Liputan6.com, Da Nang - Donald Trump merespons dengan sarkastis retorika Korea Utara yang menyebutnya sebagai "perusak" yang "memohon pecahnya perang nuklir". Dalam sebuah pernyataan yang menyerang Trump, Korut juga menyebut Presiden Amerika Serikat itu "dotard" atau kurang lebih diartikan orang tua yang sudah pikun.
"Mengapa Kim Jong-un menghina saya dengan menyebut saya 'tua', sementara saya tidak pernah memanggilnya 'gendut' dan 'pendek'? Oh baiklah, saya terlalu berusaha jadi temannya -- dan mungkin suatu hari itu bisa kesampaian!" twit Trump pada 12 November saat ia berada di Da Nang, Vietnam, untuk menghadiri KTT APEC.
Baca Juga
Ini bukan kali pertama Korut mengejek Trump dengan sebutan "dotard".
Advertisement
Ketika ditanya wartawan tentang kemungkinannya berteman dengan pemimpin Korea Utara itu, Trump menyebut bahwa hal itu mungkin terjadi.
"Hal-hal aneh terjadi dalam kehidupan. Itu mungkin salah satu hal aneh yang akan terjadi. Tapi, tentu saja itu adalah sebuah kemungkinan," ungkap Trump dalam sebuah konferensi pers di Vietnam seperti dikutip dari CNN, Senin (13/11/2017).
Ia menambahkan, "Jika terjadi, itu akan menjadi hal yang bagus bagi Korut. Juga bagus bagi banyak tempat, dan pada akhirnya bagus bagi dunia."
Selama lawatannya ke Asia, yakni ke Jepang, Korea Selatan dan China, isu terkait krisis nuklir Korut menjadi fokus utama.
"Senjata yang Anda (Korut) dapatkan, tidak membuat Anda lebih aman. Mereka menempatkan rezim Anda dalam bahaya besar," ujar Trump saat berpidato di Majelis Nasional Korsel. Ia melanjutkan, "Setiap langkah yang Anda ambil dalam jalan kegelapan akan meningkatkan bahaya yang Anda hadapi."
Selain itu, ayah lima anak tersebut juga meminta seluruh negara untuk berhenti berbisnis dengan Korut.
"Bersama-sama kita memiliki kekuatan untuk akhirnya membebaskan kawasan ini dan dunia dari ancaman nuklir yang sangat serius, tapi itu akan memerlukan tindakan kolektif, kekuatan kolektif dan kesetiaan kolektif untuk memenangkan perdamaian," tegas Trump.
Sementara itu, di lain sisi, Korut menilai bahwa kunjungan Trump ke Asia tak lain hanya sebuah perjalanan bisnis untuk memperkaya monopoli industri pertahanan AS.
"Trump, selama kunjungannya, menyatakan bahwa sejatinya ia adalah perusak perdamaian dan stabilitas dunia serta mengharapkan pecahnya perang nuklir di Semenanjung Korea," sebut Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan.
Perang kata-kata antara Trump dan Korut meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah Pyongyang mengancam akan meluncurkan rudal ke wilayah AS di Guam.
Saat berkunjung ke Korsel, Trump dijadwalkan mengunjungi zona demiliterisasi yang membelah dua Korea di mana pasukan militer Korsel dan Korut berhadapan langsung. Namun sayang, kunjungan tersebut terpaksa dibatalkan karena kendala cuaca.
AS pada Sabtu, 11 November telah memulai latihan militer gabungan bersama Korsel di Pasifik Barat. Latihan ini melibatkan tiga kapal induk, yakni USS Ronald Reagan, USS Nimitz, dan USS Theodore Roosevelt.
Latihan gabungan AS dan Korsel bertujuan meningkatkan kemampuan operasi gabungan dan serangan udara.
"Selain itu, latihan akan memperlihatkan kemauan dan kesiapan militer yang kuat untuk mengalahkan setiap provokasi Korea Utara dengan kekuatan yang dominan pada saat terjadi krisis," kata militer Korsel dalam pernyataannya.
Trump, terus melontarkan retorika keras terhadap Korut. Pada Minggu, ia mengatakan bahwa dunia telah terprovokasi oleh negara itu.
"Kami ingin kemajuan, bukan provokasi. Kita telah terprovokasi. Dunia telah terprovokasi," kata Trump. Ia menambahkan, dunia butuh perdamaian bukan perang.