bangunan tertinggi sedunia.
Irfan Al-Alawi, direktur Islamic Heritage Research Foundation yang berkedudukan di Inggris, menjelaskan kepada The Guardian, "Segala sesuatu disingkirkan untuk memberi tempat kepada hotel-hotel mewah yang malah menggerus kesucian tempat ini dan 'menyingkirkan' para jemaah biasa."
"Ini adalah hari-hari terakhir Mekah. Ibadah haji seharusnya menjadi simbol ketabahan dan kesederhanaan, tapi malah menjadi pengalaman yang lebih mirip dengan Las Vegas yang tak terjangkau oleh kebanyakan jemaah."
Ziauddin Sardar, penulis buku "Mecca: The Sacred City" memperingatkan pembangunan kolosal sejenis Abraj Kudai di Saudi telah mengubah kota suci "menjadi Disneyland".
Ia mengatakan pihak Saudi menggusur bangunan-bangunan lama yang menjadi ciri arsitektur khas Mekah dan diganti dengan "metropolis mewah" serta "kerlap-kerlip arsitektur".
Advertisement
Keraguan Masa Depan
Pekan ini muncul sejumlah pertanyaan tentang berhasilnya pembangunan Abraj Kudai. Sejak satu tahun terakhir, ada sejumlah masalah besar yang melibatkan rekanan pembangunan ini, The Saudi Binladin Group.
The Saudi Binladin Group adalah salah satu perusahaan terbesar bidang konstruksi di negeri tersebut, antara lain melalui pembangunan megaproyek King Abdullah Economic City dekat Mekah dan bandara internasional Kuala Lumpur di Malaysia.
Pada 11 September tahun lalu, ketika sedang dilakukan pekerjaan pembangunan di Masjidil Haram, salah satu alat kerek milik perusahaan itu roboh diterpa badai sehingga menewaskan setidaknya 107 orang dan melukai lebih dari 400 orang lainnya.
The Saudi Binladin Group memecat ribuan buruh untuk menghindari bencana keuangan. Kemudian, para pekerja di Jeddah, Mekah, dan Riyadh melakukan protes karena belum mendapat upah. Sebuah bus perusahaan sempat dibakar.
Persoalan yang menggelayuti perusahaan itu semakin parah dengan merosotnya harga minyak bumi yang membawa dampak berantai kepada ekonomi Saudi.
Pemerintah kerajaan mengupayakan penghematan sehingga masa depan The Saudi Binladin Group pun dipertanyakan. Para ekonom mempertanyakan proyek ini.
Tarik Dogru, asisten profesor keuangan dan akunting hospitalitas di Boston University menduga proyek itu tidak akan rampung setidaknya hingga 2018.
Katanya kepada Forbes, "Keputusan tentang kapan dan bagaimana menyelasaikan Abraj Kudai bergantung kepada pemerintah, dan mungkin akan menjadi petunjuk penting tentang bagaimana restrukturisasi ekonomi Saudi Arabia."
Sehubungan dengan tragedi alat kerek tersebut, keluarga bin Laden dilarang ikut dalam proyek-proyek baru dan diminta menghentikan proyek-proyek yang sedang berlangsung, termasuk hotel Abraj Kudai. Demikian juga dengan proyek Menara Jeddah.