Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyuarakan kritiknya terhadap dunia olahraga Negeri Paman Sam, terkhusus mereka yang terlibat dalam liga NFL (National Football League).
Sang presiden menilai, sejumlah atlet beserta pemilik klub cabang olahraga American Football itu melakukan penghinaan, karena menolak untuk memberikan penghormatan pada bendera dan lagu kebangsaan AS.
"Mereka (para atlet) merusak semangat permainan," kata Trump mengomentari para pemain NFL, dalam sebuah pidato politik di Alabama pada 22 September lalu. Demikian seperti dikutip dari CBS News, Senin (25/9/2017).
Advertisement
"(Aksi tak memberikan penghormatan) merupakan bentuk peghinaan total terhadap sejarah bangsa. Sebuah penghinaan terhadap apa yang kita perjuangkan," lanjutnya.
Baca Juga
Trump juga mengomentari isu itu dengan kalimat yang cukup kasar.
"Bukankah kalian senang jika pemilik klub yang melihat pemainnya melakukan aksi seperti itu mengatakan, 'Keluarkan si anak jalang itu dari lapangan! Dia dipecat'," ujarnya.
"Dan kalian tahu apa yang merusak semangat permainan (NFL)? Yakni ketika kalian menghidupkan televisi dan melihat mereka (para atlet) justru berlutut ketika lagu kebangsaan diputar," tambah Presiden ke-45 AS itu.
Memutar lagu dan pengibaran bendera kebangsaan pada awal setiap pertandingan merupakan sebuah tradisi dalam dunia olahraga AS, termasuk NFL. Dan pada setiap prosesi itu, setiap orang di stadion diwajibkan berdiri dan memberikan penghormatan (dengan mendekap salah satu telapak tangan ke dada atau hormat ala militer), sesuai kode etik pengibaran bendera AS (United States Flag Code).
Demi Memprotes Sentimen Rasisme di AS
Sejak 2016 hingga kini, sejumlah atlet NFL menolak untuk melakukan penghormatan. Penolakan itu berawal dari aksi Colin Kaepernick, pemain NFL beretnis Afrika-Amerika dari klub San Fransisco 49ers yang memilih duduk saat prosesi tradisi itu berlangsung.
Kaepernick punya alasan tersendiri atas aksinya itu, ia mengatakan, "Saya tidak akan berdiri dan memberikan penghormatan kepada bendera sebuah negara yang mengopresi kaum Afrika-Amerika dan kulit berwarna."
Ia melanjutkan, "(Semua itu) Lebih besar dari olahraga ini, dan sungguh egois jika saya tetap melakukannya. Banyak jasad bergeletakan di jalan, dan para pelaku justru dibiarkan bebas begitu saja."
Soal komentar itu, Kaepernick memprotes tentang sejumlah kasus penembakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh polisi (yang berkulit putih) terhadap individu Afrika-Amerika, serta berbagai isu sentimen rasisme lain yang terjadi di AS.
"Saya akan memberikan penghormatan kepada bendera hingga (bendera negara dan AS) mampu merepresentasikan apa yang seharusnya direpresentasikan (tentang keadilan sosial)," tambah Kaepernick.
Sejak aksi itu, Kaeperninck yang kontraknya tidak diperpanjang oleh 49ers, tak lagi menginjakkan kaki di rumput hijau. Pengamat menduga, ia menjadi persona nongrata di NFL, akibat melakukan tindakan protes tersebut.
Namun, tak disangka, aksi dan motivasi Kaepernick justru menjalar ke sejumlah atlet dan pemilik klub NFL, juga cabang olahraga lain. Tindakan itu terjadi secara konsisten dan sporadis pada sejumlah pertandingan (terutama NFL), mulai dari penghujung 2016 hingga September 2017.
Persebaran kelompok Afrika-Amerika yang dominan di NFL turut menjadi pemicu rangkaian aksi itu dilakukan secara konsisten-sporadis. Tak menutup pula sejumlah pemain kulit putih yang melakukan aksi serupa. Mereka semua didorong oleh motivasi "sama rasa", memprotes sentimen rasisme yang tengah marak terjadi di Negeri Paman Sam.
Teranyar, pada 24 September, sejumlah pemain NFL di beberapa pertandingan melakukan aksi protes. Ketika "Star Spangled Banner" dikumandangkan, bukannya berdiri sambil memberikan salut, para atlet American Football itu justru mengepalkan tangan ke udara, berlutut, merangkul tangan satu sama lain, atau mendekam di dalam ruang ganti.
Pada pertandingan Baltimore Ravens vs Jacskonville Jaguars misalnya, sekitar dua lusin pemain dari kedua tim beserta pemilik klub Jaguars berlutut atau merangkul tangan ke sesama pemain di tepi lapangan saat lagu kebangsaan dikumandangkan.
Sementara itu, Virgil Green dari Denver Broncos mengepalkan tangan ke udara saat lagu kebangsaan diputar. Para anggota tim di sebelahnya tetap memberi salut normal.
Pada pertandingan Pittsburgh Steelers versus Chicago Bears, hanya Alejandro Villanueva --pensiunan AD AS-- seorang yang berdiri di sudut lapangan sambil mendekap telapak tangan. Seluruh rekan setimnya justru mendekam di ruang ganti.
Aksi serupa turut terjadi pada pertandingan Atlanta Falcons vs Detroit Lions, Cleveland Browns vs Indianapolis Colts, dan Tampa Bay Buccaneers vs Minnesota Vikings.
Begitu pula pada pertandingan Houston Texans vs New England Patriots, Miami Dolphins vs New York Jets, New York Giants vs Philadelphia Eagles, New Orleans Saints vs Carolina Panthers, Cincinnati Bengals vs Green Bay Packers, Kansas City Chiefs vs Los Angeles Chargers, dan Oakland Raiders vs Washington Redskins.
Pihak manajemen klub pun turut merilis sejumlah pernyataan yang mendukung aksi para pemain sebagai sebuah bentuk "kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat".
"Kami mendukung sepenuhnya pemain kami yang menggunakan hak kebebasan berpendapat dalam sebuah aksi damai terkait isu rasisme yang tengah terjadi di negara kami. Meski melakukan aksi itu, para pemain tetap menghargai jasa para pahlawan. Hanya saja, mereka yakin, tindakan mereka merupakan salah satu cara untuk mengangkat isu itu (sentimen rasisme) ke permukaan," jelas rilis dari Presiden Klub Seattle Seahawks.
Namun, tak semua tim dan pemain yang berpartisipasi pada aksi itu didorong atas motif politik. Seperti yang diutarakan oleh pelatih Pittsburgh Steelers, Mike Tomlin misalnya.
"Mereka tidak diwajibkan untuk memilih satu sisi. Jika ia ingin berpartisipasi pada lagu kebangsaan, jangan paksa dia untuk memilih satu sisi. Begitu juga sebaliknya," katanya.
"Namun, demi menjaga keutuhan tim agar tidak terpecah-belah, kami memutuskan untuk tetap di dalam ruang ganti dan tidak mengikuti sesi pemutaran lagu kebangsaan," tambahnya.
Advertisement