Siap Berdialog, Emir Qatar Serukan Negosiasi ke Negara Teluk

Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad bin Khlaifa Al Tsani mengecam segala kampanye kotor yang dapat mengancam ketahanan negaranya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Jul 2017, 15:13 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2017, 15:13 WIB
Emir Qatar
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani (AFP)

Liputan6.com, Doha - Untuk pertama kalinya sejak krisis Teluk dimulai, Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad bin Khlaifa Al Tsani memberi pernyataan kepada publik. Tamim mengatakan, diperlukan sebuah solusi atas masalah ini sehingga kedaulatan nasional negaranya dapat terus terjaga.

Dikutip dari laman BBC, Sabtu (22/7/2017), konflik Qatar dan negara di kawasan Teluk terjadi pada Juni 2017. Kala itu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Qatar dan menutup segala akses darat, laut dan udara.

Qatar dituding memberi dukungan pendanaan kepada kelompok teroris dan memiliki hubungan baik dengan Iran. Tuduhan tersebut dibantah keras oleh Doha.

Dalam pernyataannya, Syeikh Tamim menegaskan, ia tidak akan menerima segala bentuk ancaman yang diarahkan kepada negaranya.

"Saya mengecam segala kampanye kotor yang dapat mengancam ketahanan negara kami," ujar Emir Qatar.

"Seperti yang Anda tahu, kehidupan di Qatar telah berjalan normal," tambahnya.

Meski demikian, Syekh Tamim menegaskan, sudah saatnya bagi masyarakat dunia untuk memahami perbedaan politik antar negara.

"Kami terbuka untuk berdialog dalam upaya penyelesaian masalah yang luar biasa ini. Asal, kedaulatan Qatar harus tetap di hormati," tegas Syekh Tamim.

Penutupan akses darat, laut dan udara yang diberlakukan oleh empat negara Arab tersebut telah menghambat proses impor makanan yang diperlukan oleh kurang lebih 2,7 juta masyarakat Qatar.

Arab Saudi dan sekutunya telah mundur dari 13 tuntutan yang mereka ajukan pada bulan lalu. Salah satunya, tuntutan menutup kantor berita Al Jazeera dan menutup pangkalan militer Turki di negaranya.

Sebagai gantinya, pihak tersebut meminta Qatar menerima enam prinsip dalam memerangi ekstremisme dan terorisme, dan bersedia merundingkan langkah-langkah tertentu dalam melaksanakannya, langkah yang bisa melahirkan penyelesaian awal bagi krisis hubungan mereka.

Hingga kini, Qatar belum menanggapi langsung tuntutan baru tersebut.

Pada pidatonya, Emir Qatar juga berterima kasih kepada para mediator Kuwait yang telah berusaha menyelesaikan krisis tersebut.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya