Liputan6.com, Taskhent - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Taskhent, Uzbekistan. Di hari kedua ini, organisasi itu sepakat untuk membentuk Contact Group on Peace and Conflict Resolution (CG-PCR).
CG-PCR merupakan gagasan, Presiden Joko Widodo. Ide itu dikeluarkan pria yang kerap disapa Jokowi ini saat pertemuan Informal Gathering on Strengthening Solidarity and Cooperation in the Islamic World, 22 April 2015, lalu.
Advertisement
Baca Juga
Pembentukan CG-PCR dilakukan melalui proses pembahasan yang cukup panjang. Indonesia telah meyakinkan 55 anggota OKI lainnya, bahwa CG-PCR tidak saja akan memberikan negara OKI forum untuk berbagi pengalaman dan strategi mengenai berbagai permasalahan politik dan keamanan di dunia Islam.
Lebih jauh dari itu, forum ini dapat memberikan masukan bagi solusi. Gagasan dan jalan keluar di CG-PCR itu sifatnya fungsional dan action-oriented.
"CG-PCR perlu dimanfaatkan sebagai forum untuk berbagi pengalaman, strategi serta pengetahuan dalam mencari solusi bersama bagi berbagai tantangan yang dihadapi umat muslim", tegas Retno dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com Rabu (19/10/2016).
Pembentukan CG-PCR adalah yang pertama dibentuk atas inisiatif negara anggota OKI. Berbagai contact groups OKI lainnya yang selama ini dibentuk, merupakan inisiatif dan usulan Sekretariat OKI.
Secara khusus, diharapkan CG-PCR dapat dimanfaatkan oleh negara OKI guna menyusun strategi bersama dalam menghadapi permasalahan, seperti dalam memerangi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
Selain itu, melalui CG-PCR anggota OKI juga diharapkan dapat memberikan masukan dan mencari solusi terhadap berbagai konflik yang dihadapi, baik konflik yang bersifat intra-state maupun inter-state.
Selain mengesahkan Resolusi pendirian CG-PCR, Pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri ke-43 juga telah mengesahkan 114 resolusi lain terkait isu-isu yang menjadi perhatian bersama, baik yang terkait dengan situasi konflik di berbagai negara anggota OKI -- seperti Suriah, Irak, Afghanistan, Somalia, dan Yemen -- maupun berbagai isu tematik khusus seperti upaya memerangi terorisme dan radikalisme serta upaya untuk membantu minoritas muslim di berbagai negara non-anggota OKI.