Liputan6.com, Manila - Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah melakukan pertemuan trilateral guna membahas isu terorisme dan ekstremisme yang sedang hangat di kawasan tiga negara. Pertemuan itu dilakukan jelang KTT ASEAN 2017 di Manila pada 12 November 2017.
Berbagai sub-isu terorisme dan ekstremisme turut dibahas oleh menteri luar negeri ketiga negara. Salah satunya, krisis di Marawi dan upaya pemulihan kota tersebut usai dilanda krisis terorisme.
"Keberhasilan Filipina dalam membebaskan Kota Marawi penting bagi kawasan dan mengirimkan pesan tentang kekuatan kita dalam melawan terorisme dan ekstremisme melalui kerja sama," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuan trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina di Manila seperti dikutip dari rilis Kemlu RI, Senin (13/11/2017).
Advertisement
Menlu Retno juga menekankan bahwa pembebasan Marawi bukan tujuan akhir. Namun, ini adalah awal dari tugas yang lebih besar lagi, yakni mewujudkan pembangunan dan perdamaian berkelanjutan di Marawi dan di kawasan.
"Untuk itu, Indonesia akan terus mendukung Filipina dalam melakukan proses rekonstruksi dan rehabilitasi di Marawi. Proses itu adalah tugas yang sangat berat. Namun dengan dukungan dan kerja sama, termasuk melalui kerja sama trilateral, tugas ini akan bisa diselesaikan," papar Retno.
Tugas lain yang harus dilakukan adalah mengembalikan masyarakat pengungsi untuk kembali ke Marawi, pemulihan infrastruktur, reintegrasi, penyelesaian akar permasalahannya, serta penguatan kerja sama guna mencegah terulangnya kembali tragedi seperti yang terjadi di Marawi.
Terkait tugas itu, Indonesia siap membantu Filipina untuk mendukung seluruh proses pemulihan di Marawi.
"Indonesia menunggu pemerintah Filipina untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan bagi upaya rekonstruksi dan rehabilitasi," kata Menlu RI.
Selain rekonstruksi dan pembangunan infrastruktur, salah satu fokus dukungan Indonesia terkait dengan sektor pendidikan dan deradikalisasi. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah Filipina untuk mengembangkan toleransi melalui pendidikan.
"Indonesia siap berbagi pengalaman dengan Filipina dalam proses deradikalisasi dan reintegrasi di Marawi," tegas Menlu Retno.
Guna meningkatkan keandalan dan profesionalisme aparat keamanan dan penegak hukum, Menlu RI juga menyampaikan kesiapan Jakarta Centre for Law Enfocement Cooperation (JCLEC) untuk memberikan pelatihan bagi para penegak hukum dan aparat keamanan, dengan kurikulum yang didesain sesuai kebutuhan (tailor-made).
Secara khusus, Menlu Filipina menyampaikan apresiasi tinggi atas dukungan serta bantuan Indonesia dan Malaysia dalam pembebasan Kota Marawi.
Pertemuan trilateral di Manila itu merupakan tindak lanjut dari Pertemuan Trilateral sebelumnya pada Juni lalu. Kerja sama antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina ini dibentuk untuk meningkatkan efektivitas penanganan kejahatan terorganisasi lintas negara, terutama terorisme, khususnya di Laut Sulu dan Sulawesi.