Liputan6.com, Cologne - Hampir seluruh makanan untuk para astronot yang berada di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dibawa dari Bumi dengan menggunakan kargo. Namun dalam misi yang membutuhkan waktu lebih lama, seperti ke Mars, astronot membutuhkan pasokan makanan mandiri.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, ilmuwan di Jerman berupaya menemukan cara agar urine dan keringat dapat membantu astronot menumbuhkan makanan di Mars.
Baca Juga
Seorang ahli fisiologi tanaman di German Aerospace Center (DLR), Jens Hauslage, meneliti cara menumbuhkan makanan di angkasa luar. Ia sedang melakukan uji coba yang melibatkan tank urine dan tanaman tomat.
Advertisement
"Bumi merupakan sistem biologi tertutup dengan tanaman yang memproduksi oksigen dan makanan; lalu kita memiliki hewan dan mikroba untuk memproses degardasi di tanah," ujar Hauslage kepada BBC.
"Tanpa sistem ini, tidak ada sistem jangka panjang pendukung kehidupan berkelanjutan," imbuh dia.
Dengan menggunakan bahan sintetis dan urine manusia, Hauslage melakukan eksperimen untuk membentuk kembali siklus tersebut yang bermanfaat bagi astronot.
Misalnya, para ilmuwan mengisi kolom urin dengan batu apung. Di dalam lubang batu apung terdapat koloni bakteri pemakan urine yang mengonversi amonia dalam urine menjadi nitrit dan garam nitrat.
Dikutip dari Live Science, Minggu (19/3/2017), sebagian besar urine, keringat, dan air limbah di Stasiun Antariksa Internasional, didaur ulang kembali. Penelitian Hauslage menyelidiki penggunaan lain air tersebut untuk menumbuhkan makanan di angkasa luar.
Penelitian Hauslage akan diluncurkan ke angkasa luar pada tahun ini melalui misi Euglena and Combined Regenerative Organic-food Production in Space (Eu: CROPIS), yakni sebuah satelit berisi dua miniatur rumah kaca.
Satelit tersebut akan melakukan simulasi gravitasi Bulan selama enam bulan pertama untuk menguji potensi tumbuhnya sayuran di satelit alami Bumi itu. Setelah itu, satelit tersebut akan menyimulasikan gravitasi Mars.
Selama satelit mengorbit, akan ada 16 kamera yang mendokumentasikan pertumbuhan tomat. Sama seperti percobaan laboratorium, uji coba itu akan menggunakan bakteri terhadap urine sintetis yang dapat berfungsi sebagai pupuk tanaman tomat.
"Pada akhirnya, kami menyimulasikan dan menguji rumah kaca yang bisa dirakit di dalam habitat Bulan atau Mars untuk menyediakan astronot makanan segar," ujar Hauslage.