Cegat Pesawat Tanker AS di Langit Suriah, Rusia Minta Maaf

Sebuah jet tempur Rusia menghalau pesawat tanker AS di wilayah udara Suriah. AS sebut tindakan itu tidak profesional.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Mei 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2017, 12:00 WIB
Pesawat tanker AS, KC-10 (USAF/AFP)
Pesawat tanker AS, KC-10 (USAF/AFP)

Liputan6.com, Damaskus - Sebuah jet tempur Rusia menghalau pesawat tanker Amerika Serikat di wilayah udara Suriah. Peristiwa itu sempat memicu tensi tinggi antara militer kedua negara.

Pasalnya, tindakan menghalau dengan menggunakan metode "barrel roll" itu dinilai tidak profesional oleh militer AS.

Barrel roll adalah istilah aviasi untuk menjelaskan manuver aerobatik sebuah pesawat yang melakukan putaran spiral dan mengitari lintasan pesawat yang akan dihalau.

Insiden ini terjadi pekan lalu, saat pesawat tanker McDonnell Douglas KC-10 Extender milik AS tengah melintas di wilayah udara Suriah.

"Kita sempat mengalami insiden dengan Rusia, sebuah tindakan yang dikategorikan sebagai aksi tidak profesional," jelas salah seorang pejabat Pentagon Letnan Jenderal AU Jeffrey Harrigian Pentagon, seperti dikutip dari CNN (26/5/2017).

Militer AS memprotes tindakan Rusia tersebut. Akan tetapi, Rusia menunjukkan iktikad baik dan meminta maaf kepada Pentagon.

"Tindakan itu kemudian telah dihentikan, dan Rusia telah meminta maaf atas tindakan tersebut," ucap Letjen Harrigian.

Kementerian Pertahanan AS menilai bahwa pilot jet tempur Rusia bertindak atas kehendaknya sendiri, bukan karena perintah petinggi militer Rusia. Dengan begitu, AS menilai bahwa insiden itu murni "kecelakaan" tanpa tujuan tertentu.

Insiden aviasi itu terjadi di tengah proses upaya de-eskalasi tensi militer yang diinisiasi oleh Rusia dan AS di Suriah. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan "mendisiplinkan" operasi udara Washington dan Moskow di langit Suriah.

Pendisiplinan itu diharapkan mampu menekan 'salah strategi' operasi udara di sana, serta mencegah tensi tinggi antara Rusia dan AS di negara yang dipimpin oleh Presiden Bashar al-Assad itu.

Sebelumnya, Negeri Paman Sam dan Negeri Beruang Merah kerap terlibat dalam sebuah persinggungan operasi militer, baik di darat maupun di udara Suriah.

Persinggungan itu disebabkan kedua negara mendukung kubu yang berlawanan. Diketahui, Rusia mendukung pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara AS mendukung pasukan oposisi.

"Kami sadar bahwa kedua negara perlu bertindak untuk mencegah miskalkulasi strategi. Kami juga harus meningkatkan upaya de-eskalasi, salah satu cara adalah dengan mendisiplinkan wilayah udara," tutup Letjen Harrigian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya