Liputan6.com, Moskow - Pemerintah Rusia mengatakan pihaknya menemukan sebuah rencana yang dilakukan mata-mata asing untuk membuat rusuh sistem keamanan bank negeri itu.
Mereka menengarai serangan itu melalui gelombang koordinasi siber dan menggunakan akun media sosial palsu yang pura-pura melaporkan bahwa bank bermasalah.
Baca Juga
Dikutip dari Reuters, Sabtu (3/12/2016), intelijen domestik Rusia, Federal Security Service (FSB) dalam pernyataannya mengatakan, server yang digunakan untuk menyerang berada di Belanda dan terdaftar atas nama perusahaan BlazingFast dari Ukraina.
Advertisement
Serangan itu rencananya akan dimulai serentak secara masif pada 5 Desember dan targetnya adalah sejumlah bank nasional di beberapa kota di Rusia.
"Rencananya mereka akan menyerang secara siber dilanjutkan dengan pesan beredar lewat SMS serta media sosial yang bernada provokatif terkait krisis sistem perbankan Rusia, kebangkrutan, dan penarikan izin," ujar pernyataan itu.
"FSB kini telah mengambil langkah untuk menetralisasi serangan yang berdampak pada ekonomi Rusia dan informasi keamanan," katanya.
Meski demikian, pernyataan itu tidak memuat mata-mata dari negara mana yang terlibat dalam plot.
Namun, Anton Onoprichuk, direktur dari BlazingFast di Kiev, mengatakan tak satu pun baik dari FSB maupun dinas lain mengontak mereka. Kini ia menanti penjelasan terhadap tuduhan itu.
Ketika ditanya apakah server mereka bisa digunakan pihak ketiga, ia menjawab, "Secara teknik bisa. Apalagi server sewaan. Kapan saja bisa diserang."
Rusia kini tengah dalam waspada tinggi atas serangan siber asing, terutama karena para pejabat AS menuduh Kremlin terlibat dalam peretasan e-mail Partai Demokrat dalam pemilihan Presiden AS.
Wakil Presiden AS Joe Biden mengatakan pada saat itu bahwa Amerika Serikat akan mempertanyakan masalah itu kepada Rusia.
Sejak itu, telah ada sejumlah serangan siber yang mempengaruhi lembaga Rusia, meskipun tidak jelas apakah mereka terkait dengan perselisihan antara Moskow dan Washington.
Pada bulan Oktober, jaringan hacker Ukraina merilis cache e-mail yang diperoleh dari rekening seorang pembantu Vladislav Surkov, penasihat Kremlin yang dijuluki "kardinal abu-abu" karena pengaruh di belakang layar.