Hari Ini Para Perempuan Diminta Melepas Bra, Alasannya?

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mengajak kaum wanita untuk melakukan pemeriksaan sendiri.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 13 Okt 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2017, 13:00 WIB
20160209-Ilustrasi-Ukuran-Bra-iStockphoto
Ilustrasi bra (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Walaupun dipandang kontroversial oleh berbagai pihak, tanggal 13 Oktober dijadikan suatu hari yang mengajak kaum wanita untuk tidak memakai bra.

Di beberapa bagian dunia, gaung No Bra Day menjadi semakin populer. Tapi mengapa harus ada hari khusus untuk tidak memakai bra?

Dikutip dari The Sun pada Jumat (13/10/2017), No Bra Day jatuh pada tanggal 13 Oktober, tepat di tengah-tengah Bulan Kesadaran Kanker Payudara (Breast Cancer Awareness Month).

Gerakan untuk melakukan hal tersebut dimulai pada 2011 dan terutama menyebar lewat media sosial dan penggunaan tagar #nobraday.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mengajak kaum wanita untuk melakukan pemeriksaan sendiri, serta memastikan mereka mengenali ciri-ciri kanker payudara.

Kaum wanita dianjurkan untuk melakukan mammogram pada 13 Oktober. Prosedur itu membantu mendeteksi kanker payudara hingga 2 tahun sebelum kanker itu terasa oleh pasien atau dokter.

Perayaan No Bra Day bisa dilacak balik ke Toronto, Kanada, dan seorang dokter bedah plastik bernama Dr. Mitchell Brown.

Tujuan BRA (Breast Reconstruction Awareness) Day versi awal adalah untuk mendidik kaum wanita tentang pilihan jenis rekonstruksi ketika menjalani mastektomi.

Pada 2014, BDA Day telah dirayakan di 30 negara seluruh dunia.

Melalui kegiatan-kegiatan BDA Day, orang-orang yang terdampak oleh kanker payudara dapat menghadiri acara tanya-jawab dengan para ahli bedah dan mendengar kisah inspirasi dari para penyintas kanker tersebut.

Tentu saja kaum pria dan kaum wanita yang sungkan melepas bra pada tanggal 13 Oktober juga diajak ikut serta, misalnya dengan mengenakan pakaian nuansa ungu.

Kanker Paling Lazim pada Kaum Wanita

Seorang pasien memeriksa payudaranya dengan mammogram di pusat regional kanker di institut Paoli-Calmette, (9/10). Mammogram adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X dosis rendah. (AFP Photo/Anne Christine Poujoulat)

Bulan Oktober adalah Bulan Kewaspadaan Kanker Payudara (Breast Cancer Awareness Month). Kampanye kesadaran itu bertujuan meningkatkan perhatian dan dukungan terhadap kewaspadaan, deteksi dini, pengobatan, dan perawatan penyakit tersebut.

Menurut penjelasan Organisasi Kesehatan PBB (WHO), setiap tahun ada sekitar 1,38 juta kasus baru dan 458 ribu kematian karena kanker payudara.

Sejauh ini, kanker payudara adalah kanker paling lazim dialami kaum wanita, baik di negara berkembang maupun negara maju -- kanker payudara juga dialami oleh laki-laki.

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kasus kanker meningkat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan peningkatan angka harapan hidup, pertambahan urbanisasi, dan adopsi gaya hidup kebarat-baratan.

Namun hingga saat ini belum ada pengetahuan yang cukup tentang penyebab kanker payudara. Oleh karena itu, deteksi dini menjadi pilar utama pengendalian penyakit tersebut.

Ketika kanker payudara dideteksi secara dini dan ada diagnosis serta pengobatan yang cukup, kemungkinan besar kanker payudara bisa disembuhkan.

Tapi, jika deteksinya terlambat, penanganan kuratif bukan lagi menjadi pilihan. Dalam keadaan demikian, diperlukan perawatan paliatif -- mengarah ke psikologis -- untuk mengurangi rasa sakit pasien dan dampak kepada keluarganya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya