Liputan6.com, Jakarta - Pada perayaan hari ulang tahun pendiri negara, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran roket. Berdasarkan pemantauan sejumlah negara tetangga dan Amerika Serikat, uji coba pekan lalu ditengarai gagal dan roket meledak sesaat setelah peluncuran.
Perayaan "Hari Sang Matahari" di Korea Utara itu juga diisi dengan pawai militer yang diikuti ribuan tentara yang diiringi sejumlah rudal atau tampilan serupa rudal.
Selagi pawai disiarkan secara langsung oleh BBC, sebuah kendaraan peluncur roket yang melintas di belakang pembawa acara mengangkut sebuah roket aneh yang moncongnya bengkok menghadap langit. Muncul dugaan bahwa rudal itu hanya sekadar pembohongan publik.
Advertisement
Baca Juga
Walaupun persenjataan nuklir Korea Utara tidak sedemikian hebatnya, kepemimpinan yang meletup-letup dan sukar diduga tetap mengundang kekhawatiran terjadinya keputusan berisiko oleh Korea Utara.
Namun demikian, seperti dipelajari Liputan6.com pada Selasa (18/4/2017) dari laporan Global Firepower (GFP) 2016, Korea Utara bukan menjadi kekuatan militer yang sedemikian besarnya.
Dilihat dari beberapa aspek selain persenjataan nuklir, Indonesia justru jauh lebih unggul dibandingkan negara terpencil tersebut.
Peringkat ditentukan diajukan didasarkan pada beberapa hal terkait sumber daya, dana, geografi, dan puluhan faktor lainnya.
Dengan mempertimbangkan 50 faktor dalam penilaian, penyusunan peringkat memungkinkan suatu negara kecil berteknologi tinggi bersaing dengan negara besar yang tingkat kemajuan teknologinya masih biasa saja.
Beberapa pertimbangan lain adalah bahwa peringkat itu tidak semata mengandalkan jumlah senjata yang tersedia di suatu negara, tapi kepada keberagaman jenis senjata.
Penentuan peringkat juga tidak menyertakan ketersediaan senjata nuklir, karena kekuatan persenjataan nuklir dirahasiakan secara ketat oleh negara-negara pemiliknya.
Selain itu, pemeringkatan 126 negara ini tidak mengaitkan persekutuan militer suatu negara, walaupun persekutuan demikian menjadi "bonus".
Sumber Daya Manusia
Memang benar bahwa faktor geografi, keluwesan logistik, sumber daya alam, dan pengaruh industri berdampak pada hasil akhir peringkat. Namun, jumlah penduduk menjadi pertimbangan kunci. Dengan demikian, bangsa-bangsa yang berpenduduk lebih banyak cenderung meraih peringkat atas.
Untuk keperluan peringkat GFP, jumlah keseluruhan populasi menjadi titik awal semua pertimbangan terkait penduduk. Misalnya, tenaga kerja, ketersediaan manusia untuk militer, dan kelayakan berdinas militer.
Keseluruhan ketersediaan manusia terbukti penting dalam konflik semesta. Secara teori, negara dengan jumlah penduduk amat besar memiliki keunggulan dalam penyediaan lebih banyak manusia untuk bertempur. Pada akhirnya, peperangan memang bergantung kepada sumber daya manusia.
Advertisement
Peringkat Kekuatan Militer 2016
Amerika Serikat masih menduduki peringkat pertama dengan segala kelebihan, termasuk kekuatan darat, laut, udara, dan sumber daya alam, logistik, dana, serta geografi. Berikut ini adalah lima besar negara paling digaya sedunia menurut versi GFP:
1. Amerika Serikat
2. Rusia
3. China
4. India
5. Prancis
Sementara itu, penelusuran lebih jauh peringkat tersebut, menunjukan posisi Indonesia:
11. Korea Selatan
12. Mesir
13. Pakistan
14. Indonesia
15. Brasil
16. Israel
17. Vietnam
Indonesia menduduki peringkat ke-8 di Asia Pasifik dan peringkat ke-1 di Asia Tenggara.
Korea Utara berada di urutan ke-25 secara keseluruhan dan peringkat ke-13 di Asia Pasifik.
Di mana para tetangga Indonesia? Yang menarik, ketika tidak mempertimbangkan persekutuan militer negara-negara, Singapura berada di peringkat ke-64 sedunia, peringkat ke-21 di Asia Pasifik, dan peringkat ke-7 di Asia Tenggara seperti dalam daftar berikut:
1. Indonesia
2. Vietnam
3. Thailand
4. Myanmar
5. Malaysia
6. Filipina
7. Singapura
8. Kambodia
9. Laos
Lagi-lagi, karena tidak mempertimbangkan persekutuan militer negara-negara, Australia berada di peringkat ke-23 sedunia dan peringkat ke-12 di Asia Pasifik—hanya satu tingkat di atas Korea Utara.