Donald Trump Desak Jepang dan China untuk Tegas terhadap Korut

Presiden AS dan PM Jepang berkomitmen untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara. Trump juga mendesak China lakukan hal serupa.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Jul 2017, 16:15 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2017, 16:15 WIB
Presiden Trump dan PM Abe menggelar konferensi pers bersama pasca-uji coba rudal Korut
Presiden Trump dan PM Abe menggelar konferensi pers bersama pasca-uji coba rudal Korut (AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan akan bekerja sama dengan Korea Selatan untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara. Komitmen itu diutarakan langsung oleh Trump dan Abe melalui sambungan telepon, serta disebarluaskan oleh pejabat pemerintah kedua negara.

Pembicaraan bilateral itu ditujukan untuk meningkatkan kooperasi antara AS, Jepang, dan Korea Selatan jelang G-20 Summit yang akan diselenggarakan di Hamburg, Jerman, pada 7 - 8 Juli 2017. Demikian seperti yang disampaikan oleh Gedung Putih dan diwartakan oleh NBC, Senin (3/7/2017).

Trump - Abe menekankan bahwa masing-masing negara siap untuk "merespons dan melakukan pertahanan atas segala ancaman yang diinisiasi oleh Korea Utara". Pernyataan itu dijelaskan melalui sebuah pernyataan tertulis yang disampaikan oleh Wakil Sekretaris Kabinet Jepang, Koichi Hagiuda, dan diwartakan oleh media Kyodo.

Lewat sambungan telepon, PM Abe juga memuji langkah pemerintahan Presiden Trump untuk menjatuhkan sanksi kepada sebuah bank dan sejumlah individu asal China yang menjalin aktivitas finansial ilegal dengan Korea Utara.

Selain menghubungi PM Abe, Presiden Trump juga menelepon Presiden China Xi Jinping pada Minggu, 2 Juli 2017 malam waktu setempat, untuk mendiskusikan "ancaman yang berkembang dari program pengembangan rudal dan hulu ledak nuklir Korea Utara." Kemungkinan, Trump juga akan meminta China untuk menekan Korea Utara lewat aspek ekonomi.

Sambungan telepon itu juga hanya berjarak beberapa hari setelah Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada Bank of Dandong dari China yang dituduh Washington, DC sebagai "pipa penghubung" dengan firma bisnis Korut.

Tak hanya itu, pembicaraan bilateral antara Trump - Xi juga terjadi beberapa minggu setelah sang presiden ke-45 AS itu mengungkapkan rasa frustrasi-nya terhadap China, yang dianggap tidak melakukan upaya signifikan untuk mengatasi isu Korea Utara.

"Saya harap China dapat membantu kami untuk membuat Korea Utara lebih segan terhadap AS. Namun tampaknya, upaya mereka (China) tidak berhasil," ujar Presiden Trump lewat akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, pada Juni 2017.


AS Jatuhkan Sanksi Terhadap China

Washington DC sebelumnya menjatuhkan sanksi dan pemutusan hubungan terhadap sejumlah entitas asal China. Sanksi itu diberikan oleh Kementerian Keuangan AS terhadap Bank of Dandong, sebuah perusahaan, dan dua individu pegiat finansial asal China.

Penjatuhan sanksi yang dilakukan Departemen Keuangan AS itu juga menandai kali pertama bagi Negeri Paman Sam untuk menerapkan wewenangnya, yang dilandasi US Patriot Act 200, pada entitas perbankan China.

Depkeu AS mengklaim bahwa entitas asal China itu bertindak sebagai "pipa penghubung" untuk mendukung aktivitas finansial Korea Utara yang diduga ilegal dan melanggar hukum. Demikian seperti yang dikutip dari CNN, 30 Juni 2017.

Departemen yang dipimpin oleh Menteri Steven Mnuchin itu juga menilai sejumlah firma keuangan asal Korea Utara memanfaatkan "kedekatan" Bank Dandong dengan beberapa entitas bisnis asal AS guna memperoleh akses finansial alternatif dari Negeri Paman Sam. Bagi Washington, latar belakang itu cukup menjadi justifikasi pemerintah untuk menjatuhkan sanksi finansial.

"Firma atau entitas asal China (yang menjalin hubungan dengan Korut) juga tidak akan mendapatkan akses kepada lembaga finansial AS, baik secara 'langsung maupun tidak langsung'," ujar Mnuchin.

Akan tetapi, Depkeu AS berargumen bahwa sasaran sanksi yang sebenarnya bukan ditujukan kepada China, tetapi lebih kepada Korea Utara.

"Sanksi itu tidak ditujukan untuk China," jelas Menteri Mnuchin.

Pada kesempatan yang berbeda, penasihat keamanan nasional AS, H.R. McMaster, turut mengamini penjelasan Mnuchin.

"Sanksi itu bukanlah aksi untuk menekan China. Tindakan itu merupakan upaya kami untuk meminta China agar mampu lebih berkontribusi dalam masalah (Korea Utara) tersebut," kata McMaster.

Pakar politik juga memiliki penilaian serupa, bahwa sanksi Depkeu AS terhadap Bank Dandong merupakan upaya "penyampaian pesan" yang dilakukan Washington kepada Beijing agar dapat bertindak tegas terhadap Pyongyang.

"Pesan yang ingin disampaikan AS kepada China adalah, 'Hey, kami berusaha untuk menjalin kerja sama dengan kalian untuk masalah (Korea Utara) tersebut, tapi kalian harus melakukan upaya yang lebih maksimal," ucap Anthony Ruggiero, analis dari Foundation for Defense of Democracies.

 

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya