Liputan6.com, Yerusalem - Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia yang terletak di dataran tinggi di Pegunungan Yudea, antara Laut Tengah dan Laut Mati.
Kota tersebut dianggap sebagai tempat suci bagi tiga agama, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Palestina dan Israel pun sama-sama mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka. Namun, klaim tersebut tak diakui secara luas oleh dunia internasional.
Advertisement
Dikutip dari The Vintage News, Jumat (8/12/2017), dalam sejarahnya Yerusalem pernah dihancurkan dua kali, dikepung 23 kali, dan diserang 52 kali.
Para arekeolog pun menemukan pemukiman berusia 7.000 tahun di Yerusalem bagian utara yang merujuk ke Zaman Chalcolithic atau Zaman Tembaga. Mereka menggambarkannya sebagai penemuan tertua di wilayah tersebut.
Bagian Yerusalem yang disebut City of David atau Kota Daud, selesai dibangun pada Abad ke-4 SM. Pada 1538, tembok panjang dibangun di sekitar Yerusalem di bawah Pemerintahan Raja Sulaiman.
Baca Juga
Saat ini, tembok tersebut mempertegas adanya Kota Lama yang secara tradisional terbagi menjadi empat penjuru, yang sejak awal Abad ke-19 dikenal sebagai Tempat tinggal bagi bangsa Armenia, Kristen, Yahudi, dan Muslim.
Kota Lama itu masuk ke dalam Situs Warisan dunia UNESCO pada 1981 dan juga masuk ke dalam tempat yang terancam. Pasalnya, Yerusalem modern tumbuh jauh melampai batas-batas Kota Lama.
Menurut tradisi Alkitab, Raja Daud menaklukkan kota itu dari orang Yebus dan mendirikannya sebagai ibu kota Kerajaan Israel dan anaknya, Sulaiman, ditugaskan untuk membangun Kuil Suci atau Bait Suci.
Peristiwa besar itu berlangsung pada Abad ke-1 SM. Hal itu disebut-sebut sebagai simbol sentral nan penting bagi orang-orang Yahudi.
Sebuah video berdurasi 70 menit berjudul "Kehidupan Yahudi di Palestina", disebut-sebut sebagai rekaman tertua yang mendokumentasikan Yerusalem dalam gambar bergerak. Film tersebut diambil oleh Noah Sokolovsky dari East Odessa Company pada tahun 1913.
Berikut video dokumenter Yerusalem pada 1913:
Damai Kian Menjauh dari Yerusalem
Yerusalem berada di pusaran konflik Israel-Palestina yang seakan tak berujung. Perseteruan dua negara kemudian merambat ke kawasan Timur Tengah, bahkan dunia.
Kini, Yerusalem kembali berpotensi jadi sumber ketidakstabilan. Solusi damai dua negara, two states solution, yang terus diupayakan dimentahkan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Trump mengakui Yerusalem, secara keseluruhan, sebagai ibu kota negeri zionis.
Ia bergeming, meski sejumlah pemimpin dunia memberikan peringatan. Salah satunya Paus Fransiskus.
Dalam sebuah pidato resminya, Paus meminta semua orang untuk menaruh hormat atas resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa di kota tersebut. Sudah sejak lama Yerusalem dianggap sebagai tempat sucinya tiga keyakinan, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam.
"Saya membuat sebuah permohonan yang tulus agar semua berkomitmen untuk menghormati status quo kota itu, sesuai dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bersangkutan," kata Paus, sebagaimana mengutip Daily Mail, Rabu (6/12/2017).
Vatikan mendukung solusi dua negara (two-state solution) untuk konflik Palestina-Israel, dengan catatan kedua belah pihak menyetujui status Yerusalem sebagai bagian dari proses perdamaian.
Advertisement