Liputan6.com, Jakarta - Human trafficking atau perdagangan manusia di kawasan ASEAN perkembangan semakin memprihatinkan. Untuk melancarkan tindak kejahatan tersebut para perlaku kejahatan kini menggunakan jalur tikus.
Sebelumnya, penyelundupan manusia oleh sindikat perdagangan manusia melalui jalur formal seperti kunjungan wisata.
Baca Juga
Daftar Pemain Abroad yang Dipanggil untuk Timnas Indonesia di ASEAN Mitsubishi Electric Cup 2024, Idola Para Pencinta Bola Tanah Air
ASEAN Youth Fellowship 2024, Pemimpin Muda Bersatu untuk Masa Depan ASEAN yang Terhubung
Presiden Prabowo Saksikan Serah Terima Kepemimpinan Kaukus ASEAN-ABAC dari Indonesia ke Malaysia
"Para pelaku sudah semakin pintar dengan memanfaatkan lemahnya pengawasan aparat di daerah perbatasan," ujar Dina Wisnu wakil Indonesia untuk Komisi Antar Pemerintah Asean tentang Hak Asasi Manusia atau ASEAN Intergovermental Commision on Human Right (AICHR) di Yogyakarta, Selasa (29/8/2017).
Advertisement
Ia menuturkan, dari segi jumlah korban perdagangan manusia, Indonesia menempati urutan pertama di ASEAN karena jumlah penduduknya di atas 250 juta jiwa, disusul Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Meskipun demikian, dari sisi penindakan kasus, Indonesia lebih baik ketimbang negara lainnya di ASEAN.
Dina menjelaskan, di Indonesia, korban perdagangan manusia didominasi dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, dan Yogyakarta.
"Biasanya korban terpengaruh rayuan gaji tinggi dan pekerjaan layak, tetapi setelah tiba di negara tujuan justru dipaksa jadi pekerja seks," ucapnya.
Ia menambahkan pertemuan yang dihadiri perwakilan dari negara Asean ini bisa menghasilkan padangan yang sama untuk mengatasi persoalan perdagangan manusia, terlebih saat ini penegakan hukum terkait itu masih lemah.
Penulis: Switzy Sabandar