Liputan6.com, Singapura - Sebuah lapangan parkir di wilayah Choa Chu Kang, Singapura kerap dipenuhi oleh penduduk lokal. Bukan untuk bermain atau bercengkerama dengan para tetangga. Melainkan menunggu seorang pria bernama Cheu yang akrab dipanggil oleh warga sekitar dengan sebutan 'Paman'.
Dikutip dari laman Straits Time, Senin (3/7/2017), seperti biasa, setiap Rabu dan Minggu tepat pukul 10.00 pagi wkatu setempat warga ramai berkumpul. Warga yang banyak didominasi oleh kaum ibu-ibu ini menunggu Paman Cheu yang membawa mobil dengan peti berisi sayuran di belakangnya.
Bagi sebagian orang yang melihat penampakan ini tentu akan beranggapan biasa. Yaitu sekumpulan ibu-ibu yang menunggu tukang sayur.
Advertisement
Setibanya Paman Cheu di lokasi tersebut, para ibu-ibu segera menyerbu peti sayurnya. Ada yang mengisi kantong plastiknya dengan kangkung, cye sim, cabai, baya, dan sayuran lainnya. Terkadang sang paman pun juga datang membawa timun, wortel dan terong.
Namun, ada sesuatu hal aneh yang terjadi. Sesaat setelah para ibu memilih sayuran, mereka datang menghampiri pria berusia 75 tahun tersebut sambil menganggukkan kepala dan mengucapkan 'Terima Kasih, Paman."
Baca Juga
"Saya tak menjual sayuran-sayuran ini. Saya berikan secara cuma-cuma. Saya juga datang ke sini untuk bertemu dengan siapapun," ujar Paman Cheu yang berbicara dalam bahasa China.
Pria dermawan itu menolak ketika ditanya nama lengkapnya atau diminta untuk berfoto.
"Saya tinggal di suatu tempat bersama istri dan keempat anak saya," kata Paman Cheu.
Cheu telah berkecimpung di bisnis sayuran selama 50 tahun. Ia mengatakan bahwa dirinya telah memberikan sayuran secara cuma-cuma selama 20 tahun.
Kegiatan sosial ini ia lakukan sesaat setelah pindah ke Choa Chu Kang dari kota sebelumnya yaitu Lim Chu Kang, tempat di mana ia pernah mengelola lahan pertaniannya sampai masa sewa lahan berakhir pada tahun 1992.
Ia kemudian menjual sayuran yang diimpor dari Chinatown, Malaysia. Ditempat itulah ia melihat banyak sayuran dan buah-buahan yang dibuang begitu saja meski masih layak konsumsi.
Dari sanalah muncul ide untuk mengambil sayuran itu dan membagikannya kepada warga.
"Saya tumbuh pada masa ketika Singapura masih sangat miskin. Orang tua saya punya 14 anak. Delapan perempuan dan enam anak laki-laki. Kami sangat miskin dan kami terus berjuang untuk hidup," ujar Paman Cheu.
"Melihat banyak sayuran yang dibuang, saya tak bisa terima. Alhasil saya bawa saja sayuran itu dan saya bagikan kepada warga untuk dimakan," tambahnya.
Salah seorang asisten rumah tangga Maricel Gatlabayan (42) mengatakan bahwa ia mencari Paman Cheu lewat jendela rumah majikannya. Sejauh ini ia kerap mengumpulkan kol, kangkung, wortel dan kentang dari pria tersebut.
Awalnya ia mencoba untuk membayar, namun Paman Cheu menolaknya.
"Saya mengaguminya, ia orang yang sangat baik," kata perempuan asal Filipina itu.
Penduduk setempat menggambarkan Paman Cheu sebagai sosok yang baik hati.
"Dia orang yang adil, meski hanya memiliki sedikit stok sayuran, tetap saja ia akan datang kemari dan membagikannya kepada warga," ujar seorang penjual ikan.
Saksikan juga video berikut ini: