Korsel: Korut Persiapkan Lebih Banyak Uji Coba Rudal

Kementerian Pertahanan Korsel menangkap indikasi bahwa Korut tengah mempersiapkan lebih banyak uji coba rudal.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Sep 2017, 18:43 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2017, 18:43 WIB
Kim Jong-un Tinjau Pembuatan Bom Hidrogen
Pemimpin Korut, Kim Jong-un berbincang dengan para peneliti mengenai program senjata nuklir saat meninjau pembuatan bom hidrogen yang dapat dimasukkan ke dalam rudal balistik antarbenua pada 3 September 2017. (KRT via AP Video)

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan mengatakan ada indikasi bahwa Korea Utara tengah mempersiapkan lebih banyak uji coba rudal. Diduga, yang berikutnya adalah sebuah uji coba rudal balistik antarbenua.

Seperti dilansir BBC pada Senin (4/8/2017), Chang Kyung-soo, seorang pejabat di Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan di hadapan parlemen, "Kami melihat tanda-tanda persiapan peluncuran rudal balistik yang lebih banyak. Kami juga memprediksi Korea Utara dapat menembakkan sebuah rudal balistik antarbenua."

Pihak Kementerian Pertahanan Korsel pun menyampaikan bahwa Amerika Serikat akan menempatkan sebuah kapal induk bertenaga nuklir di Semenanjung Korea. Sementara, kekuatan sistem pertahanan rudal buatan AS, THAAD, yang berada di Seongju, sebelah selatan Seoul juga akan ditingkatkan.

Selain itu, Korsel juga akan meluncurkan lebih banyak rudal dalam bulan ini, termasuk jenis Taurus, sebuah rudal jelajah udara ke darat yang dipasang pada jet F-15.

Merespons uji coba nuklir Korut, Korsel sendiri telah melakukan latihan militer yang menyimulasikan penargetan situs nuklir Punggye-ri di Kilju. Di sanalah Korut melakukan uji coba nuklir berupa bom hidrogen.

"Latihan tersebut menunjukkan tekad militer Korsel untuk menghancurkan tidak hanya asal-usul provokasi, tapi juga kepemimpinan musuh dan pasukan pendukung jika mereka mengancam keamanan rakyat kita," ungkap Juru Bicara Militer Roh Jae-cheon, seperti dilansir kantor berita Yonhap.

Yonhap juga melaporkan bahwa Korsel dan AS telah sepakat "secara prinsip" untuk merevisi pedoman saat ini sehingga Seoul dapat melipatgandakan muatan maksimum rudal balistiknya.

AS sejauh ini telah mengeluarkan peringatan bahwa ancaman terhadap dirinya atau sekutunya akan dibalas dengan respons militer yang masif.

Uji Coba Bom Hidrogen 4 September 2017

Pada Minggu, 4 September, kabar dari Korea Utara diawali dengan pemimpin negara itu, Kim Jong-un, meninjau pengembangan bom hidrogen di sebuah tempat yang tidak diketahui. Pyongyang mengklaim bahwa senjata yang disebut juga bom-h itu bisa dimuat pada rudal balistik antarbenua (ICBM).

Selang beberapa jam, ahli seismologi mendeteksi gempa terjadi di Korut, tepatnya di wilayah yang dipakai untuk mengadakan uji coba nuklir sebelumnya. Survei geologi AS menyebut lindu berkekuatan 6,3 skala Richter. Jepang dan Korea Selatan menyimpulkan bahwa gempa tersebut dipicu oleh uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korut.

Tak lama, Korut pun mengonfirmasi bahwa pihaknya baru saja melakukan uji coba bom hidrogen dan tes tersebut diklaim sukses dengan sempurna. Pengakuan ini sekaligus mencatat bahwa negara itu telah enam kali melakukan uji coba nuklir. Dan teranyar disebut paling kuat.

Uji coba nuklir terbaru Korut memancing amarah Presiden Donald Trump. Ia menyebutnya sebagai tindakan "bermusuhan" dan "berbahaya". Selain itu, Trump menjuluki Korut sebagai negara nakal.

Trump menambahkan bahwa AS mempertimbangkan untuk menghentikan semua perdagangan dengan negara manapun yang menjalin hubungan bisnis dengan Korut. Sejauh ini, 90 persen perdagangan luar negeri Korut mengandalkan China.

Presiden Korsel Moon Jae-in menyebut uji coba tersebut sebagai "kesalahan strategis yang tidak masuk akal". Ia mendesak sebuah respons "sekuat mungkin" termasuk sanksi dari DK PBB yang akan benar-benar mengisolasi negara tersebut.

Sementara itu, di lain sisi, baik China maupun Rusia mengatakan, solusi atas krisis di Semenanjung Korea hanyalah dialog.

Estimasi daya bom hidrogen yang diuji Korut diperkirakan 50 kiloton hingga 120 kiloton atau tiga kali lebih besar dibanding bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 1945.

Pyongyang telah berulang kali menolak sanksi PBB dan tekanan internasional dengan tetap mengembangkan senjata nuklir dan uji coba rudal.

 

Saksikan video berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya