Liputan6.com, Sydney - Ray Tregaskis, pimpinan rumah lelang Mossgreen di Australia, mendapatkan kesempatan sekali seumur hidup ketika menemukan harta karun yang sangat berharga saat memeriksa sebuah patung kayu.
Patung kepala Buddha yang sedang diperiksa sebelum diajukan ke pelelangan ternyata berisi sebuah kertas terlipat. Letaknya di dalam rongga tersembunyi.
Advertisement
Baca Juga
Setelah diperiksa lebih seksama, kertas kumal itu adalah mata uang berusia 700 tahun yang berasal dari Dinasti Ming. Dikutip dari CNN pada Kamis (20/10/2016), itu adalah salah satu cetakan tertua mata uang Tiongkok.
"Inilah yang pertama kalinya, sepengetahuan kami, ada uang kertas ditemukan dalam patung Buddha berbahan kayu," kata Tregaskis.
"Kami kaget, terpana, dan, setelah menerjemahkannya, jadi sangat bersemangat!"
Patung-patung antik Buddha sendiri merupakan harta karun yang berharga, tapi temuan uang kertas ini merupakan hal yang unik.
Menurut Luke Guan, spesialis seni Asia di Mossgreen, "Biasanya ditemukan gulungan mantra, bulir-bulir, dupa, dan batu mulia, yang diselipkan dalam patung-patung sepuhan perunggu oleh rahib atau lama."
"Tapi kami belum pernah mendengar ada orang menemukan uang di dalam patung kayu."
Tidak bisa dipastikan caranya uang itu berada di dalam karya seni, tapi karena ada cetakan tanggal pada lembaran mata uang, para spesialis di Mossgreen dapat menentukan usia patung dan lebih mengerti tentang sejarahnya.
Kemungkinan besar, seorang pemesan menempatkan lembaran uang ketika sedang melakukan perbaikan, kira-kira 40 atau 50 tahun setelah patungnya dibuat pertama kali.
Tarikhnya sendiri diduga sekitar Abad ke-14, karena mata uang dan gaya ukiran menunjukkan karya seni itu dibuat pada masa Hongwu di China.
Ukiran kayu itu menggambarkan kepala Luohan, orang bijak yang telah melewati empat tahun 'pencerahan' dan mencapi nirwana dalam kepercayaan Buddha.
Dengan tampilan tenang penuh percaya diri, ekspresi pada patung tampak jelas -- dalam garis-garis dan lengkungan-lengkungan pada wajah.
Menurut Guan, patung demikian biasanya merupakan bagian dari kumpulan 16 hingga 500 patung yang biasanya dipajang dalam kuil Buddha sebagai bagian dari ibadah.
Tanda Waktu
Lembaran mata uang itu sendiri berusia lebih dari 700 tahun dan dicetak pada masa Dinasti Ming yang membentang hampir 300 tahun, antara 1368 hingga 1644.
Masa di bawah pemerintahan Zhu Yuan Zhang, sang kaisar Hongwu yang menjadi pendiri sekaligus penguasa pertama Dinasti Ming -- yang merupakan era yang makmur karena perdagangan internasional dan penambahan populasi.
Pada masa itu, China mengganti mata uang lama yang terbuat dari emas dan perak dengan mata uang kertas.
Lembaran itu ditandai sendiri oleh sang kaisar. Ada 3 segel resmi dengan sebaris tulisan yang berbunyi,
"Dengan wewenang Departemen Keuangan, mata uang ini memiliki fungsi yang sama seperti koin. Mereka yang menggunakan lembaran uang palsu akan dipenggal, pengadunya akan dihadiahi 250 perak Liang ditambah dengan semua harta penjahatnya. Tahun ke tiga dalam masa Hongwu."
Uang kerta "satu guan" adalah denominasi terbesar yang ada pada saat itu dan setara dengan "satu liang" perak, senilai 660 RMB (Rp 1,3 juta) sekarang. Jika dijual terpisah, nilai lelang sekarang antara US$ 2 dan 4 ribu (Rp 26 hingga 52 juta).
Selain nilai finansialnya, lembaran uang itu memberikan tambahan informasi tentang era tersebut.
Pada saat itu, mata uang China dibuat dengan tangan dari bahan kertas kayu mulberi dengan menggunakan balok cetakan kayu. Teknologi tersebut memainkan peranan penting dalam sejarah China.
Bertarikh 868 M, cara percetakan itu memungkinkan penyebaran informasi, seni, dan kesusastraan.
Dua benda itu sekarang merupakan bagian dari "Raphy Star Collection of Important Asian Art" dengan taksiran nilai lelang keseluruhan antara US$ 30 hingga 45 ribu (Rp 390 hingga 585 juta).
Sekarang ini, benda-benda itu sedang akan dipamerkan di Melbourne, Australia, lalu London, Inggris, dan Hong Kong. Kemudian, dikembalikan ke Mossgreen di Sydney, Australia, untuk dilelang.
Advertisement