Bertemu Ulama RI, Presiden Afghanistan Bahas Islam yang Moderat

Presiden Afghanistan bertemu dengan sejumlah ulama di Indonesia. Pertemuan tersebut dilaksanakan di tengah kunjungan ke Masjid Istiqlal.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 06 Apr 2017, 21:53 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2017, 21:53 WIB
20170406- Presiden Afganistan Salat Magrib di Masjid Istiqlal-Jakarta-Angga Yuniar
Rombongan Presiden Afganistan Mohammad Ashraf Ghani berpose bersama saat mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (6/4). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Afghanistan bertemu dengan sejumlah ulama di Indonesia. Pertemuan tersebut dilaksanakan di tengah kunjungan ke Masjid Istiqlal.

Sejumlah ulama yang ikut pertemuan tersebut di antaranya, Prof Dr Bahtiar Effendy, KH  Abd Manan Abd Ghoni, KH  As'ad Ali, Prof Dr KH Nasaruddin Umar, Yenny Wahid, Jeffrie Geovanie, dan Dr Arif MA Zamhari.

Nama lain yang juga hadir dalam pertemuan adalah Dr DB KH Muzammil Basyuni, Bunyan Saptono, KH  Bahrul Hayat, KH Nasihin Hasan, KH Abdullah Syarwani, Mayjen Anshori Tadjudin, Sugiarti, Hj Faiqoh, dan Artanto Wirgantoro.

Beberapa isu dibahas dalam diskusi. Termasuk soal keinginan Afghanistan mempelajari sejumlah hal yang sudah berjalan baik di Indonesia.

"Mereka sangat berharap Afghanistan bisa bekerja sama untuk mempromosikan demokrasi, HAM, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi di dunia Islam terutama juga dalam menumbuhkan Islam moderat," kata Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, Kamis (6/4/2017).

Dia mengatakan, untuk Islam moderat ada bentuk kerjasama kongkret yang dijalin dua negara. Kesepakatan ini terkait erat dengan sektor pendidikan Islam.

"Kita akan tukar-menukar dosen, mahasiswa, ada program bersama di antaranya dosennya datang ke sini dan dosen kita datang ke sana, mahasiswanya pun ke sini. Jadi ada twinning programlah," jelas dia.

Menambahkan pernyataan Nasaruddin, Yenny Wahid menyebut, kesempatan pertemuan dengan para ulama dipakai Presiden Afghanistan untuk menyampaikan kekagumannya atas Indonesia.

Sang pemimpin, menurut Yenny Wahid, takjub melihat Indonesia yang berbeda-beda latar belakang budaya di setiap daerahnya. bisa hidup saling berdampingan. 

"Salah satu yang disorot adalah negara dengan 17 ribu pulau, dengan banyak bahasa, kultur dan sebagainya tetapi lebih mengutamakan persatuan dari pada konflik. Itu hal yang disorot sebagai sebuah ketakjuban bagi beliau," sebutnya.

Di samping itu, Ghani mendorong agar Indonesia lebih lagi memaksimalkan potensi yang ada. Sebab, RI sebenarnya punya kekuatan untuk menjadi poros kekuatan dunia.

"Beliau banyak meyoroti tentang Konferensi Asia Afrika sebagai salah satu contoh kekuatan Indonesia dalam mengumpulkan dan menyelenggarakan KTT Asia Afrika yang digagas oleh Bung Karno itu," tambah dia. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya