Trump 'Mesra' dengan PM Pakistan, Sinyal Hubungan 2 Negara Pulih?

Melalui sambungan telepon, Trump mengatakan, PM Sharif punya reputasi sangat baik. Ia juga menyebutnya sebagai pria yang hebat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Des 2016, 16:25 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 16:25 WIB
Donald Trump
Capres AS dari Partai Republik, Donald Trump saat debat capres AS ketiga dan terakhir di University of Nevada, Las Vegas, Rabu (19/10). (REUTERS/Mark Ralston/Pool)

Liputan6.com, Islamabad - Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump mengisyaratkan akan menjalin hubungan yang jauh lebih "mesra" dengan Pakistan. Setidaknya itu tersirat dalam pembicaraan pertama Trump dengan Perdana Menteri, Nawaz Sharif, melalui sambungan telepon.

"Presiden Trump mengatakan bahwa PM Sharif memiliki reputasi yang sangat baik. Pria yang hebat, dan melaksanakan tugas dengan mengagumkan," demikian pernyataan yang dirilis oleh kantor PM Pakistan seperti dikutip Reuters, Kamis (1/12/2016).

Sambungan telepon keduanya berawal dari niat Sharif untuk mengucapkan selamat atas kemenangan Trump.

Dalam pernyataan itu, dimuat bahwa Trump bersedia membantu berbagai persoalan yang dihadapi Pakistan. Namun kantor PM Pakistan tidak merinci masalah apa yang dimaksud Trump. Selain itu tidak dijelaskan pula mengapa presiden terpilih AS itu begitu terkesan dengan PM Sharif.

Kantor PM menambahkan, Trump mengatakan PM Sharif dapat bebas menghubunginya setiap saat sebelum ia dilantik pada 20 Januari mendatang. Pemimpin Pakistan itu juga mengundang Trump untuk berkunjung ke Pakistan. Hal ini ditanggapi positif oleh suami Melania tersebut.

"Trump mengatakan ia akan sangat senang berkunjung ke sebuah negara yang fantastis, ke tempat dan rakyat yang luar biasa," sebut pernyataan itu.

Pihak Trump telah mengonfirmasi pembicaraan perdana miliarder itu dengan PM Sharif. Namun tak merinci isu yang dibahas.

Ketegangan Mereda?

Hubungan persekutuan AS-Pakistan selama beberapa tahun menyisakan ketegangan. Negeri Paman Sam menuding Islamabad menjadi tempat penampungan bagi para kelompok militan Islam. Hal ini dibantah Pakistan.

Kondisi perekonomian Pakistan yang terpuruk disebut-sebut mengarah ke ketidakpastian ketika Sharif naik ke tampuk kekuasaan pada 2013. Kekhawatiran soal keamanan pun meningkat menyusul langkah besar militer untuk mengatasi kelompok militan termasuk Taliban.

Sejumlah kelompok militan Islam melakukan perlawanan dan terus melancarkan serangan. ISIS pun disebut mulai menancapkan pengaruhnya di negara itu, menyusul klaim mereka terhadap beberapa serangan mematikan.

Sementara itu tim Trump mengatakan bahwa kedua pemimpin berbicara produktif tentang bagaimana AS-Pakistan memiliki jalinan kerja sama yang kuat di masa depan.

"Presiden terpilih, Trump mencatat bahwa ia menginginkan hubungan pribadi yang langgeng dan kuat dengan PM Sharif," demikian pernyataan singkat pihak Trump.

Kantor PM selama ini kerap merilis percakapan Sharif dengan kepala negara lainnya. Namun tak pernah ada pujian kepada PM Sharif terutama dari kalangan pemimpin Barat.

Pujian Trump kepada PM Sharif ini dinilai meredakan kekhawatiran Islamabad mengingat presiden terpilih AS itu kerap melontarkan retorika anti-Muslim.

Namun, di lain sisi, Islamabad masih diliputi rasa khawatir terkait hubungan AS-India mengingat dua tetangga pemilik nuklir ini saling bermusuhan. Trump memiliki bisnis di India dan bukan tidak mungkin hal ini akan menjadikannya lebih condong ke New Delhi dibanding Islamabad.

Pakistan selama ini menikmati bantuan berupa dana dan pelatihan militer dari AS. Namun Kongres AS belum lama ini menarik kembali bantuan karena kesal dengan keengganan Pakistan melawan Taliban.

Hubungan dua sekutu ini mencapai posisi terendah pada Mei lalu. Saat itu, drone AS menewaskan pemimpin Taliban Afghanistan, Mullah Akhtar Mansour di wilayah Pakistan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya