Liputan6.com, Washington, DC - JJ Holmes, bocah laki-laki berusia 12 tahun telah menjadi daya tarik tersendiri dalam pemilu presiden Amerika Serikat (AS) 2016. Selama musim kampanye, anak pengidap cerebral parsy ini telah bertemu dua tokoh berlawanan, yakni capres asal Partai Republik, Donald Trump dan Presiden Barack Obama.
Pengalaman JJ dengan kedua sosok tersebut tentu sangat berbeda.
Baca Juga
Menurut sang ibu, Alison Holmes, selama beberapa bulan terakhir anak laki-lakinya itu sering memutar film komedi musikal Mary Poppins di iPad miliknya. Namun yang mengejutkan, JJ ternyata juga gencar mencari tahu tentang Trump melalui situs pemutar video.
Advertisement
Tiba-tiba saja ia mengungkapkan keinginannya untuk hadir dalam kampanye Trump. Bukan untuk mendukung miliarder itu, melainkan untuk mengekspresikan penghinaannya karena capres kontroversial itu pernah mengejek seorang wartawan 'cacat'.
"Aku ingin hadir karena Donald Trump mengolok-olok orang cacat," kata JJ kepada The Washington Post seperti liputan6.com kutip dari Independent.co.uk.
Dan pada Sabtu lalu, keinginan JJ terwujud. Sang ibu membawanya ke Tampa untuk menghadiri kampanye Trump. Mereka menempuh perjalanan kurang lebih dua jam.
JJ sendiri sudah sangat sangat siap untuk menghadiri kampanye tersebut. Ia bahkan telah memiliki program suara di komputernya yang dapat mengatakan 'Singkirkan Trump' dan 'Trump mengolok-olok orang cacat'.
Dan begitu tiba di arena kampanye, JJ pun memutar program suara tersebut.
"Suaranya tidak terlalu keras. Trump tertawa melihat bagaimana teriakan pendukungnya 'menenggelamkan' suara JJ. Aku dan anak perempuanku akhirnya mulai menyanyi menyampaikan," kata Alice.
Tiba-tiba saja orang-orang di sekitar mereka berubah gaduh.
"Oh, kita kedatangan orang-orang Hillary Clinton. Apakah mereka dibayar US$ 1.500? Silahkan, bawa dia keluar. Bawa dia keluar," kata Trump dari atas panggung.
Lantas, kerumunan orang-orang pun mulai meneriakkan "USA! USA! USA!"
"Aku beri tahu kalian, pendukung Bernie Sanders bahkan lebih antusias dan semangat dibanding yang satu ini. Masalah yang dihadapi para pendukung Hillary ini adalah orang-orangku lebih ramai sehingga mereka tidak dapat didengar," ungkap miliarder itu.
Sementara pada saat yang sama, Alice mengatakan, para pendukung Trump mendekati ia dan anaknya. Mereka mulai mendorong kursi roda JJ.
Tak cukup sampai disitu, oleh para pendukung Trump ia juga diteriaki sebagai 'penyiksa anak'. Sementara sebagian lainnya melontarkan kata-kata tak sopan. Mereka pun terpaksa dikawal keluar dari arena kampanye.
"Aku pikir kami akan berhasil melakukannya. Tidak pernah terbayang mereka akan mendorong kursi roda JJ," jelas Alice.
Segera setelah peristiwa tersebut, kritikan mengalir deras kepada JJ karena telah membawa putranya menghadiri kampanye. Ia juga dituduh telah 'memanfaatkan' putranya untuk memprotes Trump.
"Dia bukan boneka yang saya dudukkan di kursi. Ini semua kehendaknya, semua adalah keinginannya," tegas perempuan itu.
Pihak Trump belum merespons peristiwa ini.
Sementara itu, di luar arena kampanye ada seorang reporter yang mengetahui JJ sangat berharap dapat bertemu dengan Presiden Obama. Sang wartawan segera menelepon Valentina Pereda, sekretaris press Hillary di Florida yang pernah menjabat sebagai wakil direktur Gedung Putih untuk media Hispanik.
Pereda pun meminta bantuan seorang temannya yang ikut dalam rombongan Presiden Obama. Dan harapan JJ untuk bertemu orang nomor satu di Negeri Paman Sam akhirnya terwujud.
"JJ mengatakan kepada presiden betapa ia menyayanginya, ia berterima kasih karena sudah mendapat kesempatan untuk bersalaman. Lalu dia bertanya, bisakah presiden memberikan suara dalam pemilu? Karena JJ ingin memastikan bahwa Obama memilih Hillary Clinton," cerita Alice.
Bocah istimewa itu mengatakan bahwa pertemuannya dengan Obama merupakan puncak kebahagiaannya pada akhir pekan kemarin. Namun ketika ditanya sang ibu apakah ia senang hadir di kampanye Trump, JJ mengatakan, "Yeah! Yeah! Yeah!".