Liputan6.com, Kuala Lumpur - Otoritas Bea dan Cukai Malaysia berhasil menggagalkan upaya penyeludupan ratusan kura-kura langka dari Madagaskar. Jenis hewan bertempurung yang masuk dalam daftar terancam punah tersebut disita oleh petugas di Bandara Internasional Kuala Lumpur.
Dikutip dari Straits Time, Senin (15/5/2017), 330 ekor kura-kura jenis ploughshare nilainya diperkirakan mencapai US$ 276.784 atau sekitar Rp 3,7 miliar.
"Semua kura-kura yang disita masih dalam keadaan hidup," ujar Abdul Wahid Sulong Wakil Direktur Bea dan Cukai Malaysia.
Advertisement
Baca Juga
Abdul Wahid juga mengatakan, Ini adalah tangkapan dalam jumlah besar. Bisa jadi, hewan itu untuk keperluan pasar lokal dan diekspor kembali ke berbagai negara. Pihaknya pun juga menegaskan masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut.
Proses penangkapan bermula ketika pihak Bea dan Cukai menggerebek area kargo di bandara. Atas kecurigaan tersebut petugas berhasil menemukan lima peti berisi ratusan kura-kura.
"Pesawat itu tiba di KLIA dengan pesawat Etihad Airways dari Bandara Antananarivo di Madagaskar, kura-kura ploughshare yang memiliki tempurung berwarna emas itu masuk dalam daftar hewan yang terancam punah di planet ini," ujar petugas.
Kura-kura Madagaskar dianggap sebagai salah satu spesies hewan yang paling indah, keberadaannya kian terancam karena perburuan daging dan perdagangan hewan liar yang merajalela.
Undang-undang di Malaysia melarang impor hewan yang terancam punah. Siapa pun yang terbukti bersalah atas pelanggaran tersebut dapat diancam pidana penjara hingga tiga tahun, dan dikenai denda.
Elizabeth John, Petugas komunikasi senior Jaringan Pemantau Perdagangan Liar mengatakan, kura-kura itu mengikuti jejak-jejak produk hewani lainnya yang berasal dari Afrika. Termasuk ekspor cula badak dan trenggiling.
"Setelah berbagai rangkaian upaya penyelundupan yang mampu digagalkan dari Afrika, penegak hukum di Malaysia juga mengirimkan peringatan keras kepada kelompok yang melakukan penyelundup," ungkap John.
John mengatakan, rute yang digunakan oleh para oknum dalam kasus baru-baru ini menunjukkan perlunya pengawasan bandara yang lebih ketat di wilayah Timur Tengah.