Pulang dari Korut, Tubuh Otto Warmbier Tak Ada Tanda Penyiksaan?

Dokter yang memeriksa tubuh Otto Warmbier sepulang dari Korea Utara kaget dengan pernyataan orangtua yang mengatakan putranya disiksa sadis.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 28 Sep 2017, 12:02 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2017, 12:02 WIB
Otto Warmbier
Otto Warmbier, mahasiswa Amerika yang menghabiskan 17 bulan di tahanan Korea Utara (AP Photo/Jon Chol Jin)

Liputan6.com, Ohio - Seorang koroner yang memeriksa tubuh Otto Warmbier terkejut setelah mendengar pernyataan orangtua mahasiswa AS itu.

Otto sempat ditahan otoritas Korea Utara sebelum akhirnya dipulangkan dalam kondisi koma. Ia meninggal beberapa hari setelah tiba di AS.

Menurut koroner, pernyataan orangtua Otto, Fred dan Cindy Warmbier bertolak belakang dengan hasil pemeriksaannya.

Dalam acara di TV Fox, Fred dan Cindy Warmbier mengatakan bahwa putra mereka disiksa dengan sadis selama ia ditahan karena mencuri pamflet di sebuah hotel di Pyongyang saat liburan ke Korut tahun 2016.

Menurut kedua orangtua Otto, anak laki-laki mereka yang berusia 22 tahun itu disiksa oleh rezim Korea Utara secara sistematis.

Namun, Ohio County Coroner mengaku, pernyataan orangtua Otto sangat kontradiksi dengan hasil temuannya. Dokter Lakshmi Sammarco mengatakan, tak ada tanda-tanda bahwa pemuda itu telah disiksa selama berada dalam tahanan Korut.

"Otto kemungkinan meninggal karena kekurangan oksigen di otaknya. Kami tak tahu apa yang terjadi dengannya... dan itulah kesimpulan kami," kata dokter Sammarco dalam konferensi pers sesudah pernyataan orangtua Otto di TV. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Kamis (28/9/2017).

Pulang dari Korut, Tubuh Otto Warmbier Tak Terlihat Tanda Trauma? (AFP)

Fred dan Cindy juga mengatakan, saat pertama kali Otto tiba di AS, anaknya kerap kejang-kejang dan meraung. Kaki dan tangannya juga berubah bentuk, ada luka panjang di betis.

"Mulutnya seperti telah dimasukkan benda panjang yang keras, mungkin tang, sehingga membuat gigi bawahnya tak beraturan. Anak kami disiksa oleh Korea Utara dengan sadis," lanjut Fred. "Ia juga buta, tuli dan tak merespons panggilan kami hingga akhirnya Otto menyerah dan tutup usia."

Namun, pernyataan suami istri Warmbier itu disangkal oleh dokter Sammarco.

Dokter perempuan itu adalah orang pertama yang melakukan pemeriksaan eksternal dan scan tubuh Otto setelah pemuda itu tiba di Amerika Serikat.

Ketika pemuda malang itu meninggal dunia, sang dokter menyarankan agar mahasiwa University of Virginia itu diautopsi. Namun, kedua orangtuanya menolak.

"Jadi, saya sangat terkejut mendengar pernyataan pasangan suami istri Warmbier," tukas dr Sammarco.

"Karena saya sangat yakin bahwa tak ada bukti trauma...baik itu di gigi maupun lainnya," kata dokter Sammarco. "Memang ada luka kecil di tubuhnya, termasuk di kaki. Lalu, salah satu luka yang tak bisa dijelaskan," tambahnya lagi.

Dokter Sammarco mengatakan, tubuh dan kulit Otto Warmbier dalam kondisi baik bagi sesorang yang telah terbujur di tempat tidur selama lebih dari satu tahun di Korea Utara.

Kejang otot, pergerakan mata, dan suara meraung semua bisa terjadi akibat kekurangan oksigen.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya