Israel Ancam Akan Bertindak Sendiri Menghadapi Iran

PM Netanyahu menuding Iran tengah berupaya menempatkan militernya secara permanen di Suriah demi menghancurkan negaranya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Nov 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2017, 07:21 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu
PM Israel Benjamin Netanyahu (Abir Sultan/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel akan berhenti diam atas Iran. Hal tersebut ditegaskan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Netanyahu menuding, Teheran merencanakan penghancuran Israel dari Suriah. Iran diketahui mendukung rezim Suriah pimpinan Bashar al-Assad.

"Iran sedang merencanakan untuk memperkuat dirinya secara militer di Suriah," ujar Netanyahu melalui sebuah pesan video di hadapan Federasi Yahudi Amerika Utara seperti dikutip dari Russia Today pada Jumat (17/11/2017).

Pemimpin Israel tersebut mengklaim bahwa Iran ingin menempatkan tentaranya di Suriah secara permanen dengan maksud memanfaatkan Suriah sebagai basis untuk menghancurkan negaranya.

Netanyahu yang pernah menyebut kesepakatan nuklir Iran 2015 sebagai "kesalahan bersejarah" dan ancaman terhadap kelangsungan hidup Israel, kembali mengecam dokumen yang banyak mendapat pujian tersebut. Ia berpandangan bahwa kesepakatan nuklir tersebut memungkinkan Negeri Para Mullah untuk memproduksi ratusan senjata nuklir setelah sekitar satu dekade.

Pria berusia 68 tahun tersebut mendesak upaya bersama masyarakat internasional untuk mengekang Iran. Ia nyatakan, jika sekutu Israel tidak mendukung hal tersebut, maka pihaknya tidak ragu untuk bertindak seorang diri.

"Jika kita berdiri bersama kita bisa mencapainya. Tapi jika diharuskan, maka kita akan berdiri sendiri. Iran tidak bisa mewujudkan senjata nuklir. Mereka tidak dapat mengubah Suriah menjadi basis militer melawan Israel," terang Netanyahu.

Netanyahu adalah satu dari sedikit kepala negara yang menganggap buruk kesepakatan nuklir Iran. Selain dia, terdapat Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Dalam beberapa kesempatan, Trump menyebut perjanjian tersebut merupakan yang terburuk yang pernah ada dan pada Oktober lalu ia menolak untuk meratifikasi kepatuhan Iran atas kesepakatan itu.

Pekan lalu, Presiden Macron bicara tentang kemungkinan untuk "memperbaiki" kesepakatan nuklir Iran dengan melibatkan poin program pengembangan rudal balistik. Pernyataannya menyulut emosi Teheran yang menegaskan bahwa rudal balistik dan pengembangan nuklir adalah dua isu yang terpisah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa kehadiran militer Iran maupun di Rusia adalah "sah" karena mereka diundang oleh pemerintah yang sah.

Presiden Assad bahkan dikabarkan baru-baru ini mengucapkan terima kasih kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei karena mendukung pemerintahannya dalam pertempuran melawan terorisme.

"Suriah dan Iran melanjutkan perang melawan penindasan dan agresi serta demi menghilangkan ancaman terorisme," demikian pernyataan Assad yang dikutip oleh media Iran, Press TV.

Bertentangan dengan Iran dan Rusia yang terlibat atas perang Suriah karena diundang oleh pemerintah yang sah, koalisi pimpinan Amerika Serikat datang tanpa mandat internasional atau izin pihak terkait.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya