China Tawarkan Visa Khusus untuk Warga Keturunan Tionghoa

Pemerintah China memutuskan untuk memberi visa khusus bagi warga keturunan Tionghoa. Ini alasannya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 06 Feb 2018, 07:21 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2018, 07:21 WIB
20170127- Kondisi Klenteng di Petak Sembilan Glodok Saat Malam Imlek-Jakarta- Gempur M Surya
Warga keturunan Tionghoa menyalakan lilin menyambut tahun baru Imlek 2568 di Klenteng Dharma Bhakti, Petak Sembilan Glodok, Jakarta Barat, Jumat (27/1). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China sekarang mengizinkan warga negara asing berdarah Tionghoa untuk mengajukan visa yang berlaku lima tahun. Menurut pihak berwenang di China, langkah ini akan dapat meningkatkan kinerja ekonomi negara tersebut.

Dilansir dari laman Australia Plus pada Senin (5/2/2018), salah satu kepala biro dari Kementerian Keamanan Publik di China, Qu Yunhai, mengatakan kepada media bahwa perubahan tersebut dimaksudkan untuk menarik pekerja terampil ke China.

"Aturan tersebut telah memainkan peran positif dalam melayani pembangunan sosial dan ekonomi China dan menarik bakat-bakat yang memiliki semangat inovatif dan kewirausahaan," katanya kepada CCTV.

 

Pengusaha yang tinggal di Beijing, Jemma Xu, Direktur Eksekutif sekaligus pendiri situs online perjalanan Tripalocal di Australia, mengatakan kebijakan visa tersebut akan sangat membantu bisnis seperti miliknya.

Sebelum kebijakan baru-baru ini, orang-orang dengan latar belakang Tionghoa hanya mendapat visa satu tahun dengan maksimal tinggal di China tidak lebih dari tiga tahun. Lewat kebijakan baru, hal ini pun akan diperpanjang sampai lima tahun.

"Saya tahu banyak bisnis, terutama startup, ingin masuk atau mengeksplor pasar China, mereka seringkali harus banyak berpergian ke China dan setiap kali mengurus visa butuh waktu lama."

Semua warga negara asing berlatar belakang Tionghoa bisa mendaftar, terlepas dari berapa banyak generasi. Tapi pemohon visa masih perlu membuktikan keturunan mereka kepada pihak berwenang China dan bisa memberikan bukti dokumen.

 

Hubungan Naik Turun dengan Otoritas China.

Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Dari apa yang disebut "Era Migrasi Massal" diketahui lebih dari 50 juta orang Tionghoa meninggalkan negara China di antara tahun 1850-1930, untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri, seperti di Australia, Amerika, dan Kanada.

Para migran tersebut sering menghadapi kesulitan dan diskriminasi, akibatnya, pemerintah Dinasti Qing membuat sebuah undang-undang pada tahun 1909 yang memberikan hak setara kepada orang-orang Tionghoa yang lahir di luar negeri.

Hal ini menyebabkan lebih banyak perantau Tionghoa kembali berhubungan dengan negaranya. Dan setelah Revolusi Republik di tahun 1911, mereka memainkan peranan besar dalam membangun kembali dan memodernisasi China.

Hal ini berubah setelah tahun 1949, dimana Partai Komunitas China mengambil alih kekuasaan.

"Banyak perantau Tionghoa di negara China yang memiliki hubungan dengan luar negeri mulai dicurigai, kadang-kadang mengalami penganiayaan," ujar Dr Loy-Wilson, sejarawan dari Universitas Sydney.

Dari perspektif sejarah, Dr Loy-Wilson mengatakan visa baru tersebut menunjukkan perubahan radikal.

"Ini adalah hal yang emosional, sebagai pengakuan atas tanah air, hubungan erat yang berlanjut ke tanah air, meski dalam beberapa generasi berada jauh dari China," katanya.

"Jika Anda memikirkan hubungan yang dimiliki Australia dengan Inggris, itu sangat mirip antara China dengan perantau Tionghoa. Ini adalah hubungan yang sangat penting secara budaya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya