Liputan6.com, Florida - Steve Frappier ada di Bandara Florida saat Esteban Santiago mengeluarkan senjata semi-otomatis miliknya dari tas dan memberondongkan peluru ke arah para penumpang pesawat yang berkerumun di area pengambilan bagasi di Terminal 2.
Ia nyaris jadi korban terjangan peluru. Untung, ransel dan komputer jinjing atau laptop miliknya jadi tameng.
"Ransel ini menyelamatkan nyawaku," kata Frappier kepada CNN, seperti dikutip Liputan6.com, Minggu (8/1/2017). "Aku menjatuhkan diri, masih mengenakan tas punggung. Aku berbalik sehingga ketika penembak mengarahkan tembakan ke arahku...saat itu ada peluru yang memantul."
Advertisement
Peluru yang memantul mengenai Frappier, yang kala itu merasa seperti 'kura-kura', dengan ransel sarat barang di punggungnya.
"Aku merasa sesuatu menerjang punggungku," kata dia pada presenter CNN, Anderson Cooper. "Baru di kamar mandi aku bisa mengecek apa gerangan yang menerjang bagian belakangku. Ternyata ada peluru masuk ke ransel dan mengenai laptop."
Pria itu kemudian menyerahkan ranselnya itu ke FBI untuk dijadikan bahan penyelidikan. Aparat menemukan sebutir peluru di salah satu kantong di tas punggungnya itu.
Frappier menjelaskan, peluru tersebut masuk ke tasnya dengan cara memantul (ricochet). Seandainya tak ada ransel dan komputer jinjing itu, bisa jadi amunisi tersebut bersarang di punggungnya atau organ dalam yang lain.
Ia mengisahkan, saat keluar dari pesawat ia cepat-cepat memasukkan laptopnya ke tas. Untung ia tak meninggalkannya atau membawanya dengan cara lain.
Selain pada ranselnya, Frappier mengaku berutang nyawa pada seseorang -- yang ia tak tahu siapa identitasnya -- yang memperingatkan pada para penumpang bahwa penembakan sedang terjadi.
Mark Lea, saksi yang lain mengungkapkan, penembakan berlangsung sekitar 45 detik sebelum pelaku akhirnya duduk dalam posisi menyerah, menanti aparat menangkapnya.
Lima orang tewas dan delapan lainnya terluka dalam serangan di Bandara Fort Lauderdale, Florida.
Pelakunya, Esteban Santiago diketahui sebagai mantan veteran perang Irak yang diduga mengalami gangguan jiwa.
Namun, aparat tak lantas mengenyampingkan dugaan terorisme terkait aksinya itu. Penyelidikan intensif kini terus dilakukan.