Pangkalan Militer Venezuela Diserang Pemberontak, 2 Orang Tewas

Serangan dilakukan di pangkalan militer Valencia yang berjarak 150 kilometer sebelah barat Ibu Kota Caracas.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 07 Agu 2017, 07:50 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2017, 07:50 WIB
Protes Venezuela. (AFP)
Protes Venezuela. (AFP)

Liputan6.com, Caracas - Pemerintah Venezuela mengklaim baru saja meredam serangan yang dilakukan oleh kelompok paramiliter antipemerintah. Insiden tersebut menyebabkan dua orang tewas.

Serangan itu, dilakukan di pangkalan militer Valencia yang berjarak 150 kilometer sebelah barat Ibu Kota Caracas.

Menurut Menteri Pertahanan Vladimir Padrino, serangan dilancarkan kelompok pimpinan Kapten Juan Caguaripano. Pada hari yang sama, Caguaripano menyatakan pemberontakan terhadap pemerintah.

"Serangan dilakukan warga sipil berpakaian militer, serangan ini adalah ulah teroris yang terlihat seperti paramiliter," ucap Padrino seperti dikutip dari CNN, Senin (7/8/2017).

Serangan tersebut dikecam habis oleh Presiden Nicolas Maduro. Ia mengatakan, pemerintah terpaksa menggunakan senjata demi meredam serangan itu.

"Mereka menyerang dengan teroris dan kebencian. Kita menyerang dengan kerja dan cinta. Mereka menghancurkan kita yang membangun," ujar Maduro.

Maduro mengatakan, korban tewas berasal dari kelompok pemberontak. Serangan itu, dilancarkan oleh sepuluh orang.

"Dua orang tewas ditembak oleh mereka yang loyal terhadap negara ini. Ada 10 orang yang melakukan serangan, 9 warga sipil dan satu orang letnan yang jabatannya dicopot sebulan lalu," ucap Maduro.

Menteri Komunikasi Venezeual Ernesto Villegas mengatakan, tujuh orang pemberontak yang selamat sudah ditangkap.

Pada sebuah video dirilis kelompok Caguaripano, ia menyebut siap melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Maduro.

Video ini dirilis dari Negara Bagian Carabobo. Di area itu, tepatnya kota Valencia terdapat sebuah pangkalan militer.

"Kami meminta untuk segera dibuat pemerintahan transisi," ucap Caguaripano seperti dikutip dari Al-Jazeera, Kamis (7/8/2017).

"Ini bukan kudeta. Tapi ini adalah aksi kewarganegaraan dan militer yang ingin menegakkan kembali konstitusi, tapi lebih dari itu, ini aksi untuk menyelamatkan negara dari kehancuran total," sambung dia.

Simak video berikut

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya