Teori Konspirasi: Nibiru Akan Picu Gempa dan 'Kiamat' 19 November

Sejumlah pencetus teroi konspirasi mengaku bahwa planet Nibiru nan misterius akan muncul dan menghancurkan Bumi pada 19 November 2017.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Okt 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2017, 19:48 WIB
Ilustrasi Nibiru
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, New York - Sejumlah pencetus teori konspirasi mengaku bahwa planet Nibiru nan misterius akan muncul dan menghancurkan Bumi dalam beberapa minggu ke depan.

Menurut mereka, Nibiru akan memicu gempa yang menghancurkan pada 19 November sehingga memusnahkan seluruh kehidupan di Planet Biru ini.

Nibiru adalah sebuah planet yang belum dikonfirmasi keberadaannya. Namun sejumlah orang meyakini bahwa planet tersebut berada di ujung tata surya dan mengorbit Matahari setiap 3.600 tahun sekali.

Beberapa teori konspirasi menyebut bahwa pengaruh gravitasi Nibiru pernah mengacaukan orbit planet lain pada ratusan tahun lalu. Mereka mengklaim bahwa hal itu dapat terjadi kapan pun.

Mereka menyebut, Nibiru bisa saja bertabrakan dengan Bumi atau memicu perubahan iklim luar biasa yang berdampak mengerikan.

Dikutip dari Daily Mail, Sabtu (28/10/2017), ramalan terbaru soal Nibiru penyebab kiamat, disebar oleh Planetxnews.com. Mereka menyebut bahwa meningkatnya gempa bumi dan erupsi gunung berapi disebabkan oleh gravitasi Nibiru, karena planet itu kian mendekat.

"Aktivitas seismik mencapai puncaknya pada minggu kedua November hingga Desember 2017," klaim salah satu penulis website tersebut, Terral Croft.

"Prediski gempa akibat penyelarasan Bumi melewati Matahari terhadap Bintang Hitam (Nibiru) dijadwalkan terjadi pada 19 November 2017," ujar Croft kepada Express.

Sebelumnya, ramalan kiamat terkait Nibiru sempat viral. Seorang ahli numerologi, David Meade, sempat membuat sebagian penduduk Bumi ketar-ketir akibat ramalan kiamat 23 September 2017 yang ia gembar-gemborkan. Namun, ramalan itu terbukti gagal total.

Meski demikian, Meade bersikeras, tanggal itu hanyalah permulaan kehancuran Bumi. Ia mengatakan, 15 Oktober adalah awal kehancuran Bumi yang berlangsung selama tujuh tahun berturut-turut, mulai dari tsunami, banyak gempa dan badai.

Meade percaya bahwa seluruh peristiwa alam itu dipicu oleh Planet Nibiru yang misterius. Planet itu konon akan melewati Bumi dan memicu sejumlah bencana alam termasuk erupsi gunung berapi.

 

Bantahan NASA Soal Nibiru

Bantahan NASA Soal Nibiru

Prediksi Meade soal kiamat akibat Nibiru sempat membuat sejumlah orang khawatir. Namun, NASA tak tinggal diam. Badan Antariksa Amerika Serikat itu mementahkan ramalan Meade.

"Tak ada bukti sahih tentang keberadaan Nibiru. Tak ada foto, tak ada jejak, tak ada penglihatan astronomi," kata Morrison dalam video yang diunggah NASA, seperti dikutip dari Express.co.uk.

Menurut peneliti senior di Solar System Exploration Research Virtual Institute (SSERVI) NASA itu, jika memang ada planet menghampiri tata surya dalam dan mendekati Bumi, tentunya planet itu sudah berada di orbit Mars.

"Itu tentu akan cerah, dan kita di Bumi bisa melihat dengan mata telanjang," lanjut Morrison.

"Yang gilanya lagi, orang-orang itu katanya telah melihatnya, tapi tidak pernah memberi tahu kami untuk bisa kami verifikasi," ujar doktor lulusan Harvard University itu.

Morrison juga mengatakan, Nibiru adalah planet dengan massa yang besar, jelas akan mengganggu orbit Mars dan Bumi.

"Kami akan melihat perubahan pada orbit tersebut karena benda nakal ini masuk ke tata surya bagian dalam. Tapi, tidak ada perubahan apa pun," lanjutnya.

"Ketiga, jika objek ini datang melalui tata surya di masa lalu, gravitasinya akan mengacaukan orbit planet dalam - Bumi, Venus, Mars, mungkin akan menghancurkan Bulan sepenuhnya," jelas Morrison.

Morisson menegaskan, hingga saat ini sistem tata surya dalam masih baik-baik saja, dan Bulan masih berputar mengelilingi Bumi.

"Dengan hidup kita yang stabil ini membuktikan tak ada planet lain datang ...setidaknya dalam satu juta tahun mendatang," tegas Morrison.

"Jadi, tolonglah hentikan omong kosong ini. Nibiru tidak nyata, Planet X tidak ada. Kita tak perlu khawatir soal hoax ini," tutup Morrison.

Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya